Popi Orangutan Betina yang Pulang ke Alam Liar di Hari Konservasi Alam Nasional 2025

Sekaltim.co – Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025 terasa memiliki makna bersejarah bagi seekor orangutan betina bernama Popi.
Pada 10 Agustus 2025 lalu, Popi resmi dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).
Pelepasliaran ini dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bekerja sama dengan Centre for Orangutan Protection (COP) dan UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kelinjau Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim.
Popi merupakan orangutan betina berusia sembilan tahun. Ia berasal dari evakuasi di Sangkulirang, Kutai Timur, ketika masih bayi berusia kurang dari satu bulan.
Saat ditemukan, Popi telah kehilangan induknya dan sempat dipelihara warga dalam waktu singkat sebelum akhirnya diselamatkan oleh tim konservasi.
Sejak 21 September 2016, Popi menjalani proses rehabilitasi di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA).
Selama bertahun-tahun, Popi dilatih melalui “sekolah hutan” agar mampu kembali mandiri di alam liar. Ia belajar memanjat, mencari pakan alami, hingga bertahan dari ancaman predator.
Pada 24 April 2025, Popi dipindahkan ke Pulau Bawan untuk menjalani masa pra-pelepasliaran. Hasil observasi menunjukkan kondisinya sehat, tangguh, dan siap dilepas kembali ke alam.
Momen pelepasliaran Popi ke “rumah baru” bertepatan dengan peringatan HKAN 2025. Langkah pertamanya di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat menjadi simbol penting upaya menjaga keseimbangan antara manusia, satwa, dan alam.

“Di Hari Konservasi Alam Nasional ini, kita merayakan sebuah kemenangan kecil bagi Orangutan Popi dan langkah besar menuju masa depan di mana manusia, satwa liar, dan alam dapat hidup berdampingan secara harmonis,” ungkap pihak BKSDA Kaltim dalam keterangan tertulis, Kamis 14 Agustus 2025.
Pelepasliaran Popi tidak hanya menandai keberhasilan rehabilitasi satu individu orangutan, tetapi juga memperlihatkan pentingnya kerja sama multipihak.
Kolaborasi BKSDA Kaltim, KPHP Kelinjau, dan COP menjadi bukti nyata bahwa pelestarian satwa tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus didukung banyak pihak.
Keberhasilan orangutan Popi pulang ke “rumah baru” menjadi pengingat bahwa konservasi alam adalah tanggung jawab bersama. Ia juga menjadi simbol harapan agar generasi mendatang masih bisa melihat orangutan hidup bebas di hutan tropis Kalimantan. (*)









