NUSANTARAPERKARA

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur NTT, Ribuan Orang Mengungsi

Sekaltim.co – Erupsi Gunung Lewotobi terjadi ketika matahari belum sepenuhnya terbit di Desa Klatanlo, Flores Timur, pada Senin 3 November 2024 lalu. Gunung Lewotobi Laki-laki, yang telah menunjukkan peningkatan aktivitas sejak Desember 2023, akhirnya memuntahkan amarahnya.

Erupsi Gunung Lewotobi dahsyat yang terjadi sekitar pukul 00.30 WITA itu menjadi awal dari rangkaian bencana yang merenggut nyawa enam warga dalam satu keluarga, tertindih reruntuhan rumah mereka sendiri.

Sejak peristiwa tersebut, Gunung Lewotobi Laki-laki seolah tak hendak beristirahat. Rangkaian erupsi terus terjadi dengan intensitas yang bervariasi. Puncaknya terjadi pada Jumat 8 November 2024, ketika gunung setinggi 1.584 meter di atas permukaan laut ini memuntahkan abu vulkanik setinggi 10 kilometer, menciptakan pemandangan menakjubkan sekaligus mencekam.

Hadi Wijaya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), menjelaskan kronologi erupsi tersebut. “Pada pukul 13.55 WITA, kolom abu vulkanik mencapai ketinggian 4.000 meter. Namun satu menit kemudian, terjadi letusan yang jauh lebih besar, mengirimkan abu vulkanik hingga ketinggian 8 hingga 10 kilometer,” ujarnya, Jumat 8 November 2024.

Dampak erupsi ini terasa hingga dua kecamatan di Flores Timur: Ile Bura dan Wulanggitang. Lebih dari 2.000 warga terpaksa mengungsi ke wilayah Kabupaten Sikka, mencari perlindungan dari hujan abu dan ancaman bahaya lainnya. Mereka tersebar di berbagai pos pengungsian, termasuk di Desa Hikong dan Desa Kringa.

Di tengah situasi darurat ini, solidaritas kemanusiaan mulai bermunculan. Dapur lapangan Korem 161/Wira Sakti, di bawah pimpinan Letkol Cba. Rudy Haryanto, S.Sos, bergerak cepat mendirikan fasilitas memasak di halaman SMA 1 Titehena, Desa Lewolaga. Dengan kekuatan 15 personel, dapur ini mampu melayani hingga 3.000 pengungsi.

Dapur lapangan Korem 161/Wira Sakti.

“Hari pertama kami memasak untuk 2.065 orang,” ungkap Rudy, Sabtu 9 November 2024, melalui keterangan tertulis. “Sekarang kami berbagi tugas dengan dapur Tagana dan Dompet Dhuafa, melayani sekitar 1.900 orang untuk tiga kali makan sehari.”

Kepedulian juga datang dari Desa Wailolong. Melalui Pemerintah Desa dan BPD setempat, bantuan kemanusiaan disalurkan kepada 34 pengungsi mandiri, termasuk bayi, ibu hamil, anak sekolah, dan lansia yang tersebar di rumah-rumah warga.

Letjen TNI Dr. Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), turun langsung meninjau lokasi pengungsian pada Jumat 8 November 2024. “Kehadiran kami menunjukkan bahwa pemerintah pusat sangat memperhatikan warganya yang terdampak bencana,” tegasnya. BNPB berencana membangun hunian sementara dan memberikan dukungan pendanaan bagi warga terdampak hingga rumah permanen mereka selesai dibangun.

Gunung Lewotobi
Letjen TNI Dr. Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat meninjau lokasi pengungsian korban letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada Jumat 8 November 2024.

Sementara itu, PVMBG terus memantau aktivitas gunung dan mengeluarkan rekomendasi keselamatan. Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 7 kilometer dari pusat erupsi, dengan perluasan zona bahaya hingga 9 kilometer ke arah Barat Daya – Barat Laut. Penggunaan masker dan kewaspadaan terhadap potensi banjir lahar hujan juga ditekankan.

Fransiskus Xaverius Masan dari PVMBG melaporkan bahwa hingga 10 November 2024, status Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada pada Level IV (Awas). Sepanjang tahun 2024, tercatat 919 letusan telah terjadi, menunjukkan tingginya aktivitas vulkanik gunung ini.

Pada Minggu 10 November 2024, PVMBG mencatat terjadi beberapa kali erupsi berturut-turut. “Letusan terakhir terjadi pukul 16:03 WITA dengan kolom abu setinggi 1.000 meter, mengarah ke barat laut dengan intensitas yang cukup tebal,” tulis Fransiskus dikutip di laman resmi PVMBG.

Bantuan terus mengalir dari berbagai pihak. Kementerian Sosial RI, BNPB, dan berbagai lembaga kemanusiaan bahu-membahu memberikan dukungan logistik dan operasional. TNI-AD melalui Kodam IX/Udayana juga tak henti memberikan bantuan, membuktikan bahwa solidaritas masih menjadi nilai yang dijunjung tinggi masyarakat Indonesia.

“Di sini kami saling bahu membahu, saling mengisi dan melengkapi,” ungkap Dandenbekang IX/1.A Kupang. “Tujuannya satu: meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana.”

Namun, tantangan masih menghadang. Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda membuat pemerintah harus berpikir tentang solusi jangka panjang. “Untuk mengantisipasi korban dari erupsi yang terus terjadi, kami melakukan buka tutup di pintu-pintu masuk dan keluar yang mengarah ke zona bahaya,” jelas Suharyanto.

Rencana relokasi mulai dipertimbangkan untuk warga yang tinggal di zona berbahaya. Ini dilakukan untuk keselamatan warga. “Kami mengimbau masyarakat tetap waspada karena tidak dapat diketahui secara pasti kapan gunung akan erupsi lagi. Bagi warga yang berada di zona bahaya, diupayakan untuk relokasi ke tempat lebih aman, semata-mata untuk menjaga keselamatan para warga,” tegas Suharyanto.

BNPB dan pemerintah daerah kini fokus pada pembangunan hunian sementara. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kepastian dan rasa aman bagi para pengungsi.

Di tengah ketidakpastian, semangat gotong royong masyarakat menjadi cahaya harapan. Pos-pos pengungsian yang tersebar di berbagai lokasi tidak hanya menjadi tempat berlindung, tetapi juga saksi bisu kemanusiaan yang masih teguh di tengah bencana.

Para relawan, petugas medis, dan aparat keamanan terus bekerja tanpa kenal lelah. Dapur umum terus mengepul, menyediakan makanan hangat bagi ribuan pengungsi. Bantuan medis dan konseling psikologis juga terus diberikan, terutama bagi anak-anak dan lansia yang rentan mengalami trauma.

Sementara Erupsi Gunung Lewotobi masih menunjukkan aktivitasnya, masyarakat mulai beradaptasi dengan situasi baru. (*)

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button