SEKALTIM.CO – Ada tanggal spesial yang perlu kita ingat baik-baik, yaitu 14 Juni yang diperingati sebagai Hari Purbakala Nasional di Indonesia. Tahun 2024, Hari Purbakala Nasional ke-111 dirayakan. Maknanya tak main-main lho. PBN ini bukan sembarang hari tapi momen buat kita merenungin warisan kekayaan budaya nusantara yang dikasih sama leluhur.
Sejarah PBN diawali sama pembentukan Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda (Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch – Indie) pada 14 Juni 1913. Dinas ini bisa dibilang cikal bakal lembaga pelestarianarta nusantara yang ada saat ini. Meski dibentuk sama penjajah Belanda, kita harus apresiasi karena jerih payah mereka mengawali upaya melindungi situs dan benda purbakala Indonesia.
Ada muasal penamaan hari purbakala nasional. Di zaman kolonial dulu, ada nih cendekiawan Belanda penggemar budaya bernama Nicholas Johannes Krom atau NJ Krom. Dia layak dijuluki “Bapak Purbakala” karena kegigihannya mengawal berdirinya Oudheidkundige Dienst sekaligus jualan ide monumenten-ordonantie 1931 yang bisa dikata prototipe UU Cagar Budaya edisi kekinian.
Perjuangan NJ Krom beserta koleganya ini berlanjut sampai pasca kemerdekaan, hingga akhirnya berbuah institusi Djawatan Purbakala di 1946. Jadi, penting buat kita kaum milenial untuk nggak mupus sejarah di balik hari purbakala nasional ini, karena kerja keras para pejuang budaya bangsa kita.
Nah, di era modern seperti sekarang, ngga bisa dipungkiri kalau pelestarian cagar budaya masih sering dapat tantangan. Contoh ekstrimnya, pada 2016 ada kasus memalukan saat Museum Balla Lompoa di Gowa, Sulsel dirampok dan kehilangan 3 kapal perang Belanda era kolonial plus kontainer barang antiknya. Sedih nggak tuh?
Selain itu, masih segar di ingatan kita kasus pencurian koleksi emas di Museum Sonobudoyo pada 2010 silam. Lebih miris lagi, Lambang Babad Purnomo dilaporkan meninggal akibat kecelakaan saat menjadi saksi hilangnya barang koleksi museum yang ditaksir berharga triliunan rupiah.
Guys, kisah-kisah nyebelin di atas seharusnya jadi tamparan buat kita semua. Gimana caranya kita mau menjaga cagar budaya kalau pelestarian situs dan museum masih bobrok gitu? Nggak bisa terus bergantung ke pemerintah saja. Kita anak muda juga kudu turun tangan dengan cara kita sendiri!
Dengan kemajuan teknologi digital, pelestarian cagar budaya akan lebih mudah diakses dan dinikmati semua orang. Bayangkan aja kalau situs purbakala di daerah terpencil bisa dipromosikan lewat medsos dan peta daring, dijamin bakal banyak peminat yang kunjungi! Selain itu, teknologi rekayasa virtual bisa dimanfaatkan untuk merekonstruksi cagar budaya yang telah musnah. Keren kan?
Namun aksi nyata paling penting tetap ada di tangan generasi muda. Jangan malu mengampanyekan isu pelestarian benda purbakala ke teman-teman. Share akun media sosial resmi pengelola cagar budaya supaya semakin banyak diikuti. Ikut kegiatan jaga kebersihan dan penataan kawasan bersejarah. Lalu paling kunci, jadikan budaya berkunjung ke situs purbakala ini sebagai gaya hidup lo sendiri. Pasti seru banget ngunjungin klotok Majapahit, Sriwijaya, Kediri, Gowa, Samudra Pasai dll!
Yang pasti, di Hari Purbakala Nasional 2024 ini, sebagai generasi penerus bangsa mari kita bergerak lebih aktif melindungi dan mempromosikan kekayaan budaya nusantara. Dengan menggenggam ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi modern, masa depan pelestarian cagar budaya Indonesia akan lebih cemerlang. Karena hanya dengan demikian, warisan adiluhung leluhur bisa terawat baik untuk dikenang selama-lamanya! (*)