Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024, Partai Demokrat Cari Pengganti

AS, SEKALTIM.CO – Dunia politik Amerika Serikat diguncang kabar mengejutkan pada Minggu 21 Juli 2024, malam waktu setempat.

Presiden Joe Biden secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan ulang sebagai Presiden AS dalam pemilihan umum November 2024 mendatang.

Keputusan ini sontak memicu kegaduhan di internal Partai Demokrat dan melemparkan peta persaingan pilpres AS ke dalam kekacauan.

Melalui akun resminya di platform media sosial X (dulu Twitter), Biden menyatakan, “Meski sebelumnya saya berniat mencalonkan diri kembali, saya yakin keputusan terbaik bagi partai dan negara adalah mundur dan fokus sepenuhnya menuntaskan tugas sebagai Presiden hingga akhir masa jabatan saya.”

Pernyataan tersebut langsung viral dan menjadi trending topic dengan tagar #BidenOut di X hingga Senin 22 Juli 2024 dini hari.

Banyak warganet yang terkejut sekaligus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di balik keputusan mendadak ini.

Pengumuman Biden ini bahkan mengejutkan para staf Gedung Putih dan tim kampanyenya sendiri.

Seorang sumber di lingkaran dalam Partai Demokrat mengungkapkan, “Kami semua baru tahu dari cuitan (tweet) itu. Tak satu pun dari kami paham apa yang sebenarnya terjadi.”

Kegaduhan semakin menjadi-jadi karena hanya beberapa menit sebelum pernyataan Biden tersebut, tim kampanyenya masih mengirimkan email penggalangan dana untuk “Joe and Kamala”. Ini menunjukkan betapa mendadak dan tak terduganya keputusan Biden.

Spekulasi pun bermunculan terkait alasan di balik mundurnya Biden. Beberapa pengamat menduga hal ini terkait dengan kondisi kesehatan Biden yang tengah pulih dari Covid-19.

Sejak empat hari lalu, Biden memang mengisolasi diri di rumah pantainya di Delaware.

Namun, sumber-sumber yang dekat dengan situasi ini mengindikasikan bahwa keputusan Biden lebih didorong oleh pertimbangan politik.

Diketahui bahwa Steve Ricchetti, salah satu penasihat terdekat Biden, baru-baru ini mengunjungi Biden di Delaware untuk membahas hasil polling terbaru dan desakan dari beberapa petinggi Partai Demokrat agar Biden mengundurkan diri.

Hanya beberapa jam sebelum pengumuman Biden, sebuah jajak pendapat baru dirilis menunjukkan Biden tertinggal 7 poin persentase dari rivalnya di negara bagian kunci Michigan.

Angka ini melonjak dua kali lipat dibanding sebulan lalu, pasca performa buruk Biden dalam debat kandidat.

Mundurnya Biden dari arena pilpres 2024 tentu membuka peluang bagi kandidat lain dari Partai Demokrat.

Nama Wakil Presiden Kamala Harris langsung mencuat sebagai pengganti potensial. Biden sendiri dalam pernyataannya memberikan dukungan kepada Harris.

Mantan Presiden Bill Clinton dan istrinya, mantan Menlu Hillary Clinton yang juga pernah menjadi kandidat presiden tahun 2016, langsung menyatakan dukungan mereka terhadap Harris.

“Kami merasa terhormat bergabung dengan Presiden dalam mendukung Wakil Presiden Harris dan akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk mendukungnya,” ujar pasangan Clinton dalam pernyataan di X.

Meski demikian, tidak semua pihak di Partai Demokrat sepakat bahwa Harris adalah pilihan terbaik untuk menggantikan Biden.

Beberapa tokoh partai justru menyerukan diadakannya proses nominasi terbuka yang memungkinkan kandidat lain untuk ikut bertarung memperebutkan tiket Partai Demokrat.

Situasi ini semakin rumit mengingat waktu yang tersisa hingga Konvensi Nasional Partai Demokrat pada pertengahan Agustus mendatang sangatlah singkat.

Partai Demokrat kini dihadapkan pada dilema antara segera menunjuk pengganti atau menggelar proses seleksi yang lebih demokratis namun berisiko memakan waktu.

Sementara itu, kubu Partai Republik yang diproyeksikan akan mengusung kembali mantan Presiden Donald Trump sebagai kandidat, tampaknya sudah mengantisipasi skenario ini.

Dalam beberapa pekan terakhir, mereka mulai mengubah narasi kampanye mereka dari yang semula hanya fokus menyerang Biden, menjadi lebih umum terhadap siapapun calon Partai Demokrat.

Keputusan Biden untuk mundur ini juga dipicu oleh kekhawatiran para petinggi Partai Demokrat akan dampaknya terhadap pemilihan anggota kongres dan senat (down-ballot races).

Banyak kandidat Demokrat untuk kursi legislatif yang khawatir elektabilitas rendah Biden akan menyeret mereka ke kekalahan.

Faktor pendanaan kampanye juga disinyalir menjadi pertimbangan penting. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa banyak donor besar Partai Demokrat mulai enggan mengucurkan dana selama Biden masih menjadi calon presiden.

Mereka khawatir dana kampanye akan sia-sia mengingat elektabilitas Biden yang terus merosot.

Isu kebugaran dan usia Biden yang sudah 81 tahun memang telah lama menjadi perdebatan.

Banyak pemilih, bahkan dari kalangan Demokrat sendiri, yang menilai Biden sudah terlalu tua untuk menjabat periode kedua yang akan berakhir saat ia berusia 86 tahun.

Survei terbaru menunjukkan lebih dari 60% pemilih Demokrat menginginkan kandidat lain selain Biden.

Mundurnya Biden kini membuka peluang bagi generasi yang lebih muda di Partai Demokrat untuk tampil ke depan.

Selain Harris yang berusia 59 tahun, nama-nama seperti Gubernur California Gavin Newsom (56) dan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer (52) juga disebut-sebut sebagai kandidat potensial.

Terlepas dari siapa yang akhirnya terpilih menjadi kandidat Partai Demokrat, keputusan Biden ini dipastikan akan mengubah total peta persaingan pilpres AS 2024.

Partai Demokrat kini harus berpacu dengan waktu untuk menentukan langkah selanjutnya, sementara kubu Republik pun harus menyusun ulang strategi kampanye mereka.

Presiden Biden dijadwalkan akan menyampaikan pidato kepada publik dalam beberapa hari ke depan untuk menjelaskan lebih lanjut keputusannya ini.

Seluruh mata kini tertuju pada apa yang akan terjadi selanjutnya dalam drama politik terbesar di negeri Paman Sam tahun ini. (*)

Exit mobile version