ANEKA

Nonton Series Last Samurai Standing Aksi Hidup dan Mati di Era Meiji

Sekaltim.co – Sisakan saja waktu akhir pekan Anda untuk menyimak (bukan cuma nonton) Series Last Samurai Standing,setidaknya 1 jam setiap episode. Series yang mencuat di Netflix November 2025 ini langsung mencuri perhatian para pencinta drama aksi-historis Jepang. Buat kamu yang merindukan nuansa samurai klasik, adu pedang berdarah, plus drama gelap era transisi Meiji abad 19, series ini adalah sajian wajib. Meski hanya terdiri atas 6 episode dan ini menjawab pertanyaan ada berapa episode Last Samurai Standing, series ini mampu membawa atmosfer kelam pasca Perang Boshin ke level yang jarang dieksekusi sehebat ini. Tidak heran, skor penonton di Rotten Tomatoes tembus 96%, sementara skor kritikus bahkan menyentuh 100%. Nilai apa ini?

Dari awal nonton Last Samurai Standing dan menyimak setiap episode, kita langsung digiring ke situasi genting di Jepang era 1800-an akhir, waktu ketika samurai kehilangan kebanggaan dan statusnya. Pemerintahan baru mulai mengadopsi senjata-senjata Barat, artileri meriam, senapan modern, hingga pembubaran kelas samurai secara sistematis. Banyak mantan samurai dicap kriminal, hartanya disita di tengah wabah kolera, dan hidup tanpa identitas.

Di tengah keputusasaan itulah, kisah utama series ini berdiri.

Adu Nyawa dalam Game Kematian ala Samurai

Premis Series Last Samurai Standing yang berjudul aslinya Ikusagami sebenarnya sederhana: sebanyak 292 samurai dari berbagai klan dan latar belakang berkumpul di Kuil Tenryuji, Kyoto, tertarik pada hadiah besar 100 ribu Yen, mata uang Jepang kala itu. Series yang bersumber dari dari novel karya Shogo Imamura dengan ilustrasi Katsumi Tatsuzawa ini menggambarkan masing-masing peserta game kematian itu diberi kayu mirip name tag menandai point game, lalu diadu dalam perjalanan brutal menuju Tokyo. Siapa yang membawa tag paling banyak tiba di tujuan ― dia menang dan membawa pulang hadiah fantastis.

Namun, di balik pertandingan mematikan menuju Tokyo ini, ada intrik politik gelap. Kepala kepolisian, Kawaji, merancang game tersebut untuk alasan yang lebih sinis: membasmi sisa-sisa samurai yang dianggap ancaman bagi era modern.

Di tengah ratusan peserta itu, berdirilah tokoh utama kita: Shujiro Saga (diperankan dengan gagah dan heroik namun gelap oleh Junichi Okada), mantan samurai yang dulu dikenal sebagai “pembunuh manusia” karena reputasi dan rekam jejak perangnya. Trauma masa lalu, rasa bersalah, kehilangan identitas ― semuanya menghantui perjalanan Shujiro sepanjang kompetisi.

Drama, Trauma, dan Aksi Brutal yang Meledak

Series Last Samurai Standing bukan sekadar adu pedang. Film ini berhasil mengangkat tema trauma perang melalui Shujiro, yang jadi satu-satunya penyintas dari unit samurainya setelah dihantam meriam dari pasukan modern. Flashback adegan itu dibuat dengan sinematografi yang mencekam dan penuh emosi.

Setiap episode memperkenalkan karakter-karakter baru dengan masa lalu masing-masing. Inilah yang membuat series ini begitu kaya. Ada:

Sosok Gentosai monster hidup yang membawa sentuhan horor yang bergerak dari masa lalu delapan murid samurai.

Inoha, karakter wanita cantik dengan misteri mendalam.

Futaba, anak kecil yang terseret ke dalam game tanpa tahu bahwa ia tengah berada di tengah pembantaian.

Kyojin, karakter abu-abu yang tampaknya menelisik dan menyelidiki game ini, namun di akhir season justru menunjukkan sisi gelapnya.

Pertemuan Shujiro dengan Futaba memberikan dinamika emosional khusus. Hubungan keduanya menggambarkan dilema moral seorang samurai di masa ketika jati diri mereka dipaksa hilang. Beberapa penonton mungkin kesal dengan sikap Futaba yang sering menghambat pertarungan, namun perkembangan karakternya dibuat masuk akal dan memegang peran penting menjelang akhir season.

Pertarungan Paling Epik: Shujiro Saga vs Kangji Bakotu

Salah satu adegan terbaik Series Last Samurai Standing ada di episode akhir saat Shujiro Saga bertemu Kangji Bakotu, samurai gila bersenjata golok raksasa yang membunuh hanya demi kesenangan. Dia menolak tunduk pada era modern dan ingin mati terhormat di tangan sesama samurai. Pertarungan keduanya adalah puncak adrenaline:

– kembang api di background,
– pedang yang memanas karena gesekan dan darah mendidih,
– tubuh terbakar saat keduanya terus saling menghantam,

semuanya dieksekusi dengan gaya sinematik yang luar biasa.

Ini mungkin salah satu duel samurai terbrutal yang pernah tayang di Netflix.

Visual, Musik, dan Atmosfer Kelas Premium

Sinematografi Series Last Samurai Standing adalah salah satu nilai plus utamanya. Grading warna khas Jepang feodal, ambience malam yang suram, detail darah, efek debu, hingga slow motion-nya tampak mahal. Jepang memang selalu punya gaya visual unik, dan series ini mengemas semuanya dengan sangat niat.

Skoring musikalnya juga berhasil memperkuat suasana tensi tinggi dan tragedi karakter-karakternya. Tidak ada satu adegan pertarungan pun yang terasa “kosong”.

Banyak Karakter, Banyak Misteri ― tapi Semua Menggantung

Satu hal yang jelas dari Series Last Samurai Standing: 6 episode tidak cukup. Banyak karakter penting yang masih misterius dan butuh eksplorasi lebih dalam:

– Apa hubungan Kyojin dan Gentosai sebenarnya?
– Apakah Gentosai keturunan perguruan terlarang?
– Bagaimana nasib murid-murid yang selamat?
– Apa tujuan politik sesungguhnya dari game Kodoko?

Ending-nya sangat menggantung dan terasa seperti 12 episode yang dipotong separuh.

Menuju Season 2 dan 3? Sang Sutradara Bilang: Iya!

Sang kreator Series Last Samurai Standing, Michihito Fujii, sudah memberi isyarat kuat bahwa Last Samurai Standing direncanakan untuk dua hingga tiga musim. Adaptasi dari novel dan manga pun masih sangat panjang.

Namun, seperti yang kita tahu, Netflix sering membuat keputusan tidak terduga. Meskipun series ini meledak secara global, fans perlu tetap realistis sambil berharap terbaik.

Idealnya, Season 2 tayang tidak terlalu lama, harapannya awal 2026.

Series Samurai Paling Ganas yang Pernah Ada di Netflix

Setelah menonton seluruh season Series Last Samurai Standing, ada beberapa catatan singkat.

1. aksi brutal luar biasa
2. karakter dengan trauma mendalam
3. sinematografi mahal
4. dunia samurai yang otentik
5. misteri yang memancing rasa penasaran

Masih belum cukup? Satu-satunya kekurangan hanyalah jumlah episodenya.

Series Last Samurai Standing akan mengingatkan pada beberapa seri serupa, Shogun, Rurouni Kenshin, Harakiri, atau drama Jepang tanpa bumbu Barat. Jadi, series ini wajib masuk daftar tontonan.

Tinggal satu pertanyaan besar: Apakah Netflix berani menghadirkan Season 2 secepatnya?

Mari kita tunggu kabar resmi Series Last Samurai Standing seri berikutnya. Akankah akhir series ini seperti kutipan judul novel karya Paulo Coelho “Sang Pemenang Berdiri Sendirian” (The Winner Stands Alone)? (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button