Jakarta, SEKALTIM.CO – Bioekonomi menjadi salah satu kunci Indonesia mencapai target net zero emission pada 2060. Dukungan pemerintah serta lintas sektoral sangat dibutuhkan untuk memperkuat pengembangan dan investasi bioekonomi di Tanah Air.
Bioekonomi merupakan metode pemanfaatan sumber daya alam hayati untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi seperti obat-obatan, pangan, pakan, material, dan energi. Pendekatan ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil yang menyebabkan krisis iklim.
Pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menjadikan bioekonomi sebagai salah satu topik utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2045. Bioekonomi adalah bagian dari peta jalan transformasi ekonomi Indonesia.
Pemilihan umum 2024 menjadi momentum untuk terus mengembangkan dan memperkuat sektor bioekonomi di Tanah Air. Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) terus mengawal persiapan untuk mendukung visi ekonomi lestari.
Pengembangan Bioekonomi Perlu Terus Diperkuat
Bioekonomi perlu terus dikembangkan karena berkontribusi besar dalam pengurangan emisi karbon. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2019, inovasi berbasis alam berkontribusi hingga 37% pada pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius.
Selain itu, laporan World Resources Institute (WRI) 2019 memperkirakan penyaluran investasi inovasi berbasis alam dan bioekonomi sebesar 1,8 triliun dolar AS dari 2020 hingga 2030 berpotensi menghasilkan manfaat bersih 7,1 triliun dolar AS.
Penggunaan bioekonomi selain ramah lingkungan juga berpotensi mendatangkan keuntungan finansial yang besar. Laporan The Bioeconomy of 2030 keluaran Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan nilai pasar bioekonomi global akan mencapai 2,6 – 5,8 triliun dolar AS pada 2025-2030.
Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM, mengungkapkan komitmen Kemeninves untuk mendukung pengembangan portofolio investasi berkelanjutan. Investasi difokuskan pada daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi.
Agenda investasi di sektor bioekonomi diperkirakan akan menyerap sekitar 45,4 miliar dolar AS. “Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya, Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo yang sudah ready to offer dengan nilai investasi Rp 643 miliar,” ujar Darmawan.
Rencana Pemerintah Kembangkan Bioekonomi
Pemerintah sudah merencanakan pengembangan berbasis bioekonomi secara detail. Rencananya mencakup industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk biosimilar dan vaksin, protein nabati, pangan biokimia, herbal dan nutrisi.
Selain itu, Indonesia tengah mendorong penguatan kerangka regulasi pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik. Regulasi ini berorientasi pada bioprospeksi dan bioekonomi.
Penguatan dilakukan pada aspek hilirisasi dan pengembangan produk berbasis alam yang melibatkan pelaku usaha. Penguatan juga dilakukan pada riset dan inovasi nasional, penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya genetik dan penegakan hukum terhadap biopiracy, serta sinergi lintas sektor dari para pemangku kepentingan.
Dari sisi investasi, Kemeninves/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada KTT G20. Ini menjadi titik awal negara mendorong tumbuhnya bisnis lestari, termasuk UMKM, usaha besar, investasi dan pemerintah.
Tahun 2024 menjadi momentum emas bagi Indonesia dengan digelarnya pemilihan umum dan pilkada serentak. LTKL dan KEM terus mengawal komitmen terhadap visi & misi ekonomi lestari dan pendekatan LTKL melalui dokumen perencanaan daerah.
Mereka juga mengawal kebijakan payung untuk pendekatan pembangunan lestari di tingkat Peraturan Daerah dan kolaborasi program lintas dinas untuk seluruh kabupaten anggota. Ini dilakukan untuk mewujudkan ekonomi lestari melalui hilirisasi komoditas bernilai tambah dari potensi keanekaragaman hayati sebagai bentuk pengembangan sektor bioekonomi.
LTKL Berencana Kembangkan Kabupaten Bioekonomi di 2024
LTKL berencana untuk mengawal komitmen terhadap visi & misi ekonomi lestari dan pendekatan LTKL. Pengawalan dilakukan melalui dokumen perencanaan daerah, kebijakan payung untuk pendekatan pembangunan lestari di tingkat Peraturan Daerah dan kolaborasi program lintas dinas.
“Memasuki fase tumbuh di 2024, LTKL akan bergerak lebih gigih untuk menjadi penopang yang kokoh secara kelembagaan, kemitraan, dan kapasitas. Salah satu fokus utama dari tahap ini adalah membangun kapasitas setiap kabupaten dan memastikan para inisiator terutama generasi muda, perempuan, masyarakat adat dan komunitas lokal secara aktif berkontribusi untuk mewujudkan transformasi kabupaten lestari,” ungkap Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat LTKL.
LTKL berencana memperkuat kelembagaan Dinas dan Kelembagaan Multipihak di kabupaten, baik dari sisi kapasitas lembaga, kewenangan maupun SDM. LTKL juga akan meneruskan program kolaborasi dengan kabupaten dan mitra pembangunan dalam mengembangkan kesiapan kabupaten mengimplementasikan resep transformasi yurisdiksi berkelanjutan.
Implementasi dilakukan melalui bimbingan teknis bagi kabupaten anggota melalui tindakan kolektif 5 pilar esensial, yaitu:
1. Perencanaan
2. Kebijakan & regulasi
3. Tata kelola multi-pihak
4. Aksi bersama (inovasi & investasi)
5. Pemantau
Pencapaian LTKL Dalam Mewujudkan Ekonomi Lestari
LTKL yang mandatnya akan berakhir pada 2030, telah menjalankan sejumlah inisiatif untuk mendorong inovasi berbasis alam dan membuka potensi agar pelaku usaha hijau di tingkat lokal dapat melakukan penetrasi ke pasar global.
Pada 2023, LTKL telah melakukan berbagai program, seperti menginisiasikan Masterclass Investasi Lestari. Ini adalah program pelatihan bertahap berbasis ko-kreasi untuk mendukung pemerintah kabupaten dan pemangku kepentingan di 9 kabupaten anggota.
Tujuannya agar mereka mampu mempersiapkan portofolio investasi dan mendapatkan peluang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.
Terdapat setidaknya 21 komoditas berbasis inovasi alam di dalam ekosistem kabupaten mitra LTKL. Di antaranya, PT Alam Siak Lestari dan PT Semesta Sintang Lestari yang menghadirkan portfolio ‘HEAL Fisheries’.
Ini adalah komoditas ekstrak albumin hasil budidaya ikan gabus dan toman di lahan gambut di Kabupaten Siak dan Sintang. Produk ini merupakan kombinasi teknologi pangan modern dengan praktik tradisional masyarakat yang terkoneksi dengan industri farmasi.
Diperkirakan, nilai pasar global untuk produk ekstrak albumin mencapai 4,25 miliar dolar AS pada 2021 dan diperkirakan akan bertumbuh hingga 9,6 miliar dolar AS pada 2028.
Selain itu, Gampiri Interaksi Lestari di Kabupaten Sigi menjalankan inkubasi pelaku usaha. Mereka melakukan pendampingan dengan petani setempat dalam proses penanaman komoditas berbasis agroforestri dan pertanian regeneratif.
Pengembangan dilakukan melalui produksi komoditas kakao, kopi, vanila, dan daun kelor di tingkat desa. Gampiri Interaksi Lestari juga membangun fasilitas processing untuk proses fermentasi, pengeringan, ekstraksi minyak atsiri, dan penepungan.
Di barat daya Nusantara, Pusat Unggulan Pertanian Lestari (PUPL) di Kabupaten Aceh Tamiang melaksanakan pendampingan kepada petani kelapa sawit dalam mengembangkan hilirisasi minyak atsiri dari nilam.
Di saat yang sama, Pemerintah Kabupaten Aceh Taming turut meluncurkan program pengembangan ekonomi lestari. Mereka menandatangani kesepakatan Produksi, Proteksi, dan Inklusi (PPI) multipihak yang memuat komitmen untuk:
– Meningkatkan perlindungan dan penghijauan kembali kawasan hutan
– Memperkuat fungsi pengawasan
– Meningkatkan kesejahteraan petani
– Melindungi Kawasan Ekosistem Leuser seluas 30.000 hektar.
Secara keseluruhan, potensi nilai pasar global dari keseluruhan portfolio LTKL tersebut mencapai lebih dari 223 miliar dolar AS atau setara dengan 330 triliun rupiah.
Dari sisi pengembangan bisnis, sebanyak 67 entitas bisnis di 9 Kabupaten LTKL telah memulai praktek bisnis lestari yang ramah lingkungan dan sosial. Mereka melakukannya melalui sejumlah program inkubasi usaha lestari seperti KUBISA, IMPULS, GIAT, SELARAS, dan Samudra Bekudong’k.
Melalui pendampingan inkubasi ini, telah lahir entitas bisnis lestari seperti PT Alam Siak Lestari. Perusahaan ini telah menghasilkan potensi perlindungan 76.744 hektar lahan gambut di 3 desa di Kabupaten Siak.
Selain itu, terdapat 40 produk inovasi berbasis alam di 9 kabupaten mitra yang telah dikembangkan per akhir 2023. Inovasi berbasis bioekonomi ini mencakup sektor agroforestri, aquaculture, bambu, kopi, coklat, dan kelapa.
Program kabupaten anggota LTKL telah terbukti memberikan dampak positif pada ekonomi, sosial dan lingkungan. Melalui pendekatan yurisdiksi berkelanjutan, kabupaten anggota LTKL mampu berkomitmen untuk menjaga lingkungan sekaligus dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan baik melalui good agriculture practice.
Dukungan KEM Dalam Mewujudkan Ekonomi Lestari
Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) merupakan bagian dari ekosistem LTKL yang berfungsi sebagai katalisator untuk menjembatani kemitraan strategis antar pemangku kepentingan. KEM menjembatani pemangku kepentingan di sektor ekonomi hijau, termasuk pelaku bisnis, investor, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya.
KEM mempunyai ambisi untuk membuka potensi investasi sebesar 200 juta dolar AS untuk lebih dari 100 UMKM lestari. UMKM ini terhubung dengan 100 yurisdiksi di Indonesia pada akhir 2026.
KEM juga telah memfasilitasi 71 pemerintah kabupaten di Indonesia yang berkomitmen untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip ini menjadi bagian dari dokumen perencanaan daerah mereka.
Hal ini merupakan hasil dari kemitraan strategis antara KEM dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).
Sejak berdiri pada 2022, KEM telah menghubungkan lebih dari 300 pelaku usaha lestari dengan penyandang dana dan pemodal potensial, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya.
Melalui acara-acara seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah mampu membuka 22,7 juta dolar AS untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.
Menurut Leonard Theosabatra, Direktur Utama SMESCO Indonesia dan Anggota Dewan Penasihat KEM, potensi inovasi bioekonomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah, dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah positif bagi komunitas lokal.
“Saya percaya bahwa potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah masih sangat banyak yang belum terekspos. Misalnya, terdapat peluang produk makanan dan minuman (F&B) dan kecantikan yang saya yakini dapat berkontribusi pada perekonomian nasional,” ujar Leo.
Pada pertengahan 2022, SMESCO Indonesia telah menandatangani MoU dengan sejumlah mitra pengolahan strategis seperti BUMN Farmasi yakni Indofarma. Mitra-mitra ini dapat membantu pelaku usaha di Kabupaten Sigi untuk berfokus pada aspek hilirisasi untuk produk olahannya yang kemudian didorong pada pasar domestik dan internasional.
Hal ini sejalan dengan target KemenkopUKM di 2024 untuk penciptaan wirausaha sebanyak 1 juta orang melalui fokus hilirisasi yang memberi nilai tambah bagi produk aquaculture, pertanian, dan kehutanan.
“Inovasi berbasis alam adalah komponen krusial di dalam ekonomi lestari dan memiliki peran penting dalam perjalanan Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan pesat yang tidak bergantung pada eksploitasi sumber daya alam dan sekaligus mengurangi emisi karbon. Inovasi berbasis alam dapat membantu negara ini menggapai berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti ketahanan terhadap perubahan iklim dan risiko bencana alam, kemakmuran ekonomi dan sosial, serta ketahanan pangan, air, dan kesehatan,” ujar Gita Syahrani, Ketua Dewan Pengurus KEM.
Untuk menjaga momentum dari rangkaian pencapaian oleh LTKL dan KEM di 2023, kedua organisasi berencana untuk berkolaborasi lebih dalam di 2024. Mereka akan menciptakan program-program yang menciptakan inovasi berbasis alam yang baru dan memperkuat proyek-proyek bioekonomi di Indonesia.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat sipil, Indonesia optimistis bisa mewujudkan transisi menuju ekonomi hijau. Transformasi ekonomi berbasis bioekonomi dinilai bisa membawa Indonesia meraih target penurunan emisi karbon sebesar 31,89% dengan kekuatan sendiri atau 43,20% dengan dukungan internasional pada 2030. (*)