NEWS SEKALTIM

Mengenal Keajaiban Rock Art di Karst Sangkulirang Mangkalihat

SEKALTIM.CO – Di pedalaman Kalimantan Timur, terdapat sebuah kawasan karst yang menyimpan khazanah budaya prasejarah yang luar biasa. Tepatnya di Sangkulirang, Kutai Timur, Kalimantan Timur, terdapat situs yang dikenal dengan nama Karst Sangkulirang Mangkalihat, sebuah cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Kawasan ini merupakan salah satu daerah karst terluas di Indonesia, membentang dari Kabupaten Kutai Timur hingga Kabupaten Berau.

Kawasan karst sendiri terdiri atas batuan kapur yang berpori, dan di wilayah karst Sangkulirang Mangkalihat inilah ditemukan lebih dari 3.000 gambar cadas prasejarah yang tersebar di berbagai lokasi. Gambar-gambar ini menjadi bukti adanya kehidupan prasejarah di masa neolitikum dan megalitikum. Motif gambar yang ditemukan beraneka ragam, mulai dari motif manusia, hewan, hingga gambar-gambar abstrak.

Melalui gambar-gambar ini, kita bisa melihat aspek kehidupan prasejarah seperti aktivitas berburu, bercocok tanam, dan ritual keagamaan. Dengan adanya peninggalan budaya yang begitu kaya, kawasan ini menjadi bukti betapa kayanya bangsa Indonesia akan warisan budaya leluhur.

Rock art atau gambar cadas dibuat oleh masyarakat prasejarah dan menjadi kajian penting dalam disiplin arkeologi. Rock art berperan dalam menginterpretasikan segala tinggalan masa lalu yang terekam pada motif-motif lukisan karya nenek moyang manusia. Lukisan rock art biasa diekspresikan di dinding gua dan banyak ditemukan di berbagai benua seperti Amerika, Afrika, Eropa, Australia, hingga Asia.

rock art Sangkulirang Mangkalihat

Pindi Setiawan, peneliti gambar cadas dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam konferensi pers “Inovasi Leluhur sebagai Penguat Karakter Bangsa: Pembuktia Gambar Cadas Tertua di Dunia”, di Kemendikbud, Jakarta, Kamis 8 November 2018 lalu pernah mengungkapkan bahwa dengan menggunakan metode analisis penanggalan U-series Geochemistry terhadap sampel di Liang Jeriji Saleh diperoleh usia 40.000 tahun yang lalu. Sampel ini berupa gambar figur hewan yang diperkirakan banteng liar. Sementara gambar negatif tangan berusia 37.000 tahun yang lalu.
(historia.id/kuno/articles/).

Di Asia sendiri, rock art banyak ditemukan di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Rock art di Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi salah satu situs kawasan gambar cadas yang telah terdaftar di Tentative List UNESCO pada 30 Januari 2015 dengan nomor referensi 6009 dan judul “Sangkulirang-Mangkalihat Karts: Prehistoric Rock Art Area”.

Terdapat beberapa gua di kawasan ini, antara lain Gua Saleh, Gua Tewet, Gua Pindi, Gua Mardua, Gua Masri, Ilas Kenceng, Gua Tamrin, Gua Jufri, Gua Ham, dan Gua Harto. Situs Gua Mardua sampai Gua Ham berada di pegunungan karst yang ada di Kabupaten Kutai Timur, sementara situs Gua Harto berada di gunung karst Merabu Mapulu, di Kabupaten Berau.

Penting dicatat bahwa penemuan rock art di Gua Mardua pada tahun 1994 oleh tim peneliti Prancis seakan membuka pintu misteri tentang budaya tersebut di wilayah Kalimantan Timur. Mereka mendapatkan gambar telapak tangan negatif (negative hand stencil), seperti yang biasa ditemukan di situs rock art lain baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Sampai akhir 2003, tercatat 38 situs dengan ribuan gambar telapak tangan negatif serta motif gambar lainnya.

Sayangnya, kawasan karst ini juga sering mengalami perusakan oleh oknum tak bertanggung jawab maupun kerusakan lainnya karena faktor alam. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur nomor 67 tahun 2012 menyebutkan luasan ekosistem karst Sangkulirang-Mangkalihat adalah 18.676,76 km2 dengan luas bentang alam karst 3.073,37 km2, nilai ini jauh lebih kecil dari sebaran batugamping yang dimiliki Kalimantan Timur.

rock art Sangkulirang Mangkalihat
Kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat

Meskipun demikian, keberadaan rock art di Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi saksi bisu atas kekayaan budaya prasejarah Indonesia. Gambar-gambar tersebut menjadi jendela untuk mengintip kehidupan nenek moyang kita di masa lampau. Sudah sepatutnya kawasan ini dilestarikan dan dijaga kelestariannya agar generasi mendatang dapat terus mempelajari dan mengagumi kekayaan budaya warisan leluhur. (*).

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button