Tim SAR Evakuasi Korban Longsor di Sungai Pinang Samarinda

Samarinda, Sekaltim.co – Longsor Samarinda melanda Jalan Gerilya Gang Keluarga RT 102, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang, Selasa 27 Mei 2025 pukul 12.05 WITA. Bencana tanah longsor ini menyebabkan empat rumah warga roboh dan menewaskan satu orang korban.
Tim SAR Samarinda gabungan yang terdiri dari Polsek Sungai Pinang, Polresta Samarinda, Sat Brimob Batalyon B, BPBD, Basarnas, Dinas PUPR, Damkar, PMI, serta relawan berhasil mengevakuasi enam korban yang tertimbun reruntuhan.
Korban pertama yang berhasil dievakuasi adalah Tasya Ayuwidya (24) dalam kondisi selamat dan langsung dilarikan ke RSUD A.W. Syahranie. Namun, ibunya Sutiah (54) ditemukan meninggal dunia Rabu 28 Mei 2025 pada pukul 16.17 WITA setelah proses pencarian intensif di bawah puing bangunan.
Menurut kesaksian Wagiman (57), suami korban yang meninggal, saat kejadian ia sedang membersihkan parit di depan rumah pasca hujan deras Kaltim. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah bukit, kemudian ia menyaksikan rumahnya roboh menimpa istri dan anaknya yang masih berada di dalam.
“Begitu menerima laporan, kami langsung mengerahkan personel ke lokasi untuk melakukan pengamanan, membantu evakuasi, dan berkoordinasi dengan tim lainnya,” ujar Kapolsek Sungai Pinang, AKP Aksarudin Adam, S.H.
Kapolsek Sungai Pinang mengapresiasi sinergi antarinstansi dalam operasi penyelamatan dan mengimbau warga yang tinggal di wilayah lereng atau rawan longsor untuk lebih waspada, terutama saat curah hujan tinggi.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Balikpapan, Endrow Sasmita, menyatakan tim rescue langsung bergerak setelah menerima laporan pukul 13.45 WITA. Tim gabungan berhasil mengevakuasi lima korban selamat, termasuk Ayu (22 tahun) yang ditemukan pada pukul 15.20 WITA.
Operasi SAR menggunakan peralatan ekstrikasi, komunikasi, dan dukungan medis lengkap. Namun, akses menuju lokasi cukup sulit karena banjir dan kondisi cuaca yang masih hujan sejak pukul 05.00 hingga 14.00 WITA.
Longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur Kota Samarinda selama hampir sembilan jam berturut-turut. Kondisi tanah yang jenuh air dan lokasi rumah di kaki bukit menjadi faktor utama terjadinya bencana ini.
“Meski demikian, kami tetap berkomitmen untuk melakukan upaya maksimal agar seluruh korban bisa ditemukan secepatnya,” kata Endrow, 27 Mei.
Endrow juga mengingatkan masyarakat di daerah rawan longsor untuk tetap waspada dan segera melaporkan jika terjadi situasi darurat. Pihak berwenang terus memantau kondisi cuaca dan potensi bencana susulan di wilayah sekitar.
Bencana longsor ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana dan pemilihan lokasi tempat tinggal yang aman, terutama di daerah perbukitan yang rawan longsor saat musim hujan. (*)



