Jabar, Sekaltim.co – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi Jawa Barat selama dua hari terakhir berujung bencana.
Intensitas hujan yang tak kunjung reda sejak awal pekan mengakibatkan meluapnya Sungai Cisawo dan Jigangsa.
Air dengan ketinggian mencapai 80 hingga 90 sentimeter menyerbu permukiman warga, melumpuhkan akses transportasi dan mengubah gang-gang sempit menjadi sungai dadakan yang berbahaya.
Tercatat sebanyak 47 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, yang terjadi Rabu 4 Desember 2024.
Selain merusak rumah, bencana ini juga mengakibatkan ruas jalan Sukabumi-Sagaranten di Kampung Cisayar putus.
“Tanah bergerak ini mulai diketahui Rabu subuh merusak bangunan puluhan rumah dan jalan berstatus provinsi,” ungkap Kepala Desa Mekarsari, Muhammad Ilham Maulana, kepada BMKG Sukabumi di lokasi tanah bergerak Kampung Cisayar, Kamis 5 Desember 2024.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi hingga Rabu 4 Desember 2024, pukul 18:00 WIB, bencana tersebar di 22 kecamatan dengan jumlah 33 kejadian.
Bencana meliputi 13 tanah longsor, 9 banjir, 7 angin kencang, dan 4 pergerakan tanah. Jumlah jiwa terdampak adalah 103 kepala keluarga (KK) dan 243 jiwa.
Banjir bandang melanda kawasan ini pada Rabu 4 Desember 2024, turut memaksa tim gabungan TNI-Polri melakukan evakuasi dramatis.
Terutama evakuasi terhadap sejumlah bayi dan ibu yang terjebak di permukiman padat penduduk Kecamatan Palabuhanratu dan Pabuaran Sagaranten.
Menurut AKP Dadi, Kepala Satuan Samapta Polres Sukabumi yang memimpin langsung operasi penyelamatan, situasi evakuasi sangat sulit karena air bah masuk ke gang-gang sempit, membuat akses menjadi sangat sulit.
“Kami harus berjalan di tengah arus deras. Ada dua hingga tiga bayi yang berhasil kami evakuasi dari lokasi,” ungkap AKP Dadi.
Aparat bahkan harus menggunakan perahu karet untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang terjebak di rumah mereka. “Tetapi syukur semuanya berhasil diselamatkan,” tambahnya.
Drama penyelamatan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, ketika tim gabungan TNI, Polri, dan BPBD harus berjuang melawan derasnya arus untuk mengevakuasi beberapa bayi bersama ibu mereka. Kampung Rangcabungur menjadi lokasi evakuasi paling menantang, dengan air setinggi pinggang orang dewasa membanjiri gang-gang sempit.
Kompol Roni Haryanto, Kapolsek Palabuhanratu, melaporkan bahwa timnya telah berhasil mengevakuasi 50 warga ke tempat aman. “Kami segera mendirikan posko siaga bencana di kantor kelurahan dengan bantuan Tim Samapta Polres Sukabumi. Koordinasi dengan BPBD dan instansi terkait terus kami intensifkan untuk membantu warga terdampak,” jelasnya.
Di wilayah Ciemas, situasi tidak kalah mengkhawatirkan. AKP Deni Miharja, S.H., M.H., Kapolsek Ciemas, memaparkan bahwa banjir telah merendam lima desa: Mekarsakti, Mandrajaya, Tamanjaya, Ciwaru, dan Ciemas.
“Ketinggian air di beberapa lokasi mencapai dua meter. Jebolnya tanggul di beberapa titik memperparah situasi, memaksa kami mengevakuasi warga ke lokasi yang lebih aman,” ujarnya.
Bencana tidak hanya berupa banjir. Ipda Subit melaporkan terjadinya jalan amblas di Desa Buniwangi dan Desa Cijurey, serta longsor yang menimpa lahan pertanian warga di Desa Ciengang.
Tim gabungan terus berkoordinasi dengan Forkopimcam dan pemerintah desa untuk mencegah dampak yang lebih parah.
Bripda Delfano dari Humas Polres Sukabumi menggambarkan betapa beratnya kondisi di lapangan. “Air setinggi pinggang membuat tim evakuasi harus ekstra hati-hati. Namun, kami tetap bergerak cepat bersama tim rescue dari berbagai instansi dan masyarakat untuk memastikan semua korban bisa dievakuasi secepat mungkin.”
Menanggapi situasi kritis ini, AKBP Dr. Samian, Kapolres Sukabumi, menegaskan komitmen penuh jajarannya dalam membantu warga terdampak.
“Kami telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk memprioritaskan keselamatan warga. Mulai dari evakuasi, bantuan medis, hingga pendirian posko darurat, semuanya kami lakukan dengan koordinasi yang solid bersama instansi terkait.”
Posko-posko bantuan telah didirikan di berbagai titik strategis untuk memudahkan distribusi bantuan dan koordinasi tim penanganan bencana.
Banjir bandang yang melanda Sukabumi ini menuntut kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di musim hujan. Koordinasi yang cepat antara TNI, Polri, BPBD, dan masyarakat terbukti menjadi kunci dalam meminimalisir jatuhnya korban jiwa dalam bencana ini. (*)