Samarinda Bersiap Hadapi Perubahan Iklim, Berdamai dengan Air Jadi Fokus Utama

Samarinda, Sekaltim.co – Dalam upaya menjadikan kota lebih tangguh menghadapi perubahan iklim, Pemerintah Kota Samarinda melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Berdamai dengan Air: Menuju Kota Berketahanan Iklim” di Hotel Mercure Samarinda.

Acara yang berlangsung pada Kamis, 5 September 2024, ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan dan ahli dari berbagai bidang yang membahas strategi perencanaan kota dalam menghadapi tantangan iklim di masa depan.

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menekankan pentingnya acara ini sebagai langkah konkret untuk menjadikan Samarinda lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Terutama, dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan.

“FGD ini bertujuan untuk mematangkan perencanaan dan program aksi ke depan dalam mewujudkan Samarinda sebagai kota berketahanan iklim. Kita harus memastikan Samarinda mampu menghindari bencana hidrometeorologi. Artinya, ketika curah hujan tinggi, kita tidak kebanjiran, dan saat musim kemarau, kita tidak mengalami kekeringan,” ujar Andi Harun.

Andi Harun juga menyoroti pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan di kota ini, mengingat Samarinda sangat bergantung pada sungai sebagai sumber air bersih.

Dalam rencana tata ruang 2023-2042, Samarinda telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan ketahanan kota melalui kebijakan yang terfokus pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Strategi dan Kolaborasi Multidisiplin

FGD tersebut menghadirkan sejumlah pembicara ahli yang menawarkan perspektif dan solusi beragam dalam menghadapi perubahan iklim.

Prof. Dr. Iwan Rudiarto dari Universitas Diponegoro memaparkan peran penting perencanaan kota dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Iwan menekankan pentingnya penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana seperti banjir dan kekeringan sebagai langkah krusial untuk ketahanan kota.

Sementara itu, Boby Ali Azhari, S.T., M.Sc., Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Wilayah I, memaparkan konsep “Kota Ramah Air” sebagai solusi inovatif dalam pembangunan berketahanan iklim.

Ide ini melibatkan integrasi teknologi hijau dan infrastruktur ramah lingkungan yang dapat meminimalisir dampak buruk dari perubahan iklim.

Tidak ketinggalan, Irawan Asaad dari Direktorat Perubahan Iklim Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan kebijakan serta strategi adaptasi perubahan iklim di kawasan perkotaan.

Ia menyoroti pentingnya koordinasi antar sektor dan pemanfaatan data iklim untuk perencanaan yang lebih akurat.

Berdamai dengan Air: Usulan Praktis dari Aktivis Lingkungan

Misman, seorang aktivis lingkungan penerima penghargaan Kalpataru tahun 2023, turut menyumbangkan gagasan dalam FGD ini.

Ia menekankan pentingnya menjaga dan merawat daerah aliran sungai (DAS) sebagai bagian dari upaya berdamai dengan air.

Menurutnya, menjaga keberlanjutan DAS, termasuk gunung, bukit, hutan, lembah, rawa, dan vegetasi liar di sekitarnya, sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem air di Samarinda.

“Jika ingin berdamai dengan air, kita harus menjaga dan merawat ruang air atau daerah aliran sungai (DAS). Hal ini termasuk perlindungan terhadap gunung, bukit, hutan, lembah, rawa, dan tumbuhan liar yang ada di dalamnya. Semua elemen ini harus dijaga dengan baik,” ujar Misman.

Langkah Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau

FGD ini menegaskan komitmen Pemkot Samarinda untuk menjadi kota yang lebih berkelanjutan dan tangguh menghadapi perubahan iklim.

Selain fokus pada mitigasi dan adaptasi, perencanaan kota juga mencakup aspek edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.

Samarinda juga berencana untuk meningkatkan kualitas infrastruktur ramah lingkungan, seperti pembangunan saluran drainase yang lebih efisien dan penambahan taman kota sebagai ruang terbuka hijau.

Semua langkah ini diharapkan tidak hanya mengurangi dampak perubahan iklim tetapi juga meningkatkan kualitas hidup warga Samarinda. (*)

Exit mobile version