
Sekaltim.co – Sebuah seruan sederhana, “Tolong berikan kami perdamaian”, menggema dari panggung dunia melalui karya seni seorang remaja perempuan asal Bangladesh Tasfiha Tahsin.
Karya Tasfiha Tahsin dari Bangladesh berjudul “The Cry for Peace”, dinobatkan sebagai pemenang utama dalam International Loving-Peace Art Competition ke-7 yang digelar International Women’s Peace Group (IWPG) pada 29 November 2025.
Kompetisi ini diikuti oleh 15.932 karya dari 40 negara, termasuk Indonesia, dan menjadi salah satu ajang seni terbesar yang menyoroti tema perdamaian global.
Visual Karya Tasfiha Tahsin adalah teriakan putus asa umat manusia di tengah perang. Di pusat gambar, seorang anak berdoa dengan mata tertutup, dikelilingi tank, misil, bangunan terbakar, serta kawat berduri yang mewakili penderitaan.
Simbol perdamaian hadir melalui burung merpati putih, mata dengan lambang perdamaian, bendera negara, hingga logo PBB. Kata “please” yang tersebar di seluruh gambar memberi penekanan emosional pada harapan akan dunia yang lebih aman.
“Pada pandangan pertama, gambar ini penuh kekacauan. Tapi jika Anda melihat lebih dalam, ada doa sunyi yang lahir dari keputusasaan,” ujar Tahsin dalam pidato penerimaan penghargaan.
Ia menegaskan, anak dalam gambarnya mewakili jutaan jiwa tak berdosa yang mendambakan keamanan dan hidup tanpa ketakutan.
Indonesia turut menyumbang prestasi dalam ajang ini. Beberapa siswa meraih penghargaan melalui karya yang menonjolkan pesan perdamaian:
1. Kyan Viryadharma Yaphet (SD Tunas Muda) menggambarkan merpati putih dan anak-anak dari berbagai budaya sebagai simbol kebersamaan.
2. Severine Abigail Budiyanto (SMP Bogor Raya) menciptakan “Pohon Perdamaian” yang menyatukan negara-negara dunia.
3. Prince R.M.B. Ikan dari Filipina dan 4. Cyubahiro Alain Prince dari Rwanda juga menghadirkan pesan serupa lewat gambar jabat tangan, harmoni, dan kegiatan saling membantu.
Ketua Juri, Soon-kyu Hwang, mengatakan para siswa menunjukkan pemahaman mendalam tentang perdamaian meski masih berusia muda. “Perdamaian seperti kehidupan, jadi kita harus mengajarkannya kepada generasi muda,” katanya.
Sementara Ketua IWPG, Na Yeong Jeon, menyebut anak-anak sebagai “benih perdamaian” yang akan menyebarkan harmoni di masa depan.
“Anak-anak yang memilih cinta dan pengampunan, bukan kebencian, adalah pahlawan sejati perdamaian zaman ini,” ujarnya.
Kompetisi tahun ini mengangkat tema “Bagaimana kita dapat mempraktikkan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari?”
Pemenang utama menerima beasiswa 1.000.000 KRW, sedangkan pemenang emas, perak, dan perunggu masing-masing memperoleh 500.000 KRW, 300.000 KRW, dan 200.000 KRW. Sebanyak 41 peserta dianugerahi penghargaan, dan seluruh karya finalis akan dipamerkan melalui brosur seni.
Sekitar 1.000 peserta, orang tua, staf, dan tamu dari berbagai negara hadir dalam acara penganugerahan.
Melalui coretan tangan Tasfiha Tahsin Bangladesh dan anak-anak lainnya, ajang ini kembali mengingatkan dunia pada satu pesan universal: bahwa perdamaian bukan sekadar konsep besar, melainkan kebutuhan mendesak yang dirasakan manusia dari berbagai usia, bangsa, dan latar belakang. (*)





