Ekonom Senior Kwik Kian Gie Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun

Jakarta, Sekaltim.co – Kwik Kian Gie meninggal dunia pada Senin malam, 28 Juli 2025, pukul 22.00 WIB di usia 90 tahun. Indonesia berduka setelah kabar itu beredar.
Kwik Kian Gie merupakan salah satu tokoh ekonomi paling disegani di Tanah Air. Kabar ini menjadi kehilangan besar bagi Indonesia.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh politikus senior PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, pada Selasa dini hari.
“Ya betul, 28 Juli 2025 sekitar pukul 22.00 WIB, dalam usia 90 tahun,” ujar Andreas dikutip dari Kompas. Ia mengenang Kwik sebagai ekonom andal dan tokoh bangsa yang berintegritas tinggi. “Selamat jalan menuju keabadian, ekonom andal berintegritas. Kita kehilangan tokoh ekonom besar,” katanya.
Ucapan duka juga datang dari berbagai tokoh nasional. Sandiaga Uno, mantan calon wakil presiden (cawapres) 2019, menyebut Kwik sebagai mentor sejati yang selalu berdiri di tengah badai demi kepentingan rakyat. “Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Indonesia berduka,” tulisnya di akun Instagram disertai foto bersama Kwik dan Prabowo Subianto.
Politikus PDI-P, Hendrawan Supratikno, menyampaikan bahwa Kwik sempat dirawat selama dua bulan di RS Medistra karena masalah pencernaan yang terus-menerus mengganggunya.
Jejak Panjang Kwik Kian Gie
Kwik Kian Gie lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935 dari keluarga Tionghoa sederhana. Setelah lulus dari SMA Erlangga Surabaya, yang turut ia dirikan, Kwik melanjutkan studi ekonomi ke Nederlandsche Economische Hogeschool Rotterdam (sekarang Erasmus Universiteit Rotterdam) dan lulus pada tahun 1963. Sejak awal, niatnya jelas: mengabdi untuk bangsa, bukan memperkaya diri.
Karier Kwik Kian Gie awalnya dimulai di dunia bisnis dan perdagangan. Namun, ia memilih meninggalkan dunia usaha demi pendidikan. Ia mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya pada 1982, lalu Institut Bisnis Indonesia (IBI) pada 1987, yang kini dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business. Dari sinilah ribuan profesional ekonomi Indonesia dilahirkan.
Karya Kwik Kian Gie berupa buku yang terkenal berjudul “Saya Bermimpi Jadi Konglomerat”. Buku ini mengkritik keras ketimpangan ekonomi dan menyentil sistem yang terlalu tunduk pada modal asing. Pemikirannya tentang ekonomi kerakyatan menjadi pondasi kebijakan ekonomi PDIP dan narasi perlawanan terhadap ketimpangan sistemik.
Karier Politik dan Integritas
Kwik Kian Gie bergabung dengan PDI tahun 1987 dan menjadi bagian penting dalam faksi Megawati Soekarnoputri. Ia turut membela demokrasi internal partai ketika PDI ditekan oleh rezim Orde Baru.
Setelah Reformasi 1998, ia dipercaya menjadi Wakil Ketua MPR RI, lalu menjabat sebagai Menko Ekuin di era Gus Dur (1999–2000), dan Kepala Bappenas di kabinet Megawati (2001–2004).
Kwik dikenal berani menghadapi tekanan internasional, seperti ketika menolak skema penyelesaian BLBI, yang dinilainya bertentangan dengan konstitusi. Keberpihakannya pada rakyat kecil tak pernah pudar, bahkan saat ia berbeda pendapat dengan partainya sendiri.
Jabatan tinggi tak mengubah jiwanya. Ia dikenal sebagai salah satu pejabat tinggi yang meninggalkan kekuasaan dengan kepala tegak dan tangan bersih.
Warisan Kwik Kian Gie yang Abadi
Kwik menikah dengan Dirkje Johanna de Widt, yang lebih dulu wafat pada tahun 2020. Ia meninggalkan tiga anak, yaitu Kwik Ing Hie, Kwik Mu Lan, dan Kwik Ing Lan. Meskipun kehidupannya telah usai, warisan intelektual, moral, dan integritasnya tetap hidup** di hati rakyat Indonesia.
Berbagai buku dan pemikirannya seperti “Analisa Ekonomi Politik Indonesia” dan “Kwik Kian Gie Bicara” menjadi rujukan penting dalam studi ekonomi dan kebijakan publik di Indonesia.
Selamat jalan, Pak Kwik. Terima kasih atas keteladanan, integritas, dan dedikasi panjangmu untuk negeri. Indonesia berduka, tapi juga bangga pernah memiliki putra terbaik seperti Anda. (*)




