Menjadi Pertanyaan Fenomena Gurun Sahara Menghijau, Para Ilmuwan Ungkap Kemungkinan Penyebabnya
Sekaltim.co – Menjadi sebuah pertanyaan besar ketika terjadi fenomena langka yang menarik perhatian dunia yaitu gurun Sahara menghijau.
Gurun Sahara yang terkenal sebagai salah satu wilayah terkering di planet ini diketahui tiba-tiba berubah menjadi hamparan hijau yang dipenuhi tumbuhan.
Peristiwa Gurun Sahara menghijau ini telah memicu berbagai spekulasi dan perdebatan di kalangan ilmuwan mengenai penyebab dan implikasinya terhadap perubahan iklim global.
Dari laporan Livescience, musabab dari fenomena Gurun Sahara menghijau ini masih belum dapat dipastikan.
Namun, para ilmuwan telah mengajukan beberapa teori yang menarik. Salah satu dugaan kuat adalah bahwa fenomena ini berkaitan erat dengan musim badai Atlantik yang relatif tenang tahun ini.
Curah hujan yang tidak biasa telah tercatat di wilayah Sahara. Intensitas hujan yang turun sangat lebat hingga menyebabkan beberapa area kering di Afrika Utara mengalami banjir.
Para ahli memperkirakan bahwa Sahara telah menerima curah hujan lima kali lipat lebih banyak dari rata-rata di bulan September.
Angka ini sungguh mengejutkan mengingat karakteristik Sahara yang biasanya gersang dan kering.
Moshe Armon, seorang ilmuwan atmosfer dari ETH Zürich, memberikan pandangan menarik tentang fenomena ini.
Ia mencatat bahwa meskipun curah hujan di Sahara bukanlah hal yang sepenuhnya langka, mengingat wilayah ini sangat luas dan beragam.
Namun yang menarik perhatian adalah sebagian besar Sahara, termasuk bagian utara yang biasanya lebih kering, kini terendam banjir.
Hal ini menunjukkan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern.
Perdebatan di kalangan ilmuwan pun mulai bermunculan. Beberapa ilmuwan percaya bahwa fenomena ini merupakan bagian dari fluktuasi iklim alami yang terjadi secara berkala.
Namun, tidak sedikit pula yang mengaitkannya dengan dampak perubahan iklim akibat ulah manusia. Perdebatan ini menekankan kompleksitas sistem iklim Bumi dan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami dinamika ini.
Untuk memahami fenomena ini lebih dalam, kita perlu melihat sejarah geologi Sahara.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, Sahara yang kini kita kenal sebagai gurun kering, sebenarnya pernah mengalami periode yang jauh lebih lembap.
Periode ini terjadi sekitar 11.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, dikenal sebagai Periode Lembab Afrika (African Humid Period atau AHP).
Selama AHP, perubahan orbit Bumi menyebabkan distribusi sinar matahari yang berbeda, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan signifikan dalam curah hujan di Afrika Utara.
Akibatnya, wilayah yang kini dikenal sebagai Sahara berubah menjadi lanskap hijau yang subur, dipenuhi dengan danau dan vegetasi yang melimpah.
Bukti dari periode hijau Sahara ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber. Lukisan batu prasejarah yang ditemukan di berbagai lokasi di Sahara menggambarkan pemandangan yang sangat berbeda dari apa yang bisa dilihat saat ini.
Lukisan-lukisan ini menunjukkan adanya hewan-hewan savana seperti gajah, jerapah, dan bahkan kerbau air, serta menggambarkan aktivitas manusia seperti berburu dan bercocok tanam.
Hal ini jelas mengindikasikan bahwa Sahara pernah menjadi wilayah yang sangat cocok untuk kehidupan, jauh berbeda dari kondisi gurunnya saat ini.
Fenomena Gurun Sahara menghijau ini menegaskan kembali betapa dinamisnya sistem iklim Bumi. Ini juga menjadi pengingat kuat akan pentingnya penelitian berkelanjutan dalam bidang klimatologi dan ekologi, serta perlunya kewaspadaan terhadap perubahan iklim global. (*)
*Dari berbagai sumber