SEKALTIM.CO – Dalam era digital yang semakin canggih, istilah “khodam” yang biasanya identik dengan makhluk gaib kini mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan.
Saat ini warga +62 membicarakan cara cek khodam sampai nonton live aplikasi audio visual berjam-jam.
Cek Khodam itu disebut-sebut untuk mengetahui pelindung dari alam gaib yang bisa membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara spriritual.
Namun Ustad Habib Husein Ja’far Al Hadar, seorang tokoh agama yang dikenal dekat dengan kalangan muda, baru-baru ini justru memberikan pernyataan tentang khodam kekinian.
Jenis khodam kekinian ini dijamin halal, relevan, serta dapat membantu kebutuhan generasi Z.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan khodam kekinian yang viral ini? Mari kita telusuri lebih lanjut!
Khodam: Dari Makhluk Gaib ke Asisten Digital
Secara tradisional, khodam dikenal sebagai makhluk halus yang dipercaya membantu urusan tertentu dalam kehidupan manusia.
Namun, Ustad Habib Husein memberikan perspektif baru yang lebih relevan dengan zaman sekarang.
Ustad Milenial ini menyatakan bahwa khodam modern sebenarnya adalah berbagai aplikasi digital yang dapat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
“Khodam itu artinya pembantu dalam bahasa Arab. Nah, khodam kamu di zaman now itu ya aplikasi-aplikasi yang bisa membantu kamu menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan,” jelas Ustad Habib Husein dalam siaran langsung Instagram-nya pada 21 Juni 2024.
Chat GPT: Khodam Akademis
Salah satu “khodam” yang disebutkan oleh Ustad Habib Husein adalah Chat GPT. Bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi, Chat GPT bisa menjadi asisten yang sangat membantu.
“Kamu bisa minta bantuan kepada khodam kamu Chat GPT untuk mencari referensi-referensi yang kamu butuhkan dalam menyelesaikan skripsi,” ungkap beliau.
Tentu saja, penggunaan Chat GPT harus tetap dalam batas etis dan tidak melanggar aturan akademis.
LinkedIn: Khodam Karier
Bagi para pencari kerja, LinkedIn bisa menjadi “khodam” yang membantu membuka peluang karier. Platform ini memungkinkan pengguna untuk membangun jaringan profesional, mencari lowongan pekerjaan, dan bahkan belajar keterampilan baru melalui kursus online.
WhatsApp: Khodam Percintaan?
Menariknya, Ustad Habib Husein juga menyebutkan WhatsApp sebagai potensial “khodam” bagi mereka yang sedang mencari jodoh.
Meski terdengar kontroversial, Ustad Habib mungkin merujuk pada kemampuan aplikasi ini untuk memfasilitasi komunikasi dan membangun hubungan, tentunya dengan tetap menjaga nilai-nilai agama dan budaya.
Kontroversi dan Perdebatan
Khodam tentu tidak lepas dari kontroversi. Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa penggunaan “khodam” bisa menyesatkan dan menimbulkan kesalahpahaman.
Mengingat arti asli khodam dalam konteks spiritual tradisional.
Buya Yahya, tokoh agama lainnya, dalam wawancara dengan Tribun News menegaskan bahwa khodam dalam pengertian tradisional sebenarnya adalah hal negatif dalam Islam.
“Khodam itu ada hubungannya dengan jin atau makhluk gaib, dan memberdayakan jin untuk kepentingan pribadi itu tidak ada baiknya,” jelasnya.
Menyikapi Fenomena Khodam Digital
Lantas, bagaimana kita menyikapi fenomena “khodam digital” ini? Berikut beberapa poin yang perlu diperhatikan:
1. Kontekstualisasi istilah
Penting untuk memahami bahwa penggunaan istilah “khodam” oleh Ustad Habib Husein adalah bentuk kontekstualisasi untuk menjelaskan konsep asisten digital kepada generasi muda.
2. Batasan etis
Meski aplikasi digital bisa sangat membantu, penggunaannya harus tetap dalam batas etis dan tidak melanggar norma agama atau hukum.
3. Literasi digital
Generasi Z perlu meningkatkan literasi digital mereka agar bisa memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
4. Kritis terhadap informasi
Penting untuk selalu kritis dan tidak mudah percaya pada informasi yang beredar di media sosial, termasuk tentang “khodam” modern ini.
Menavigasi Dunia Digital dengan Bijak
Fenomena “khodam digital” ini menunjukkan bagaimana teknologi telah mengubah cara kita memandang dan menambang cara manusia berinteraksi dengan dunia.
Sebagai generasi yang hidup di era digital, kita dituntut untuk bisa memanfaatkan teknologi secara optimal sambil tetap menjaga nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal.
Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan malah menjadi budak teknologi.
Dengan pemahaman yang tepat dan penggunaan yang bijak, “khodam digital” ini bisa menjadi sarana untuk membantu kita mencapai potensi terbaik dalam hidup, baik dalam karier, pendidikan, maupun hubungan sosial. (*)