Samarinda, SEKALTIM.CO – Desa Budaya Pampang, sebuah destinasi wisata budaya yang terletak di Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, baru saja melakukan pembukaan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 sekaligus menggelar Syukuran Pasca Panen.
Acara akan berlangsung selama empat hari, dari 20 hingga 23 Juni 2024, ini menjadi momen penting bagi masyarakat Dayak Kenyah untuk memperkenalkan kekayaan budaya yang dimilikinya selama ini.
Dalam acara pembukaan yang digelar di Lamin Budaya Pampang pada Kamis 20 Juni 2024, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda, Hero Mardanus Satyawan, mewakili Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, menyampaikan komitmen untuk memfasilitasi pembangunan Ecomuseum di Desa Budaya Pampang.
Langkah ini diambil mengingat posisi strategis Desa Budaya Pampang sebagai destinasi wisata yang paling mudah diakses dari Ibukota Provinsi Kalimantan Timur.
“Cukup beralasan jika Desa Dayak ini dinobatkan sebagai salah satu aset unggulan wisata lokal, karena keberadaannya mampu menyedot wisatawan baik lokal maupun asing,” ujar Sekda Hero Mardanus dalam sambutannya.
“Kami punya harapan, selain memiliki sarana yang ada saat ini, Desa Budaya Pampang harus memiliki fasilitas ecomuseum suku Dayak Kenyah, yang mengangkat nilai lokalitas, serta ditampilkan dalam bentuk ornamentasi bangunan struktur khas suku Dayak serta aktivitas ekologi yang ada dalam Ecomuseum,” imbuh Sekda.
Konsep Ecomuseum yang diusung oleh Pemkot Samarinda bertujuan untuk mengembangkan sebuah kawasan yang hidup. Bakal terdapat tiga unsur utama yang saling terintegrasi, yakni preservasi kebudayaan, pengelolaan yang melibatkan masyarakat lokal, serta fungsi alam dan tradisi sebagai sebuah museum.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Desa Budaya Pampang dapat menjadi model pelestarian budaya yang berkelanjutan sekaligus mendorong perekonomian masyarakat setempat.
“Salah satu pembeda Desa Budaya Pampang dengan kawasan suku Dayak lainnya adalah elemen pembentuk suasana khas yang heritage dan masih dipertahankan hingga saat ini,” lanjut Sekda.
Menurutnya, ecomuseum budaya ini penting karena bisa menjadi terjemahan dari pelestarian kebudayaan serta pemberdayaan masyarakat Suku Dayak Desa Pampang sehingga terjadi keberlanjutan dalam wisata budaya, sehingga pariwisata mampu menjadi salah satu sektor pendorong Samarinda menjadi Kota Pusat Peradaban.
Sejarah Panjang Desa Budaya Pampang
Desa Budaya Pampang memiliki sejarah panjang yang menarik. Sejak tahun 1991, desa ini telah diresmikan sebagai desa wisata budaya, menandai komitmen pemerintah dan masyarakat setempat untuk melestarikan tradisi dan budaya Dayak Kenyah.
Keberadaan Desa Pampang sebagai destinasi wisata budaya bukan hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi juga menyimpan kisah heroik tentang perjuangan Suku Dayak dalam mempertahankan jati diri dan tanah air mereka.
Lokasinya yang strategis, hanya berjarak sekitar 23 km dari pusat kota Samarinda dan dekat dengan Bandara APT Pranoto Samarinda, menjadikan Desa Budaya Pampang sebagai destinasi yang mudah dijangkau.
Fakta tersebut semakin memperkuat posisinya sebagai etalase budaya Dayak di Kalimantan Timur.
Festival Budaya Dayak Kenyah: Puncak Perayaan HUT ke-51
Puncak perayaan HUT ke-51 Desa Budaya Pampang ditandai dengan digelarnya Festival Budaya Dayak Kenyah. Festival yang berlangsung selama empat hari ini menampilkan berbagai rangkaian acara yang memukau, mulai dari prosesi adat, tarian tradisional, hingga pameran kerajinan tangan khas Dayak Kenyah.
Acara pembukaan festival dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional, Firminus Kunum, Danramil 0901-05/Samarinda Utara Kapten Inf Manggiring, Kapolsek Sungai Pinang AKP Rachmat Aribowo, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Muslimin, dan Ketua TWAP Kota Samarinda Syaparuddin.
Hadir pula Kepala Adat Kenyah Kaltim Ajang Kedung, Ketua Kerukunan Lepoq Bem Kaltim Nansen Yahuda, Ketua DAD Kota Samarinda Hendrik Tandoh, Kepala Adat Desa Budaya Pampang Esrom Palan, Camat Samarinda Utara Syamsu Alam, Kadisdamkar Samarinda Hendra A.H, SH, dan Ketua Panitia Lenjau Udau.
Prosesi pembukaan dimulai dengan penyambutan tamu VVIP di depan Gereja, dilanjutkan dengan arak-arakan menggunakan Alut Adang menuju Lamin Pemung Tawai.
Di depan pintu masuk lamin, Kepala Adat dan Staf Adat Pampang memimpin prosesi adat yang menampilkan tarian selamat datang, laporan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan doa pembukaan.
Sepanjang festival, pengunjung dimanjakan dengan penampilan berbagai tarian tradisional yang memukau, seperti Nyelama Sakei, Kreasi Tapan, Ajei Piling, Enggang, Punan Leto dan Sumpit, Anyam Tali, Tani dan Mecaq Undat, dan Leleng.
Selain itu, festival ini juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk lebih dekat dengan budaya Dayak Kenyah melalui pameran kerajinan tangan dan kuliner khas.
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Keberhasilan penyelenggaraan Festival Budaya Dayak Kenyah dan perayaan HUT ke-51 Desa Budaya Pampang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Dalam sambutannya, Sekda Hero Mardanus menekankan bahwa pemerintah terus mendukung keberlangsungan Festival Budaya Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Sehingga outputnya dari festival budaya ini sangat berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” ungkap Sekda.
Sementara itu, Kapolsek Sungai Pinang, AKP Rachmat Aribowo, menyatakan apresiasinya terhadap terselenggaranya acara ini.
“Festival ini bukan hanya menjadi ajang untuk merayakan hasil panen dan ulang tahun desa, tetapi juga menjadi wadah untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Dayak Kenyah kepada generasi muda dan wisatawan. Kami dari Polsek Sungai Pinang akan selalu mendukung kegiatan-kegiatan positif seperti ini yang memupuk rasa kebersamaan dan memperkuat identitas budaya masyarakat,” ujarnya.
Tantangan dan Peluang Ke Depan
Meski telah menunjukkan perkembangan yang positif, Desa Budaya Pampang masih menghadapi sejumlah tantangan dalam upaya pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata.
Rencana pembangunan Ecomuseum diharapkan dapat menjawab tantangan tersebut sekaligus membuka peluang baru bagi pengembangan Desa Budaya Pampang.
Dengan menggabungkan unsur preservasi budaya, keterlibatan masyarakat lokal, dan pemanfaatan alam sebagai museum hidup, Ecomuseum Dayak Kenyah di Pampang berpotensi menjadi model pengembangan wisata budaya berkelanjutan yang dapat dicontoh oleh daerah lain di Indonesia.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Keberadaan Desa Budaya Pampang sebagai destinasi wisata unggulan di Samarinda telah memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Festival Budaya Dayak Kenyah yang digelar setiap tahun tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi warga lokal melalui penjualan kerajinan tangan, kuliner khas, dan jasa pariwisata.
Selain dampak ekonomi, keberadaan Desa Budaya Pampang juga berperan penting dalam memperkuat identitas budaya dan rasa kebanggaan masyarakat Dayak Kenyah.
Melalui berbagai kegiatan budaya yang digelar secara rutin, generasi muda Dayak Kenyah memiliki kesempatan untuk mengenal dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka.
Menatap Masa Depan Desa Budaya Pampang
Perayaan HUT ke-51 dan penyelenggaraan Festival Budaya Dayak Kenyah 2024 di Desa Budaya Pampang menjadi momentum penting bagi Kota Samarinda dan Provinsi Kalimantan Timur dalam upaya pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Dengan rencana pembangunan Ecomuseum dan dukungan penuh dari berbagai pihak, Desa Budaya Pampang memiliki potensi besar untuk menjadi ikon pariwisata budaya tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional.
Sekda Hero Mardanus mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus berkolaborasi dalam mengembangkan Desa Budaya Pampang.
“Mari kita bersama-sama menjaga dan mengembangkan warisan budaya ini. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, saya yakin Desa Budaya Pampang akan menjadi contoh sukses bagaimana tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, menciptakan kemakmuran bagi masyarakat sekaligus melestarikan kearifan lokal,” pungkasnya.
Dengan rangkaian acara HUT ke-51 dan Festival Budaya Dayak Kenyah 2024, Desa Budaya Pampang bersiap memasuki babak baru dalam perjalanannya sebagai destinasi wisata budaya unggulan sehingga mendukung Samarinda sebagai kota pusat peradaban.
Tantangan dan peluang yang ada menjadi pekerjaan rumah bersama bagi pemerintah, masyarakat adat, dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus mengembangkan potensi Desa Budaya Pampang, menjadikannya sebagai bukti nyata keberhasilan pelestarian budaya sekaligus motor penggerak ekonomi kreatif di Kalimantan Timur. (*)