DSBK XVI Kaltim 2025 Hasilkan Tiga Rekomendasi Penguatan Sastra Melayu

Sekaltim.co – Apa yang tersisa dari Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) ke-XVI di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) 17-20 Juni 2025 adalah rekomendasi dan rencana Tahun 2027, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) diselenggarakannya.
Rekomendasi dan agenda DSBK ke depan ini seolah menjawab pertanyaan, “setelah lampu dimatikan, meja dirapikan, panggung dibereskan, lantas ke manakah Melayu hendak hinggap?”
Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) ke-XVI di Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) telah berakhir dengan tiga rekomendasi strategis.
Acara yang berlangsung 17-20 Juni 2025 di Samarinda Ibu Kota Provinsi Kaltim ini menetapkan Kalimantan Selatan sebagai tuan rumah DSBK XVII tahun 2027.
Dalam agenda dua tahunan tersebut, Sastrawan dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sepakat memperkuat jati diri sastra Melayu serumpun.
Pembukaan resmi DSBK XVI digelar Selasa malam 17 Juni 2025 di Mahakam Ballroom Harris Hotel Samarinda.
Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur (DKDKT) menyelenggarakan pertemuan bergengsi ini dengan tema “Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika & Didaktika”.
Acara mempertemukan sastrawan dari Sarawak, Sabah, Labuan, Brunei, dan lima provinsi di Kalimantan wilayah Indonesia.
Berbagai kertas kerja dipresentasikan selama satu hari penuh. Para sastrawan juga menerbitkan dan membacakan puisi-puisi karya terbaru mereka.
Diskusi terfokus pada pengembangan sastra dan tamadun Melayu di kawasan Borneo, pulau tempat 3 negara berdiri. Mewarnai agenda, Bendera Borneo dikibarkan sebagai simbol persatuan serumpun ke-Melayu-an.
Tiga rekomendasi tematik DSBK XVI menjadi hasil utama pertemuan sastrawan lintas negara.
Pertama, perlunya dukungan konkret pemerintah terhadap pengembangan dan pemasyarakatan sastra.
“1. Perlunya dukungan konkret dari Pemerintah terhadap pengembangan dan pemasyarakatan sastra.” demikian tertulis dalam traktat rekomendasi yang disampaikan Wakil Sekretaris Panitia DSBK XVI sekaligus penanggung jawab seminar, Aminudin Rifai, Sabtu 21 Juni 2025.
Kedua, diperlukan peningkatan kegiatan kemampuan bersastra melalui penguatan jaringan silaturahmi antarnegara. Program residensi penulis dan penerbitan media digital bersama juga menjadi prioritas.
“2. Perlunya diperbanyak kegiatan peningkatan kemampuan bersastra (penguatan jaringan silaturahim antarnegara, residensi penulis, penerbitan media digital bersama, dll).”
Rekomendasi ketiga menekankan sastrawan perlu bekerja keras memperbaiki kualitas karya. Peningkatan kualitas mencakup aspek bentuk (estetika) maupun materi (didaktika) dalam berkarya. Komitmen ini diharapkan mengangkat martabat sastra Melayu di kancah internasional.
“3. Sastrawan perlu selalu bekerja keras untuk memperbaiki kualitas karya, baik secara bentuk (estetika) maupun materi (didaktika).”
Dalam musyawarah peserta tanggal 18 Juni 2025, Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan sebagai tuan rumah. DSBK XVII akan diselenggarakan di Banjarmasin pada pertengahan tahun 2027. Penetapan ini ditandatangani Datuk Zainal Abidin selaku Presiden GAPENA (Gabungan Penulis Nasional Malaysia).
“Musyawarah peserta Dialog Serantau Borneo-Kalimantan XVI di Samarinda, Kalimantan Timur, pada tanggal 18 Juni 2025, memutuskan penetapan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Dialog Serantau Borneo-Kalimantan XVII pada pertengahan tahun 2027.”
Pertemuan sastrawan serumpun ini terus berupaya menyatukan suara-suara “Melayu” dan menjadikannya sorotan utama. Dari pantun Melayu hingga dongeng Dayak, semua mendapat tempat dalam dialog kultural sepanjang . Silaturahmi antarsastrawan Melayu di berbagai daerah pulau Kalimantan semakin menguat.
DSBK XVI 2025 membuktikan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam pelestarian budaya. Kerja sama Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dalam bidang sastra patut diapresiasi sepanjang DSBK telah berlangsung sejak pertama kali digelar di Miri, Sarawak (Malaysia) pada 1987.
Sebagai ceceran jejak tekstual, DSBK 2025 di Samarinda Kaltim juga menyisakan dua buku penting yang diterbitkan. Pertama, antologi puisi “Jejak Perigi di Tangga Melayu”. Kedua kumpulan materi kertas kerja “Perbincangan Sastra Melayu Estetika Didaktika”. Selamat membaca. (*)