ANEKASamarinda

Tari Topeng Raden Gunung Sari Buka Pameran Bilah Nusantara 2025 di Museum Samarinda

Samarinda, Sekaltim.co – Tari Topeng Raden Gunung Sari tampil memukau dalam Opening Ceremony Pameran Kebudayaan Bilah Nusantara Tahun 2025 yang digelar di Museum Samarinda, 5–7 Desember 2025. Gelaran budaya ini mengangkat tema “Pusaka Penjaga Tradisi dan Identitas Budaya Bangsa” sebagai penanda pentingnya pelestarian tradisi di tengah perubahan zaman.

Tari Topeng Raden Gunung Sari merupakan satu dari 12 Tari Topeng Klasik Kutai yang berkisah tentang sosok ksatria bernama Raden Gunung Sari, seorang bangsawan gagah berani, ahli memanah, berkuda, dan berperang. Meski dikenal tangguh, Gunung Sari juga digambarkan sebagai sosok berkepribadian lembut, rapi, dan gemar merias diri sebelum keluar keraton.

Dalam salah satu fragmen cerita, Gunung Sari berjalan ke Taman Sari, menemukan kolam penuh ikan, lalu menjala ikan dengan perasaan riang sebelum kembali ke keraton. Ciri khas topeng ini memiliki wajah putih, mata sipit, mahkota keemasan, dan gigi bertatah berlian, melambangkan status, ketegasan, dan keindahan estetika klasik Kutai.

Staf Khusus Kementerian Kebudayaan RI, Basuki Teguh Yuwono, hadir membuka acara sekaligus menegaskan komitmen pemerintah pusat dalam memperkuat pengelolaan dan pelestarian budaya nasional.

Ia menyebut simbol budaya yang dihadirkan dalam acara ini—termasuk sebuah keris dari Presiden Prabowo Subianto dan dua keris pusaka dari Yogyakarta—merupakan bentuk dukungan terhadap kebudayaan sebagai identitas bangsa sekaligus pendorong ekonomi kreatif.

“Kebudayaan adalah aset bangsa yang membentuk identitas dan membuka ruang ekonomi budaya,” ujarnya pada Jumat 5 Desember 2025.

Basuki mendorong agar pelestarian budaya melibatkan seluruh ekosistem, mulai dari pembuat topeng, penari, perajin, musisi, hingga pelaku UMKM. Ia menekankan pentingnya proses pewarisan budaya yang adaptif, sehingga bisa menarik minat generasi muda.

“Biarkan generasi muda memilih apakah mereka ingin mendalami batik, wayang, mandau, atau tarian,” tegasnya.

Pameran Kebudayaan Bilah Nusantara digelar Sanggar Seni & Budaya Panji Keroan Koetai Bersatoe (PKKB) bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltimtara. Acara ini berlangsung selama tiga hari, pukul 09.00–21.00 WITA.

Mengusung tema “Menempa Tradisi dan Melestarikan Jati Diri”, pameran menghadirkan puluhan komunitas bilah, kolektor, budayawan, pengrajin, serta pelestari tradisi dari seluruh Kalimantan dan Nusantara. Kehadirannya menjadikannya salah satu pameran bilah terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim).

Rangkaian acara yang digelar antara lain:

– Pelas Pusaka
– Pameran Pusaka
– Tournament Sumpit
– Tournament Ketapel
– Tournament Cutting Blades
– Permainan tradisional
– Pertunjukan musik Tingkilan dan Sape
– Tari kreasi daerah
– Seminar “Mandau Menuju WBTB UNESCO”
– Diskusi antar komunitas dan pengrajin
– Booth UMKM kerajinan daerah

Melalui pameran ini, PKKB menegaskan dukungan terhadap “Mandau Goes to UNESCO”, yaitu upaya menetapkan Mandau sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia (WBTB).

Para pemangku kepentingan menilai, pengakuan UNESCO akan memperkuat posisi Mandau sebagai simbol identitas suku Dayak, sekaligus memperluas nilai ekonomi budaya melalui pariwisata dan seni kriya.

Pameran Kebudayaan Bilah Nusantara menjadi salah satu agenda budaya terbesar pada akhir tahun di Kalimantan Timur. Selain memamerkan artefak dan keterampilan tradisional, acara ini dinilai mampu menjadi wadah interaksi, edukasi, hingga regenerasi pelestari budaya.

Pagelaran tari seperti Tari Topeng Raden Gunung Sari, musik tradisional, hingga kompetisi senjata tradisional menjadi bukti bahwa warisan leluhur bukan hanya dipertontonkan, tetapi dihidupkan dalam ruang publik, relevan, dan dekat dengan masyarakat modern. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button