Berau

Menyelamatkan Hutan Lewat Rotan: Kisah Sukses Long Beliu

Berau, Sekaltim.co – Kalimantan Timur, provinsi penghasil rotan terbesar kedua di Indonesia, kini mengukir sejarah baru melalui transformasi industri rotan berbasis masyarakat.

Kampung Long Beliu di Kabupaten Berau menjadi model pengembangan ekonomi hijau yang menjanjikan, membuktikan bahwa pelestarian hutan dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Potensi Rotan yang Terpendam

Penelitian Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengungkap fakta mengejutkan: Kalimantan Timur memiliki 40 jenis rotan, dengan tiga jenis utama yang paling diminati – Rotan Manau, Rotan Sabut, dan Rotan Sega.

Ironisnya, mayoritas rotan masih diekspor dalam bentuk mentah dengan nilai rendah, sementara industri pengolahan justru berkembang di wilayah non-produsen seperti Gresik dan Cirebon.

Kampung Long Beliu, dengan hutan seluas 4.633 m2, kini mengubah paradigma tersebut. Didukung insentif karbon dari Bank Dunia melalui skema Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF), kampung ini mulai mengembangkan ekosistem ekonomi berbasis rotan yang berkelanjutan.

Ekowisata Berbasis Rotan: Inovasi Ekonomi Kreatif

Pemerintah kampung bersama YKAN dan Yayasan Pilar Indonesia merancang konsep ekowisata yang komprehensif. Para wisatawan dapat menikmati pengalaman mendalam mulai dari susur sungai, praktik menganyam rotan, jelajah hutan, hingga wisata kuliner tradisional suku Dayak Gai dan Kenyah.

“Kampung kami siap menyambut pelancong dengan kekayaan alam dan budaya kami,” ujar John Patrik Ajang, Kepala Kampung Long Beliu. Target mereka pada 2025 adalah membangun rumah produksi rotan dan galeri kampung untuk promosi produk.

Konservasi Hutan Melalui Rotan

Niel Makinuddin dari YKAN menegaskan bahwa rotan bukan sekadar komoditas, melainkan alternatif penghidupan berkelanjutan. “Dari umbut hingga batang, semua bisa dimanfaatkan,” katanya. Rotan membutuhkan tegakan pohon untuk merambat, sehingga masyarakat secara alamiah terdorong menjaga kelestarian hutan.

Strategi ini memiliki dampak ganda: meningkatkan pendapatan masyarakat sambil melestarikan ekosistem hutan. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) akan mengelola unit usaha rotan di bawah pengawasan Lembaga Pengelola Hutan Desa.

Warisan Budaya dan Masa Depan

Secara historis, rotan telah menjadi bagian integral budaya masyarakat Kalimantan, khususnya Suku Dayak dan Kutai. Kini, inovasi Long Beliu mengubah warisan tradisional menjadi model pengembangan ekonomi hijau yang dapat ditiru daerah lain.

Kisah Kampung Long Beliu menunjukkan bahwa konservasi dan pemberdayaan ekonomi tidak harus bertentangan. Dengan pendekatan cerdas dan berkelanjutan, masyarakat dapat menjadi penjaga sekaligus penerima manfaat dari kekayaan alam Indonesia. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button