ANEKAWACANA

Justice For Nova Viral di Media Sosial, Kontroversi Plagiarisme Karya Fiksi

SEKALTIM.CO – Dunia literasi Indonesia kembali dihebohkan dengan viralnya tagar Justice For Nova terkait isu plagiarisme yang melibatkan dua penulis fiksi.

Tagar Justice For Nova pun menjadi trending topic di platform X (sebelumnya Twitter) pada 17 Juli 2024, memicu perbincangan luas mengenai etika dalam dunia penulisan kreatif.

Kasus ini melibatkan penulis Nova Siswanto dan akun @akararutalaa yang dikenal sebagai ARU.

“Sepertinya AU TikTokku (@mencintaimantan) diplagiat oleh Brahmana Family (@akararutalaa)” tulis Nova dikutip dari akun Instagram pribadinya @novaasiswanto pada Rabu 17 Juli 2024.

Nova yakini jika mirip kisahnya itu bukan cuma kebetulan. Pasalnya, dalam sejumlah bagian, ceritanya hampir mirip.

“Dari premis, adegan, karakter, jadwal posting, semua kesamaan dan kejanggalan itu benar-benar mengusik pikiranku sebagai penulis,” tulisnya.

Sebelum kasus itu tuntas, Nova meninggal dunia karena penyakit jantung yang diidapnya. Nova meninggal usai operasi.
Orang dekatnya lalu upayakan berjuang atas hak-hak penulis tersebut agar bisa dapatkan keadilan.

Kronologi kasus ini bermula pada 6 Juli 2024, ketika Nova Siswanto, melalui akun Instagram @novaasiswanto, mengklaim bahwa karyanya telah dijiplak.

Nova menyatakan bahwa cerita fiksi Alternate Universe (AU) yang ia buat di akun TikTok @MencintaiMantan telah diplagiat oleh akun Brahmana Family, yang dikelola oleh @akararutalaa atau ARU.

Nova menjelaskan adanya kesamaan mencolok antara karyanya dan karya ARU, mulai dari alur cerita, penokohan, hingga konflik yang disajikan.

Salah satu contoh spesifik yang ia berikan adalah kejadian kecelakaan yang berakhir dengan amputasi pada tangan sebelah kiri, yang muncul dalam kedua karya dengan jeda waktu yang sangat berdekatan.

Berdasarkan kronologi yang dibagikan Nova, kasus ini sebenarnya telah berlangsung sejak Maret 2024.

Pada 4 Maret, Nova awalnya menghubungi penerbit Cloud Books untuk menerbitkan karyanya, namun rencana ini dibatalkan karena masalah kesehatan Nova.

Selanjutnya, pada 25 April, ia menghubungi penerbit Tekad.id yang pernah menawarkan kontrak kepadanya.

Namun, pada 30 April, penerbit Tekad.id menginformasikan bahwa mereka tidak bisa menerbitkan naskah Nova karena tidak sesuai dengan pangsa pasar mereka yang ditargetkan untuk pembaca 17 tahun ke bawah. Meskipun demikian, mereka sepakat untuk mengganti judul karya tersebut.

Situasi mulai memanas pada 14 Mei 2024, ketika Nova menghubungi pihak penerbit untuk menyampaikan kekhawatirannya mengenai kemiripan antara karyanya dan POV Brahmana Family.

Sehari kemudian, pada 15 Mei, ARU mengunggah story di Instagram-nya yang menyatakan bahwa tulisannya tidak memplagiasi karya orang lain dan murni dari idenya sendiri.

Nova kemudian mencoba menghubungi ARU secara langsung pada 17 Mei melalui pesan Instagram, dan pada 30 Mei melalui WhatsApp.

Dalam percakapan tersebut, ARU membantah tuduhan plagiarisme dan menegaskan bahwa ia tidak pernah membaca AU yang diunggah Nova.

Kontroversi ini mencapai puncaknya pada 6 Juli 2024, ketika Nova mengunggah pernyataan lebih rinci di akun Instagram-nya.

Ia memaparkan berbagai kesamaan antara karyanya dan karya ARU, termasuk alur, penokohan, konflik, dan bahkan waktu publikasi yang berdekatan untuk adegan-adegan tertentu.

Menanggapi kontroversi ini, pihak penerbit Tekad pada 8 Juli 2024 mengeluarkan surat pernyataan yang menyatakan bahwa mereka akan menarik novel Brahmana’s Family secara bertahap dari peredaran, sebagai respons terhadap isu plagiarisme yang dilakukan oleh ARU.

ARU sendiri, melalui unggahan di akun Instagram @akararutalaa, telah meminta maaf atas keramaian yang terjadi. Sementara itu, Nova telah mengeluarkan Surat Pernyataan Sikap terkait kasus ini.

Kasus ini memicu diskusi luas di kalangan netizen dan komunitas penulis mengenai etika dalam dunia penulisan kreatif.

Banyak warganet yang mengungkapkan kekecewaan dan mengecam tindakan plagiarisme, mendorong tagar Justice For Nova dan #StopPlagiat menjadi trending topic.

Kontroversi ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai perlindungan hak cipta dalam era digital, di mana karya-karya kreatif sering dibagikan secara online melalui platform seperti TikTok dan media sosial lainnya.

Kontroversi Justice For Nova telah membuka mata banyak orang tentang pentingnya integritas dalam berkarya dan menghargai hasil kerja keras orang lain. (*)

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button