Samarinda, SEKALTIM.CO – Ikan endemik Kalimantan di Kaltim memperkaya keanekaragaman hayati dari hutan dan lautan. Tak terkecuali juga dari perairan air tawarnya.
Penelitian gabungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menemukan jenis ikan endemik Kalimantan dengan nama lokal atuk sembelung (Pangio alternans), ikan endemik Kalimantan yang berstatus terancam punah (Endangered – EN), di Sungai Kelay, Kabupaten Berau.
“Kami menemukan jenis ikan dengan nama lokal atuk sembelung (Pangio alternans), ikan endemik Kalimantan yang berstatus terancam punah (Endangered – EN) di Sungai Kelay, Kabupaten Berau,” ujar Donan Satria Yudha, dosen Fakultas Biologi UGM, pada Sosialisasi Hasil Penelitian Potensi Keanekaragaman Hayati Biota Perairan di Muara Siran dan Sungai Kelay di Samarinda, Selasa 7 Mei 2024.
Penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 2023 ini juga menemukan ikan status rentan, yaitu ikan atuk bensong (Barbodes bunau).
Keberadaan mereka di Kabupaten Berau menjadi informasi baru, karena sebelumnya hanya tercatat di DAS Mahakam dan DAS Seturan Malinau, Kalimantan Utara.
Donan mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa perairan di sekitar PT Wana Bakti Persada Utama (PT WBPU) masih dalam kondisi alami, tidak mengalami gangguan berat, dan menjadi habitat yang sesuai bagi biota perairan.
Sementara itu, di lanskap Desa Muara Siran, tim peneliti menemukan 57 spesies ikan dan 5 spesies krustasea.
Dari daftar tersebut, 51 spesies ikan dan 4 spesies krustasea merupakan spesies asli Indonesia.
Sisanya spesies introduksi (spesies alien), baik yang invasif maupun berstatus asing.
Rury Eprilurahman, anggota tim peneliti dari UGM, mengatakan spesies invasif seperti ikan nila, sapu-sapu, dan mas mudah ditemukan di wilayah Desa Muara Siran dan sekitarnya.
Adapun yang berjenis asing seperti ikan patin, sepat siam, dan udang.
“Spesies yang diintroduksi ini akan mengancam bagi ekosistem dan kelestarian spesies asli,” kata Rury, yang menyarankan pelarangan pelepasliaran spesies asing di wilayah Muara Siran dan sekitarnya.
Wakil Ketua Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia, Susilo Irwan Jasmono, menyebutkan potensi untuk ikan hias dan wisata minat khusus sangat besar di Kalimantan Timur, mengingat ikan hias memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada ikan konsumsi.
“Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mendokumentasikan kekayaan biota ekosistem air tawar di Kalimantan Timur,” ujar Manajer Senior Program Terestrial YKAN, Niel Makinuddin.
Ia berharap hasil penelitian ini menjadi rekomendasi kebijakan untuk menyelamatkan spesies endemik, khususnya yang sudah berstatus terancam punah, dan sekaligus memperkuat implementasi Pembangunan Hijau Kaltim (Green Growth Compact – GGC).
Sosialisasi hasil penelitian ini menghadirkan para pemangku kepentingan, mulai dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintahan Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Pemerintah Desa Muara Siran, serta perwakilan mitra pembangunan dan organisasi perangkat daerah terkait. (*)