DUNIAPERKARA

Kebakaran Hutan Melanda Korea Selatan, 24 Orang Tewas dan 27.000 Mengungsi

Seoul – Bencana kebakaran hutan yang melanda wilayah tenggara Korea Selatan telah mencatat sejarah kelam sebagai salah satu bencana terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Dikabarkan sedikitnya 24 orang telah meninggal dunia dan 27.000 warga dipaksa mengungsi dari wilayah yang terancam.

Penjabat Presiden Han Duck-soo menegaskan bahwa ini merupakan “kebakaran terparah yang pernah dihadapi negara ini”. Upaya pemadaman melibatkan 4.919 personel pemadam kebakaran dengan dukungan penuh dari militer dan polisi, serta penggunaan 87 helikopter untuk memadamkan api yang maha dahsyat.

Kebakaran hutan di Korea Selatan ini dipicu oleh kombinasi angin kencang dan cuaca ekstrem kering telah menghanguskan lebih dari 15.000 hektar lahan dan pemukiman warga. Mayoritas korban jiwa adalah penduduk lanjut usia berusia 60-70 tahun yang tidak mampu menyelamatkan diri dari api yang menyebar dengan kecepatan di luar perkiraan.

Situasi darurat semakin kompleks dengan ancaman terhadap warisan budaya penting. Dua lokasi bersejarah yang terdaftar dalam Warisan Budaya UNESCO, yakni Desa Hahoe dan Akademi Konfusianisme Byeongsan di kota Andong, berada dalam kondisi kritis. Kuil bersejarah Gounsa yang telah berdiri sejak tahun 681 dilaporkan telah hangus terbakar.

Ahli bencana hutan Lee Byung-doo dari Institut Ilmu Pengetahuan Hutan Nasional memperingatkan bahwa perubahan iklim akan membuat kejadian serupa semakin sering terjadi di masa depan. “Kita perlu menyiapkan lebih banyak sumber daya untuk menghadapi ancaman ini,” ujarnya, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 26 Maret 2025.

Kendala dalam upaya pemadaman semakin nyata ketika Dinas Kehutanan Korea mengakui keterbatasan armada pemadam. Delapan helikopter buatan Rusia tidak dapat dioperasikan akibat sanksi internasional terkait konflik di Ukraina. Menanggapi hal ini, pihak berwenang berencana mengadakan helikopter tambahan untuk memperkuat kesiapsiagaan.

Pemerintah telah menetapkan wilayah terdampak sebagai zona bencana khusus guna mempercepat proses penanganan dan pemulihan. Hingga saat ini, upaya pemadaman masih terus berlangsung di tengah prakiraan cuaca kering yang diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan.

Situasi kritis ini membutuhkan solidaritas dan dukungan penuh, baik dari pemerintah maupun masyarakat internasional, untuk membantu Korea Selatan menghadapi bencana alam terburuk dalam sejarah modern negara tersebut. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button