Sebanyak 179 Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Presiden Korsel Sementara Tetapkan Masa Berkabung
Muan – Kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan Korea Selatan terjadi pada Minggu, 29 Desember 2024 pagi, ketika sebuah pesawat Jeju Air yang mengangkut 181 orang mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, menewaskan 179 penumpang dan awak.
Pesawat Boeing 737-800 yang berangkat dari Bangkok pada pukul 01.30 pagi waktu setempat mengalami kegagalan pendaratan sekitar pukul 09.00 pagi.
Pesawat Jeju Air tersebut tergelincir tanpa roda pendaratan yang dikeluarkan, menabrak dinding beton sebelum akhirnya meledak dan terbakar.
“Setelah pesawat menabrak dinding, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” ungkap pejabat pemadam kebakaran setempat. Hanya dua awak pesawat yang berhasil selamat dan langsung dilarikan ke rumah sakit di Seoul untuk mendapatkan perawatan intensif.
Penyebab awal kecelakaan diduga akibat kegagalan roda pendaratan yang kemungkinan disebabkan oleh tabrakan dengan burung.
Menurut Kementerian Pertahanan, menara pengawas bandara telah memperingatkan tentang tabrakan dengan burung pada pukul 08.54 pagi, dan pilot mengumumkan mayday lima menit kemudian sebelum melakukan pendaratan darurat.
Pesawat tersebut membawa 175 penumpang dan enam awak, dengan komposisi 82 pria dan 93 wanita berusia antara tiga hingga 78 tahun. Mayoritas penumpang adalah warga Korea Selatan, dengan dua penumpang berkewarganegaraan Thailand.
Menanggapi tragedi ini, Presiden Sementara Korea Selatan Choi Sang-mok mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari, mulai Minggu hingga tengah malam Sabtu.
“Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang terdalam kepada keluarga yang ditinggalkan oleh mereka yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tidak terduga ini,” ujar Choi, Minggu.
Wilayah Muan telah ditetapkan sebagai zona bencana khusus, yang memungkinkan daerah tersebut mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah pusat.
Choi menjanjikan bantuan menyeluruh untuk upaya pemulihan, dukungan bagi keluarga korban, dan perawatan medis bagi yang terluka.
Pihak berwenang telah berhasil mengamankan alat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari lokasi kejadian, meskipun proses investigasi untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan.
Tragedi ini tercatat sebagai kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan dan menjadi kecelakaan ketiga dengan jumlah korban tewas terbanyak yang melibatkan maskapai Korea.
Saat ini, sebuah ruang mayat sementara telah didirikan di Bandara Muan untuk menampung jenazah korban, sementara proses identifikasi terus berlangsung.
Pihak berwenang mengakui bahwa proses identifikasi akan memakan waktu mengingat kondisi pesawat yang hampir sepenuhnya hancur.
Choi, yang baru saja mengambil peran kepemimpinan sementara pada Jumat lalu setelah penangguhan tugas Presiden Sementara Han Duck-soo, telah menginstruksikan seluruh lembaga terkait untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia dalam penanganan tragedi ini. (*)
Sumber Yonhap