Kecelakaan Helikopter Dilaporkan Tewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi
SEKALTIM.CO – Sebuah tragedi mengguncang Iran pada Senin 20 Mei 2024 dengan kabar meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter di wilayah pegunungan barat laut negara tersebut. Media pemerintah Iran mengonfirmasi sembilan orang tewas dalam insiden ini, termasuk Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.
Kecelakaan helikopter menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada usia 63 tahun. Turut menjadi korban jiwa adalah Menlu Hossein Amirabdollahian (60), gubernur provinsi Azerbaijan Timur, serta sejumlah pengawal dan pejabat lainnya.
Identitas dua pilot Angkatan Udara Iran yang tewas dalam kecelakaan helikopter, 19 Mei 2024 kemarin, di Barat Laut Iran dekat Perbatasan dengan Azerbaijan telah terungkap. Keduanya adalah Kolonel SEED Taher Mostafavi dan Kolonel Mohsen Daryanosh dan diyakini meninggal akibat benturan.
Televisi pemerintah Iran mengonfirmasi pada Senin, setelah tim pencari menemukan puing-puing di provinsi Azerbaijan Timur.
Kepala Bulan Sabit Merah Iran, Pirhossein Kolivand, sebelumnya mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa “tidak ada tanda-tanda” kehidupan yang terdeteksi di antara penumpang helikopter yang jatuh pada Minggu sore.
“Setelah helikopter ditemukan, belum ada tanda-tanda penumpang helikopter tersebut masih hidup,” lapor TV pemerintah.
Selain itu ada pula Ayatollah Seyyed Muhammad Ali Al-Hashem, Dr. Hossein Amirabdollahian, Malik Rahmati, Sardar Seyed Mehdi Mousavi, anggota An Ansar al-Mahdi Corps member (identitas belum diketahui) dan kru (identitas belum diketahui.
Menurut laporan media Iran, helikopter yang membawa rombongan Presiden Raisi jatuh di wilayah pegunungan Provinsi Azerbaijan Timur. Insiden ini terjadi dalam kondisi kabut tebal setelah pencarian berjam-jam.
Kematian Raisi terjadi di tengah ketegangan regional di Timur Tengah yang meningkat, seperti konflik antara Israel dan Hamas yang terus berlanjut. Bulan lalu, di bawah pemerintahan Raisi dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Iran melancarkan serangan drone dan rudal dalam skala besar terhadap Israel.
Kepemimpinan Raisi juga membuat Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya hingga mendekati pengadaan senjata, sehingga memicu ketegangan dengan negara-negara Barat. Selain itu, Teheran mendukung kelompok-kelompok milisi di wilayah tersebut dan memasok drone pembawa bom ke Rusia untuk perang di Ukraina.
Di dalam negeri, Iran tengah menghadapi protes massal terhadap teokrasi Syiah yang berkuasa, dipicu oleh kesulitan ekonomi dan tuntutan hak-hak perempuan. Hal ini menambah sensitivitas kematian Raisi terhadap masa depan negara tersebut.
Warisan Kontroversial
Lahir pada 14 Desember 1960 di Masyhad, Raisi memulai kariernya sebagai seorang ulama sebelum naik menjadi bagian dari sistem politik dan peradilan Iran. Namun, catatan hak asasi manusianya menjadi kontroversi akibat tuduhan keterlibatannya dalam eksekusi ribuan tahanan politik pada 1980-an dan masa jabatannya sebagai kepala peradilan.
Di bawah kepemimpinannya, Raisi berupaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir atau JCPOA namun negosiasi terhenti. Selain itu, terjadi aksi protes besar-besaran setelah kematian Mahsa Amini yang ditahan karena tidak mengenakan jilbab dengan semestinya.
Dalam kebijakan luar negeri, masa kepresidenan Raisi ditandai ketegangan regional, terutama saat konflik Israel-Hamas tahun lalu ketika Iran mendukung Hamas. Hubungan dengan Amerika Serikat juga masih tegang, diperburuk penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir di era Trump.
Sesuai konstitusi Iran, Wakil Presiden Pertama Mohammad Mokhber akan menjabat sebagai presiden sementara sambil menunggu persetujuan Pemimpin Tertinggi Khamenei. Pemilihan presiden baru akan diadakan dalam waktu 50 hari ke depan. (*)