Kaltara, Sekaltim.co – Pemerintah Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus melakukan upaya penerapan Pembangunan Rendah Karbon di berbagai sektor, termasuk perkebunan kelapa sawit. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah menyelenggarakan Pelatihan untuk Tenaga Pelatih bagi Penyuluh Pertanian Se-Kabupaten Bulungan, yang berlangsung selama lima hari mulai 26-30 Agustus 2024.
Pelaksana Tugas Asisten Dua Pemerintah Kabupaten Bulungan, Iwan Sugiyanta, menekankan pentingnya petani dan pekebun sawit untuk menerapkan standar sertifikasi berkelanjutan yang diakui secara nasional dan internasional.
“Sertifikasi seperti Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) sangat penting agar kelapa sawit yang diproduksi petani kita bisa berkompetisi dalam perdagangan global dan nasional,” ujarnya saat membuka acara pelatihan.
Pelatihan yang diikuti oleh 60 orang penyuluh lapangan ini merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Selama pelatihan, para peserta akan dibekali dengan materi tentang standar sertifikasi berkelanjutan seperti ISPO dan RSPO, serta informasi terkini mengenai industri perkebunan kelapa sawit.
Kabupaten Bulungan saat ini memiliki 25 perkebunan sawit (PBS), dengan 84% area tanam berada di perusahaan perkebunan dan 16% dikelola oleh pekebun kecil. Areal perkebunan tersebut tersebar di sembilan kecamatan, dengan Kecamatan Sekatak menjadi wilayah tanam kelapa sawit terluas.
Untuk memastikan pembangunan perkebunan tetap berada dalam koridor yang tepat, Kabupaten Bulungan telah memiliki Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD KSB) 2023-2024, yang disahkan pada 17 November 2023. Pemerintah Kabupaten Bulungan menyadari bahwa implementasi RAD KSB memerlukan sumber daya manusia yang mumpuni dan profesional.
Manajer Program Perkebunan Kelapa Sawit YKAN, Yohanes Ryan, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan upaya untuk menutupi kesenjangan kapasitas bagi pekebun kecil. “Berdasarkan penelitian, ada kesenjangan produksi pada pekebun kecil di Bulungan yang mencapai 61% pada tahun 2024,” ujarnya.
Yohanes menambahkan bahwa produktivitas rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik agronomi maupun non-agronomi. “Faktor-faktor seperti bibit berkualitas rendah, kesuburan tanah rendah, kekeringan, penyakit hama, dan praktik agronomi yang buruk berkontribusi pada rendahnya produktivitas,” jelasnya.
Selain itu, aspek pembukaan kebun, pemeliharaan lahan, pemanenan, dan transportasi juga berpengaruh pada produktivitas dan pengembalian investasi yang rendah bagi pekebun kecil.
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, kapabilitas, dan profesionalitas penyuluh pertanian dalam membimbing dan menyelenggarakan penyuluhan.
Para penyuluh juga akan dibekali pemahaman tentang isu-isu perdagangan global dan pentingnya perlindungan lingkungan, seperti Nilai Konservasi Tinggi (NKT) serta perlindungan gambut dan hutan.
Manajer Program Terestrial YKAN, Gunawan Wibisono, menekankan bahwa pelatihan ini sejalan dengan visi Kabupaten Bulungan untuk menjadi daerah yang berdaulat pangan, maju, dan sejahtera.
“Kami berharap Kabupaten Bulungan dapat secara mandiri memproduksi pangan yang berkualitas dan produktif secara berkelanjutan, ramah lingkungan, serta menghormati keanekaragaman pangan berbasis budaya lokal,” ujarnya.
YKAN, sebagai mitra pemerintah Kabupaten Bulungan, berkomitmen untuk mendukung implementasi visi tersebut. “Kami bermimpi, setidaknya ada pekebun kecil dari Bulungan yang memiliki standar sertifikasi berkelanjutan dalam lima tahun mendatang,” tambah Gunawan.
Pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam upaya Kabupaten Bulungan untuk mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Dengan meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian, diharapkan para pekebun kecil dapat memperoleh dukungan yang lebih baik dalam menerapkan praktik-praktik berkelanjutan dan memenuhi standar sertifikasi internasional. (*)