Sekaltim.co – Film dokumenter terbaru karya Watchdoc berjudul “Pesta Oligarki” resmi dirilis pada Sabtu 19 Oktober 2024, melalui kanal YouTube Watchdoc Documentary.
Momentum peluncuran film ini menjadi sorotan karena berdekatan dengan momen peralihan kekuasaan dari Presiden Joko Widodo kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan dilantik pada Minggu 20 Oktober 2024.
Film berdurasi 53.45 menit ini menghadirkan investigasi jejak kelam realitas politik Indonesia bersama turunannya selama lebih dari empat dekade, dimulai dari era Orde Baru hingga periode kepemimpinan Joko Widodo.
Watchdoc, yang dikenal konsisten mengangkat isu-isu sosial dan politik, menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mendokumentasikan berbagai peristiwa terkait Pemilu 2024.
Watchdoc menilai bahwa terdapat paralelisme menarik antara pernyataan Presiden Soeharto pada tahun 1981 dan pernyataan Presiden Jokowi pada Juli 2023 tentang ‘Pesta Demokrasi’.
Kritik Terhadap Sistem Politik
Film ini mengungkap bagaimana istilah “Pesta Demokrasi” yang pertama kali diperkenalkan Presiden Soeharto pada tahun 1981 di hadapan kepala daerah seluruh Indonesia, ternyata memiliki makna yang lebih dalam.
“Jokowi bukan orang pertama yang mengenalkan istilah pesta demokrasi Ia hanya mengulangi pernyataan yang pernah disampaikan Soeharto pada tahun 1981. Pesta demokrasi pertama kali disebut oleh Presiden Soeharto jelang Pemilu 1982. Saat itu Soeharto mengadakan rapat persiapan Pemilu bersama para gubernur
walikota dan bupati seluruh Indonesia,” ungkap narator film, Muhammad Sridipo dalam film dokumenter tersebut.
Selama era Orde Baru, pemilu selalu menghasilkan pemenang yang sama yaitu Golkar, sementara PPP dan PDI hanya menjadi pelengkap politik.
“Pesta Oligarki” menggambarkan secara gamblang bagaimana pola serupa terulang pada Pemilu 2024. Film ini mengekspos bagaimana sekelompok elit yang haus kekuasaan dan kekayaan mengontrol tidak hanya pemerintahan, tetapi juga ekonomi negara melalui penguasaan sektor-sektor strategis.
Kontroversi Politik Dinasti
Salah satu sorotan utama film ini adalah kebijakan kontroversial terkait keputusan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Keputusan ini dianggap sebagai bentuk nyata dari politik dinasti yang semakin menguat di Indonesia.
Film ini memperlihatkan bagaimana oligarki telah mengambil alih demokrasi kita. Pemilu 2024 menjadi bukti nyata bagaimana kekuasaan tetap berputar di antara segelintir elite.
“Partai politik seperti imperium-imperium baru. Dia hadir tak lagi merepresentasi suara rakyat sebenarnya tapi lebih mewujudkan suara kepentingan pemilik partai politik itu sendiri,” kata Prof. Hendrawan P. Wiratraman dari Pusat Kajian Hukum dan Keadilan UGM yang menjadi salah satu tokoh sumber dalam film itu.
Dampak dan Respon Masyarakat
Sejak peluncurannya, film Pesta Oligarki Watchdoc 2024 ini mendapat respon dari masyarakat. Berbagai komunitas masyarakat sipil, termasuk YLBHI Bali dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Indonesia, menggelar pemutaran bersama di berbagai kota.
Di Surakarta, diskusi film yang menghadirkan pembicara seperti Eko Prasetyo dari Social Movement Institute dan Mariyana Ricky, Ketua AJI Solo, menarik ratusan peserta.
Refleksi Demokrasi Indonesia
Film ini menggarisbawahi beberapa fenomena penting dalam politik Indonesia kontemporer:
– Meningkatnya jumlah pasangan calon tunggal dalam Pilkada 2024
– Maraknya politik dinasti di berbagai daerah
– Munculnya fenomena calon boneka
– Peran oligarki dalam pendanaan kampanye politik
– Pengaruh elit bisnis dalam pengambilan kebijakan
Film ini menunjukkan pesta demokrasi bukan lagi pesta rakyat melainkan pesta oligarki dan rakyat hanya menjadi penonton di dalamnya.
“Jadi, sebenarnya ini bukan Pemilu. Ini hanya pesta para oligarki. Tanpa nilai,” kata Prof. Hendrawan P. Wiratraman, di ujung film ini.
Menjelang pelantikan presiden baru Indonesia periode 2024-2029, film “Pesta Oligarki” Watchdoc ini menjadi pemicu tantangan demokrasi Indonesia di masa depan.
Film “Pesta Oligarki” Watchdoc yang disutradari Ari Trismana ini berupaya membuka mata publik tentang realitas politik Indonesia dan mendorong gerakan perubahan dari akar rumput. (*)