SEKALTIM.CO – Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) pada Rabu malam menjadi panggung yang memukau bagi JD Vance, calon wakil presiden Donald Trump untuk pemilihan presiden Amerika Serikat 2024.
JD Vance, penulis bestseller “Hillbilly Elegy” dan Senator dari Ohio, menyampaikan pidato yang menggugah emosi, memadukan humor, kisah pribadi yang menyentuh, dan visi politik yang tegas.
JD Vance, 39 tahun, menjadi sorotan sebagai calon wakil presiden termuda dari partai besar dalam sejarah modern AS. Latar belakang suami dari Usha Chilukuri iini unik – mantan Marinir AS, lulusan Yale Law School, dan pengusaha venture capital – memberikan perspektif segar dalam dunia politik Amerika yang sering didominasi oleh politisi senior.
“Saya berjanji kepada Anda, saya akan menjadi wakil presiden yang tidak pernah melupakan asal-usulnya,” kata Vance, merujuk pada masa kecilnya yang penuh tantangan di Kentucky dan Ohio.
Ia berbagi kisah tentang ibunya yang pernah kecanduan narkoba dan ketiadaan sosok ayah, menggambarkan bagaimana pengalamannya membentuk pandangan politiknya.
Vance memuji Trump sebagai “harapan terbaik Amerika yang terakhir,” sebuah pernyataan yang kontroversial mengingat statusnya sebagai mantan presiden yang kini menghadapi berbagai tuntutan hukum.
Ia juga menyinggung insiden percobaan pembunuhan terhadap Trump yang baru-baru ini terjadi, menjadikannya sebagai contoh dedikasi Trump terhadap negara.
JD Vance menekankan fokus pada ekonomi, keamanan perbatasan, dan kemandirian energi sebagai pilar utama kampanye Trump-Vance. Ia mengkritik keras kebijakan Presiden Joe Biden, terutama terkait hubungan dengan Tiongkok dan krisis imigrasi di perbatasan selatan.
Meski demikian, penampilan Vance tidak lepas dari kontroversi. Beberapa pengamat politik mempertanyakan perubahan sikapnya terhadap Trump, mengingat Vance pernah menjadi kritikus keras Trump sebelum akhirnya menjadi pendukung setianya. Hal ini memicu diskusi tentang konsistensi politik dan pragmatisme dalam dunia politik AS yang semakin terpolarisasi.
Terlepas dari kontroversi, kehadiran Vance sebagai calon wakil presiden memberikan dinamika baru dalam pemilihan presiden 2024.
Sebagai milenial pertama yang mencapai posisi ini, Vance diharapkan dapat menjembatani kesenjangan generasi dalam Partai Republik dan menarik pemilih muda.
Namun, tantangan besar masih menanti pasangan Trump-Vance. Usia Trump yang sudah 78 tahun dan berbagai kasus hukum yang dihadapinya tetap menjadi kekhawatiran bagi sebagian pemilih. Di sisi lain, kurangnya pengalaman politik Vance di tingkat nasional juga menjadi pertanyaan.
Sementara itu, kubu Demokrat yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden, 81 tahun, dan Wakil Presiden Kamala Harris, terus menekankan stabilitas dan pengalaman sebagai kekuatan utama mereka.
Dengan masih ada beberapa bulan menjelang pemilihan, kampanye Trump-Vance diperkirakan akan terus memicu perdebatan sengit tentang arah masa depan Amerika.
Apakah visi “Make America Great Again” versi 2.0 ini akan berhasil meyakinkan mayoritas pemilih Amerika, masih harus dilihat dalam bulan-bulan mendatang. (*)