Ritual Adat Bekudung Betiung: Melestarikan Warisan Budaya Dayak Gaai di Berau

Berau, SEKALTIM.CO – Kampung Tumbit Dayak, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, kembali menggelar acara adat Bekudung Betiung pada Rabu 26 Juni 2024.

Ritual tahunan ini merupakan warisan budaya Suku Dayak Gaai yang telah berlangsung selama berabad-abad dan kini menjadi daya tarik wisata budaya di Kabupaten Berau.

Penyambutan Istimewa

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, bersama rombongan pejabat daerah, disambut dengan ritual adat yang khas.

Kepala Adat Tumbit Dayak, Muchsin, memimpin ritual penyambutan pertama yang disebut Jak Gai atau ritual injak parang. Ritual ini melambangkan penerimaan tamu kehormatan ke dalam lingkungan adat Dayak Gaai.

Setelah ritual Jak Gai, rombongan bersama iring-iringan Hudoq – penari bertopeng tradisional Dayak – bergerak menuju rumah panggung yang dikenal sebagai rumah Kepala Tug.

Rumah ini konon berisi kepala manusia dari musuh yang kalah dalam peperangan melawan pasukan adat Dayak Gaai di masa lalu.

Rangkaian Ritual Adat

Acara Bekudung Betiung terdiri dari beberapa rangkaian ritual, termasuk:
1. Jak Gai (injak parang)
2. Proses Batiung
3. Baiiak
4. Mengunjungi rumah Kepala Tug
5. Tradisi panjat piruai (proses pengambilan madu)

Setiap ritual memiliki makna mendalam yang mencerminkan kearifan lokal dan sejarah Suku Dayak Gaai.

Makna di Balik Tradisi

Ahmad Jamlan, Kepala Kampung Tumbit Dayak, menjelaskan filosofi di balik nama Bekudung Betiung.

“Bekudung mengartikan acara atau pesta yang diadakan setelah masyarakat melakukan kegiatan panen,” ujarnya.

“Sedangkan Betiung memiliki arti pada sejarah dulu bahwa anak laki-laki dikatakan dewasa atau siap untuk berkeluarga apabila mendapatkan satu kepala dari kampung-kampung lain.”

Untuk perempuan, makna Betiung terkait dengan tradisi tato. “Perempuan harus memiliki tato sebagai syarat bahwa sudah dikatakan dewasa atau sudah siap berkeluarga,” tambah Ahmad.

Ahmad Jamlan menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung terlaksananya acara ini, termasuk Pemerintah Kabupaten Berau, panitia pelaksana, pemerintah kampung, masyarakat kampung, tokoh adat, dan pihak perusahaan yang telah memberikan dukungan, khususnya dalam hal anggaran.

Dukungan Pemerintah Daerah

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, yang hadir bersama Ketua DPRD Madri Pani dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), menyatakan apresiasi dan dukungannya terhadap pelestarian tradisi ini.

“Pemkab Berau memiliki komitmen yang kuat untuk senantiasa mendukung segala upaya pelestarian budaya, salah satunya ritual adat Bekudung Betiung ini,” ujar Sri Juniarsih Mas.

Acara ini bukan hanya bertujuan untuk mempertahankan tradisi dan kepercayaan bagi masyarakat Tumbit Dayak, namun juga menjadi salah satu daya tarik wisata otentik yang ada di Kabupaten Berau.

Potensi acara Bekudung Betiung sebagai aset pariwisata budaya di Berau. Selain memperkenalkan warisan budaya kepada generasi muda agar budaya ini bisa terus dilestarikan, juga menjadi daya tarik pariwisata di Bumi Batiwakkal, serta dijadikan promosi wisata budaya agar dikenal baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Apresiasi diberikan kepada seluruh tokoh adat dan tokoh masyarakat Tumbit Dayak atas kontribusi dan dedikasi mereka dalam merawat kekayaan budaya Dayak Gaai di Kabupaten Berau.

Acara adat Bekudung Betiung bukan sekadar ritual tahunan bagi Suku Dayak Gaai. Ia merupakan jembatan antara masa lalu dan masa kini, menjadi wadah pelestarian budaya sekaligus potensi pariwisata yang unik.

Dengan dukungan pemerintah daerah dan berbagai pihak, tradisi ini diharapkan dapat terus berlangsung, membawa nilai-nilai kearifan lokal Dayak Gaai ke generasi mendatang, sekaligus memperkaya khazanah budaya Indonesia di mata dunia. (*)

Exit mobile version