ANEKANEWS SEKALTIM

Festival Lom Plai 2024 Kutai Timur, Pesta Adat yang Membanggakan

Kutim, SEKALTIM.CO – Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur mengharumkan nama Indonesia lewat Festival Lom Plai 2024 yang masuk dalam 110 Karisma Event Nusantara (KEN). Pesta adat syukuran panen padi masyarakat Wehea ini sukses menyita perhatian nasional dan dunia.

Pesta Adat Lom Plai 2024 kini tercatat sebagai salah satu kegiatan dalam Karisma Event Nusantara tahun 2024. Acara yang digelar di Desa Nehas Liah Bing, Muara Wahau, pada 20 April 2024 itu dihadiri Staf Ahli Bidang Pengembangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Masruroh, Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman dan Kasmidi Bulang, Kepala Adat Wehea Liah Bing Liedjie Taq, serta tokoh adat setempat.

Rangkaian Festival Lom Plai 2024 dimulai 15 Maret 2024 lalu dengan berbagai lomba seperti menari, menumbuk padi, kesenian, dan lainnya. Melalui festival ini, diharapkan mampu mengembangkan ekonomi daerah Kutai Timur.

Ratusan kegiatan terkurasi tersebut diharapkan mampu menopang pergerakan Wisatawan Nusantara (Wisnus) sebesar Rp1,25-Rp1,5 miliar. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan penciptaan 4,4 juta lapangan kerja dan peningkatan ekonomi 20-25 persen untuk menopang pergerakan Rp1,25-1,5 miliar wisatawan nusantara.

Kemeriahan Acara Puncak Lom Plai

Puncak Festival Lom Plai 2024 atau Lom Plai berlangsung meriah pada 20 April 2024 di Desa Nehas Liah Bing. Hadir Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik yang disambut ritual adat oleh tokoh Wehea.

Rombongan Pj Gubernur dan Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman mengikuti ritual Tiaq Diaq Jengea. Warga turun ke pondok darurat di tepi Sungai Wahau. Ini bermakna pembersihan kampung (Embos Min) oleh perempuan adat Wehea untuk membuang kesialan dan kejahatan.

Selama Embos Min, masyarakat disajikan atraksi seru dalam Lom Plai 2024 seperti lomba dayung perahu antar-desa (Plaq Saey), tarian adat di atas rakit, hingga pertunjukan tarian perang Seksiang di sungai menggunakan tombak dari rumput gajah yang ditumpulkan.

Ada aturan khusus dalam tarian perang ini, seperti tidak boleh menombak lawan dari jarak dekat, saat membelakangi, atau saat karam. Ini menjadi tontonan menarik bagi para wisatawan.

Setelah Embos Min, diadakan ritual Mengsaq Pang Tung Eleang di rumah adat besar (Eweang Puen) sebagai tanda masyarakat boleh kembali ke kampung. Seorang ketua adat disiram gadis lalu mendahului warga naik dari pondok darurat.

Kemudian berlangsung ritual Pengsaq (siram-siraman) dan Peknai (memberi arang di wajah). Namun, tidak boleh menyiram atau mengolesi arang pada wajah orang yang sedang sakit atau memiliki bayi. Ritual ini sebagai tanda persaudaraan dan kebersamaan masyarakat Wehea.

“Seni budaya Wehea luar biasa. Harus terus dilestarikan. Saya sarankan setiap penyelenggaraan, kita juga mengundang wisatawan mancanegara agar lebih meriah dan dikenal dunia,” ungkap Pj Gubernur Akmal Malik bangga.

Pariwisata Berkelanjutan untuk Kesejahteraan

Masuknya Festival Lom Plai 2024 dalam Karisma Event Nusantara 2024 dinilai mampu meningkatkan pariwisata berkelanjutan sekaligus kesejahteraan masyarakat Kutai Timur. Kekayaan adat dan budaya menjadi aset berharga yang perlu terus dipromosikan ke mancanegara.

Pemerintah Kabupaten/Kota Kutai Timur pun diharapkan dapat terus bersinergi dengan masyarakat adat dalam melestarikan kebudayaan sekaligus meningkatkan perekonomian daerah. Dengan demikian, kekayaan Indonesia dapat dikenal dan dinikmati dunia tanpa merusak kelestarian lingkungan dan budaya. (*)

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button