Kisah Charlotte, Orangutan yang Pernah Dirantai Besi Kini Beradaptasi di Kanopi Alami
SEKALTIM.CO – Ini kisah tentang Charlotte, individu orangutan betina, yang memiliki riwayat mengharukan.
Chralotte awalnya adalah individu orangutan malang yang dipelihara oleh sebuah keluarga selama beberapa tahun.
Dia ditempatkan di kolong rumah panggung. Lehernya diikat dengan rantai besi.
Pada Juli 2021, tim WRU BKSDA Kalimantan Timur – SKW I Berau melakukan pengamanan terhadap Charlotte. Dia ditemukan berada di sebuah pondok di tengah perkebunan sawit Kabupaten Kutai Timur.
Setelah penyelamatan, Charlotte dievakuasi dan dititipkan di pusat rehabilitasi orangutan Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) – COP untuk menjalani proses rehabilitasi melalui program sekolah hutan.
“Charlotte kemudian dievakuasi dan dititipkan pada pusat rehabilitasi orangutan Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) – COP untuk menjalani proses rehabilitasi melalui program sekolah hutan,” demikian keterangan tertulis BKSDA Kaltim, Kamis 30 Mei 2024.
Awal perjalanannya di pusat rehabilitasi tidaklah mudah. Selama sebulan pertama, Charlotte menolak memakan buah-buahan karena terbiasa dengan makanan manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, Charlotte akhirnya bisa beradaptasi.
Kini, hampir tiga tahun berlalu sejak Charlotte tiba di pusat rehabilitasi. Kemampuan memanjatnya semakin meningkat, dan ia selalu beraktivitas di kanopi pohon yang tinggi.
“Charlotte sudah terbiasa mencari pakan alami di hutan saat sekolah hutan. Kemampuan bertahan hidupnya di habitat alaminya juga semakin baik,” tulis BKSDA Kaltim.
Sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat alami, orangutan hasil rehabilitasi biasanya harus melalui beberapa tahapan untuk memastikan kesiapannya.
Pada tahapan awal, orangutan yang berada di pusat rehabilitasi akan bersekolah di sekolah hutan. Setelah semua tahapan di sekolah hutan dapat dilalui, maka orangutan berhak naik kelas.
Orangutan yang telah naik kelas di sekolah hutan akan mendapat kesempatan berada di pulau pra-pelepasliaran sebelum akhirnya dilepasliarkan.
Di pulau ini, orangutan yang sebelumnya masih berada di kandang akan dibiarkan untuk dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi.
Mereka mendapat stimulan untuk mencari pakan alami atau buah di dalam pulau, membuat sarang, dan mampu mendeteksi ancaman atau bahaya.
Semoga Charlotte segera lulus dari sekolah hutan dan masuk daftar untuk dilepasliarkan kembali di habitatnya.
Kisah Charlotte mengingatkan betapa pentingnya menjaga dan melindungi satwa langka seperti orangutan dari kepunahan.
Dengan upaya rehabilitasi yang tepat, Charlotte dan orangutan lainnya memiliki harapan untuk kembali ke alam liar dan menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. (*)