Dua Nominasi Penerima Kalpataru 2024 dari Kaltim, Ini Daftar Lengkapnya
SEKALTIM.CO – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Kemitraan Lingkungan, telah mengumumkan 21 nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2024. Pengumuman dirilis pada 21 Maret 2024.
Berdasarkan informasi yang dibagikan akun Instagram Direktorat Kemitraan Lingkungan, @direktoratkemitraanlingkungan, ke-21 nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2024 tersebut berasal dari 4 kategori.
Keempat kategori nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2024 tersebut adalah Perintis (7 orang), Pengabdi (3 orang), Penyelamat (6 pihak) dan Pembina (5 orang).
Dua Nominasi penerima Kalpataru 2024 dari Kaltim adalah Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya di Kategori Penyelamat dan Bripka Taufik Ismail di Kategori Pengabdi.
Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya merupakan kelompok masyarakat di Kutai Kartanegara yang aktif melestarikan pesut Mahakam.
Sementara Bripka Taufik Ismail seorang polisi yang konsisten merawat dan melestatikan mangrove atau bakau di Balikpapan.
Pada 2023 lalu, perwakilan Kaltim, Misman meraih penghargaan Kalpataru berkat konsistensi merawat Sungai Karang Mumus Samarinda.
Berikut 21 nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2024 untuk 4 kategori yang diumumkan KLHK tersebut.
KATEGORI Perintis
1. Adolof Olof Wonemseba (Papua Barat)
Adolof Olof Wonemseba merupakan Nelayan asli Papua, yang merintis pelestarian populasi kima (Tridacna gigas) sejak tahun 2011. Hingga saat ini, Adolof secara konsisten melakukan penelitian dan pelestarian populasi kima dengan cara membuat suatu kawasan khusus untuk tumbuh kembang kima. Kegiatannya berhasil menghentikan laju kepunahan kima akibat perburuan masyarakat sehingga ekositem laut terus lestari.
2. Nisya Sa’adah (Jawa Barat)
Nisya Sa’adah merupakan seorang aktivis perempuan kelahiran Garut Jawa Barat. Pada tahun 2015 Nisya dinobatkan oleh majalah Nova sebagai Tokoh Inspiratif. Nisya berhasil merintis grand design Pesantren Ekologi Aththaariq sebagai wadah pembelajaran Agroekologi berbasis hutan pangan dengan 151 jenis tanaman. Sekarang Pondok Pesantren Ekologi menjadi basis gerakan lingkungan di Garut dan sekitarnya.
3. Wibi Nugraha (Sumatera Utara)
Wibi Nugraha adalah Pendamping Perhutanan Sosial dan Penerima Penghargaan Wanalestari tahun 2019. Wibi merintis kegiatan penanaman mangrove dan tambak seluas 1.341 hektare dengan sistem silvofishery sejak tahun 2012. Kegiatannya berhasil menghentikan laju abrasi dan meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir serta menggerakkan partisipasi masyarakat melalui Rumah Baca Merah Putih.
4. Infirmus Abi (Nusa Tenggara Timur)
Infirmus Abi seorang tukang batu yang sejak tahun 1988 merintis kegiatan konservasi lahan kritis di kemiringan 30 derajat pada tanah berbukit dengan pohon bambu. Infirmus berhasil memulihkan debit air dan mutu air sehingga menjadi sumber air bagi masyarakat dan pertanian.
5. Sururi (Jawa Tengah)
Sururi seorang warga lulusan SD yang mendapat julukan “Profesor” Mangrove. Sejak tahun 1995 Sururi melakukan rehabilitasi dan pelestarian mangrove seluas 88 hektare dengan 850.000 pohon di pesisir utara Kota Semarang. Sururi berhasil memulihkan daratan pesisir 700 meter dari bibir pantai yang terdampak abrasi dan banjir rob di 3 kelurahan, serta meningkatkan populasi fauna endemik.
6. Dr. Komang Anik Sugiani (Bali)
Komang Anik Sugiani adalah seorang dosen dan aktivis Yayasan Project Jyoti Bali berusia 34 tahun. Komang Anik Sugiani merintis kegiatan pengurangan dan pengelolaan sampah organik dan anorganik melalui program Polusi Jadi Solusi sejak tahun 2016. Kegiatannya berhasil mengurangi volume sampah sebanyak 24,6 ton dan berhasil menjadi agent of change dalam pengelolaan lingkungan.
7. Slamet (Jawa Timur)
Slamet seorang petani organik berusia 53 tahun. Slamet merintis laboratorium agen kehati yang telah memproduksi 9 mikroba untuk ekosistem dan siklus biologi tanah. Sejak tahun 2007, Slamet mendirikan Konumitas Organik Brenjonk yang fokus pada isu kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Slamet berhasil meningkatkan kualitas tanah dan sumber air di Desa Penanggungan.
KATEGORI Penyelamat
1. KTH Wanapaksi (D.I. Yogyakarta)
Kelompok anak muda di Kulon Progo yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi aktif melakukan konservasi habitat burung dan menggagas kegiatan adopsi sarang burung pada tahun 2016. Ini merupakan gagasan yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Mereka jugs melakukan konservasi air, perlindungan karst, dan berperan dalam penyusunan Perdes Jatimulyo tontang Pelestarian Lingkungan Hidup. Kini Kelurahan Jatimulyo menjadi Kelurahan Ramat Burung dan masyarakat pemburu burung beralih profesi menjadi tour guide atau fotografer burung.
2. Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya (Kalimantan Timur)
Kelompok ini dibentuk tahun 2017 oleh sekunpulan pemuda desa di Kutai Kartanegara yang mengembangkan Desa Wisata KOMIK PESUT (Konservasi Endemik Pesut Mahakam). Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) berstatus terancam punah dan merupakan satwa endemik Kalimantan Timur yang habitatnya berada di Sungai Mahakam.
3. Kelompok Pelestari Penyu “Turtle Conservation Community” Nipah (Nusa Tenggara Barat)
Kelompok ini melakukan kegiatan pelestarian penyu sejak tahun 2018. Inisiatif penyelamatan telur penyu dilakukan di sepanjang Pantai Nipah sejauh 3 kilometer karena semakin maraknya perburuan telur penyu antuk dijual. Sejak tahun 2018, kelompok ini berhasil menyelamatkan 25.000 butir telur penyu dan melepasliarkan 9.700 ekor anak penyu.
4. Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau (Kalimantan Utara)
Kelompok MHA Punan Batu Benau Sajau ini meliputi 35 Kepala Keluarga dengan total 96 jiwa. MHA ini telah mendapatkan SK Bupati tentang pengakuan dan perlindungan MHA pada tahun 2023. Kelompok ini melakukan penyelamatan kawasan hutan dari kegiatan perambahan hutan dan perladangan oleh masyarakat. Wilayah MHA membentang di sekeliling kawasan Gunung Benau Kaltara. Hingga saat ini MHA Punan Batu Benau Sajau berhasil menjaga kawasan hutan seluas 18.429 hektare di tengah kepungan perusahaan perkebunan.
5. Rumah Literasi Hijau (DKI Jakarta)
Rumah Literasi Hijau merupakan kelompok yang dipimpin oleh seorang guru perempuan yang prihatin terhadap pencemaran hebat di Kepulauan Seribu akibat sampah dari laut. Kelompok ini melakukan pengelolaan sampah kolaboratif dengan Gerakan Pulauku Nol Sampah. Kelompok ini juga membuat kegiatan edutrip (ekowisata), membuat Lab sampah di RW 04 Pulau Pramuka, serta ruang terbuka berbasis ekosistem pengelolaan sampah. Rumah Literasi Hijau juga telah melakukan penanaman mangrove dengan luas mencapai 8 hektare di pesisir utara Pulau Panggang dan Palau Karya.
6. Pejuang Muda Wija To Cerekeng (PM-WTC) (Sulawesi Selatan)
Pejuang Muda Wija To Cerekeng merupakan kelompok masyarakat yang terbentuk karena keprihatinan lembaga adat terhadap alih fungsi lahan dan masifnya pencurian kayu. Kegiatan yang dilakukan adalah Patroli Pengamanan Kawasan, Penanaman Pohon, Konservasi Keanekaragaman Hayati di sekitar Kawasan Hutan Adat Cerekang dan pembersihan sungai Cerekang. Kelompok juga mendorong penerapan hukum adat dengan melarang kegiatan apapun dalam kawasan hutan tanpa izin dari pemangku adat, sesuai dengan pesan leluhur “Narekko mujamai panggale ade’ mu makkasolangngi ri wanuammu.”
KATEGORI Pengabdi
1. Taufik Ismail (Kalimantan Timur)
Taufik Ismail merupakan seorang polisi di anggota Ditpolairud Polda Kaltim berusia 45 tahun. Sejak tahun 2008 Taufik Ismail telah menjaga, mengawasi, merestorasi, dan merehabilitasi lahan kritis di kawasan pesisir Balikpapan dengan pembersihan sampah, pembibitan, dan penanaman mangrove. Tahun 2017 bergerak bersama Pokdarwis, komunitas lingkungan, DLH, pihak swasta, dan perguruan tinggi. Hingga saat ini Taufik telah berhasil merehabilitasi 70 hektare ekosistem mangrove, mengembangkan wisata, dan pemanfaatan hasil mangrove.
2. Saini (DKI Jakarta)
Saini adalah seorang anggota pemadam kebakaran berusia 39 tahun yang merupakan warga asli Kepulauan Seribu. Sejak tahun 2007, Saini aktif sebagai pelestari ekosistem perairan dan pemandu wisata. Saini mampu mengemhangkan kegiatan eduwisata, penanaman mangrove, dan transplantasi karang dengan metodo rocklife sejak tahun 2017.
3. Idi Bantara (Lampung)
Idi Bantara adalah seorang ASN BPDAS Way Seputih Way Sekampung berusia 57 tahun. Sejak tahun 2011, Idi memanfaatkan kotoran gajah untuk Kompos Blok sebagai media tanam ramah lingkungan. Idi juga berkontribusi dalam penanganan konflik dan tenurial di Gunung Balak, mengembangkan Gubal Gaharu melalui Bioserum Non Fusarium, dan inovasi media semai cetak (MSC) untuk mengurangi limbah plastik polybag.
KATEGORI Pembina
1. Febri Sugana (Sumatera Barat)
Febri Sugana seorang wiraswasta dan penyuluh swadaya perikanan berusia 43 tahun. Febri Sugana telah melakukan perlindungan ekosistem sungai dan danau sejak tahun 2008 meliputi sosialisasi dan pengawasan pemanfaatan sungai, budidaya ikan di kolam air deras dengan pemanfaatan aliran sungai Batang Antokan, dan pemanfaatan limbah cair untuk menunjang budidaya pertanian. Keberhasilan dari kegiatan tersebut adalah terbentuknya 3 kelompok binaan, berkurangnya penangkapan ikan dengan racun dan setrum, dan berkurangnya penggunaan pupuk pertanian. Pada tahun 2023, Febri Sugana menjadi nominator Penghargaan Kalpataru untuk Kategori Pembina.
2. Dindin Komaruddin (DKI Jakarta)
Dindin Komaruddin seorang wiraswasta berusia 52 tahun. Sejak tahun 2011, Dindin Komaruddin melakukan kegiatan pemanfaatan sampah anorganik untuk didaur ulang (Recycle Art Paper) dengan melibatkan anak jalanan, dan menginisiasi Pembentukan Yayasan dan Bank Sampah Kumala. Dindin berhasil membina 300 anak jalanan. Bahkan 25 orang diberdayakan sebagai trainer kegiatan daur ulang bersertifikasi. Hasilnya 49 orang mantan anak jalanan sudah memiliki pekerjaan yang layak bahkan 2 orang menjadi PNS. Kegiatan ini sudah menekan tingkat kriminalitas anak jalanan khususnya di Kecamatan Tanjung Priok. Sampai saat ini Dindin telah melatih 12.768 orang dari seluruh indonesia.
3. Denok Marty Astuti (Jawa Tengah)
Denok Marty Astuti seorang perempuan berusia 46 tahun yang mendirikan GROPESH Solo Raya (komunitas orang muda yang peduli sampah dan lingkungan hidup) pada tahun 2015. Denok mendampingi 80 orang narapidana di rutan dan 115 personil kebersihan lapangan di TPS 3R terkait pengelolaan sampah. Denok juga menginisiasi pendirian 12 bank sampah di berbagai tempat ibadah, mendampingi 80 bank sampah unit, dan menginisiasi Bank Sampah Induk di Solo Raya.
4. Misrani (Kalimantan Selatan)
Misrani adalah petani dan penyuluh pertanian Provinsi Kalimantan Selatan berusia 49 tahun. Pada tahun 2009, Misrani berhasil mengembangkan kelompok tani Kayuh Baimbai yang aktif melakukan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Misrani menerapkan pertanian dengan sistem fertigasi, membangun kawasan agrowisata hortikarya tani, dan melestarikan 24 varietas tanaman buah unik dan langka dari Kalimantan Selatan. Misrani berkontribusi melahirkan regenerasi petani muda yang handal dan mandiri dan meningkatkan produksi dan penghasilan petani 30%-50% dari sebelumnya.
5. Rukmini Paata Toheke (Sulawesi Tengah)
Rukmini Paata Toheke adalah seorang Tina Ngata atau ibu kampung di komunitas di Desa Toro Desa Toro yang berada di sebuah hamparan lembah yang dikelilingi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Sejak 1994, Rukmini berjuang menggali kembali peran penting perempuan adat untuk menjaga hutan Toro. Rukmini Paata Toheke juga menginisiasi berdirinya Sekolah Adat Ngata Toro dan menulis buku tentang Perempuan dan Konservasi ke dalam modul ajar sebagai materi sekolah adat. Rukmini mengajarkan anak didik usia 5-12 tahun melalui sekolah adat Desa Toro.
Demikian daftar lengkap para nominasi penerima Kalparatu 2024 yang dikutip Sekaltim.co dari rilis Direktorat Kemitraan Lingkungan KLHK.
Penghargaan kepada para pejuang lingkungan tersebut akan diserahkan pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2024 mendatang. (*)