BerauPERKARA

Mesin Produksi Kerajinan Rotan di Teluk Sumbang Berau Menganggur Karena Kendala Pasokan Listrik

Berau, SEKALTIM.CO – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik berkomitmen untuk mengupayakan penyediaan layanan listrik bagi warga Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau. Hal ini ditujukan untuk mendukung produktivitas pengrajin anyaman rotan, seperti tas Anjat, di kampung yang masih menjaga tradisi suku Dayak Basap tersebut.

Akmal Malik menyampaikan komitmen ini saat berkunjung ke Kampung Teluk Sumbang pada Jumat 24 Mei 2024. Dalam kesempatan tersebut, dia menyaksikan langsung kondisi warga pengrajin yang mengalami kendala dalam mengoperasikan mesin-mesin produksi karena tidak adanya aliran listrik.

“Bantuan ini seperti kita membantu perahu, tapi tidak ada sungainya. Tidak bisa digunakan. Makanya, listrik ini harus prioritas agar mesin bisa segera digunakan,” tutur Akmal di hadapan warga pengrajin anyaman rotan.

Mesin Produksi Menganggur

Sebelumnya pada 2023 lalu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) telah memberikan bantuan berupa mesin-mesin pengolah rotan dan kompresor untuk para pengrajin di Teluk Sumbang. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerajinan anyaman khas seperti tas anjat, salah satu ikon budaya suku Dayak Basap.

Sayangnya, bantuan mesin tersebut hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pasalnya, Kampung Teluk Sumbang yang berpenduduk sekitar 800 jiwa dari 5 RT ini memang belum mendapatkan akses layanan listrik dari PLN.

“Kita akan prioritaskan usulan desa berlistrik ke PLN untuk Kampung Teluk Sumbang,” tegas Akmal mengisyaratkan komitmennya mewujudkan penyediaan listrik di kampung tersebut.

Dengan adanya fasilitas listrik, Akmal optimis produktivitas pengrajin akan meningkat signifikan. Jika selama ini pembuatan satu tas anjat membutuhkan waktu hampir satu bulan, maka dengan mesin nantinya proses tersebut hanya akan memakan waktu 3 hari saja.

“Keuntungan kita, seni budaya tetap terjaga dan produktivitas warga jauh meningkat,” yakin Akmal.

Proses Panjang Pembuatan Anjat

Tas anjat yang menjadi ikon kerajinan suku Dayak Basap di Teluk Sumbang Berau membutuhkan proses produksi yang cukup panjang bila dikerjakan dengan cara tradisional. Diawali dari pengambilan rotan di hutan kemudian mengolahnya dengan memecah, memilah hingga menghaluskannya untuk dijadikan bahan anyaman.

Selama ini, para perajin terutama ibu-ibu di Kampung Teluk Sumbang masih menggunakan pisau tajam untuk menghaluskan rotan. Kondisi ini dinilai cukup berbahaya bagi keselamatan perajin. Dengan mesin pengolah bantuan Pemprov Kaltim, risiko tersebut dapat diminimalisir.

Dengan bantuan mesin, warga pun lebih aman karena tidak lagi menggunakan pisau tajam untuk menghaluskan rotan.

Potensi Ekonomi Kerajinan Rotan

Kerajinan anyaman rotan tidak hanya menjadi warisan budaya suku Dayak Basap, tetapi juga merupakan sumber mata pencaharian warga di Teluk Sumbang. Sebuah tas anjat berukuran sedang bahkan sudah bisa dijual dengan harga Rp200.000 per buah.

Akmal berharap, dengan meningkatnya produktivitas berkat bantuan mesin dan ketersediaan listrik, maka peluang ekonomi dari kerajinan ini juga akan semakin terbuka lebar.

Anjat ukuran sedang yang sudah jadi dibanderol seharga Rp200 ribu. Jika produksinya bisa ditingkatkan, akan menambah penghasilan warga di kawasan Teluk Sumbang.

Selama kunjungannya, Akmal Malik bahkan membeli sejumlah tas anjat dan kerajinan rotan lainnya sebagai bentuk apresiasi lalu membagikannya kepada awak media dan pegiat sosial media yang turut hadir. Ia juga menyempatkan memberikan uang pribadi kepada Marta, pengrajin rotan tertua di kampung tersebut yang masih aktif di usia 106 tahun.

“Nenek Marta ini punya kontribusi besar dalam pelestarian kerajinan khas suku Dayak Basap di Teluk Sumbang. Ini patut kita apresiasi,” ujarnya didampingi Asisten I Sekkab Berau Hendratno dan Sekretaris Kampung Teluk Sumbang Badri.

Upaya Pelestarian Budaya Lokal

Dukungan terhadap produktivitas pengrajin rotan Teluk Sumbang ini tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya lokal. Sebab, kerajinan anyaman rotan merupakan salah satu tradisi kuno yang sudah mengakar di masyarakat suku Dayak Basap.

Tradisi ini diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Hal ini merupakan bentuk penghargaan terhadap peran perempuan suku Dayak dalam menjaga kelestarian budaya.

Ke depannya, upaya pelestarian ini diharapkan dapat terus berjalan dengan dukungan fasilitas memadai seperti ketersediaan listrik. Selain memperkuat perekonomian, pelestarian juga akan menjaga eksistensi karya seni dan budaya lokal yang merupakan aset penting bagi Kalimantan Timur.

Dengan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pusat, kearifan lokal seperti kerajinan rotan anjat di kampung Teluk Sumbang diprediksi akan tetap lestari bahkan berkembang menjadi salah satu ikon wisata dan kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur ke depannya. Langkah awal harus diambil, seperti penyediaan listrik yang diupayakan Akmal Malik, untuk mewujudkan hal tersebut.

Sekelumit tentang tas Anjat

Anjat merupakan tas punggung yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah. Anjat merupakan hasil kerajinan anyam khas Suku Dayak di Kalimantan Timur.

Tas Anjat berbentuk seperti tabung dengan tinggi sekitar 70 cm dan diameter sekitar 50 cm.

Selain dipakai untuk membawa barang-barang ketika berpergian, Anjat memiliki beragam fungsi.

Bagi kaum pria suku Dayak, Anjat dijadikan sebagai wadah untuk perbekalan saat berburu ke hutan. Para wanita menggunakan anjat untuk menyimpan baju atau makanan bila pergi berkebun. (*)

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button