Kepemimpinan Polri di Era Revolusi Industri 4.0 Antara Tantangan dan Tuntutan Perubahan
Sekaltim.co – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Revolusi Industri 4.0 membawa dampak besar bagi berbagai sektor, termasuk dalam dunia kepolisian.
Menanggapi tantangan era ini, Serdik Asri Delfi, S.T., M.H., dari Sekolah Pengembangan Profesi Kepolisian (SPPK) Angkatan 1 T.A. 2024, mengungkapkan pentingnya kepemimpinan Polri untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi.
Dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 18 September 2024, Asri menekankan bahwa era ini tidak hanya menawarkan tantangan, tetapi juga peluang besar bagi Polri untuk bertransformasi guna meningkatkan efektivitas dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai institusi yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, juga tidak luput dari tuntutan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman ini. Dalam konteks ini, kepemimpinan Polri menghadapi tantangan yang kompleks, tetapi juga memiliki peluang besar untuk melakukan transformasi guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas,” ungkapnya, Rabu 18 September 2024, melalui keterangan tertulis.
Secara terpetrinci, Asri menuangkan sejumlah point hasil analisisnya terkait pentingnya kepemimpinan Polri untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi.
Tantangan dalam Era Revolusi Industri 4.0
1. Perubahan Karakter Kejahatan
Di era ini, kejahatan tidak lagi terbatas pada dunia fisik. Munculnya internet dan teknologi digital menciptakan ruang baru bagi kejahatan dunia maya (cybercrime) seperti peretasan data, pencurian identitas, dan penipuan online. Polri harus memperkuat kompetensinya di bidang teknologi informasi serta mengembangkan unit khusus yang dapat menangani ancaman cybercrime dengan cepat dan efektif.
2. Kebutuhan Kapasitas Digital
Kemampuan literasi digital menjadi semakin penting bagi Polri di era ini. Pemahaman mengenai teknologi terkini, analisis big data, serta penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis pola kejahatan dan melakukan prediksi merupakan kebutuhan mendesak. Polri perlu memfasilitasi pelatihan intensif kepada seluruh anggotanya agar mampu memanfaatkan teknologi dengan optimal.
3. Tuntutan Transparansi dan Akuntabilitas
Dengan akses informasi yang semakin terbuka melalui teknologi digital, masyarakat menuntut Polri untuk lebih transparan dan akuntabel. Teknologi dapat menjadi alat untuk memenuhi tuntutan ini, misalnya melalui penggunaan aplikasi pelaporan masyarakat atau sistem monitoring kinerja berbasis data. Kepemimpinan yang responsif terhadap tuntutan keterbukaan akan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian.
4. Resistensi terhadap Perubahan
Salah satu tantangan internal yang dihadapi Polri adalah resistensi terhadap perubahan. Sebagai institusi besar, Polri tidak terlepas dari kendala adaptasi terhadap teknologi baru. Proses ini memerlukan perubahan prosedur kerja, pelatihan ulang, dan pergeseran pola pikir di kalangan anggota. Pemimpin yang adaptif, fleksibel, dan mampu mengelola perubahan dengan baik akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini.
Transformasi yang Dibutuhkan untuk Kepemimpinan Polri
1. Pemimpin yang Berbasis Data dan Teknologi
Era Revolusi Industri 4.0 menuntut kepemimpinan Polri yang mampu memanfaatkan teknologi, khususnya big data, untuk pengambilan keputusan yang cepat dan akurat. Pemimpin di Polri harus beralih dari pendekatan tradisional ke pendekatan yang berbasis data. Selain itu, pemimpin juga harus mendorong penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional, sehingga Polri dapat merespons dinamika yang berkembang dengan lebih baik.
2. Pengembangan Kompetensi Digital
Personel Menghadapi kejahatan di era digital, Polri perlu memperkuat kemampuan digital para personelnya. Pelatihan intensif terkait penggunaan teknologi informasi dan pengelolaan media sosial harus dilakukan secara berkala. Kompetensi ini juga dibutuhkan dalam rangka melibatkan publik secara lebih strategis melalui pengelolaan informasi dan komunikasi digital yang efektif.
3. Kolaborasi dan Sinergi dengan Institusi Lain
Polri tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi tantangan kejahatan yang semakin kompleks. Di era ini, sinergi lintas sektor menjadi sangat penting. Polri harus memperkuat kolaborasi dengan instansi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Misalnya, penggunaan teknologi keamanan seperti CCTV berbasis AI atau platform deteksi dini kriminalitas dapat terwujud melalui kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Kolaborasi ini akan memungkinkan Polri untuk memanfaatkan teknologi canggih dalam meningkatkan keamanan publik.
4. Transformasi Budaya Organisasi
Polri harus melakukan transformasi budaya organisasi yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi. Budaya inovasi dan responsivitas harus dijadikan nilai utama dalam setiap aspek operasional. Pemimpin di Polri harus menjadi teladan dalam hal penerapan teknologi serta mendorong anggotanya untuk terbuka terhadap inovasi. Dengan demikian, Polri dapat bergerak menuju institusi yang lebih modern dan efektif.
Kepemimpinan yang Adaptif dan Inovatif: Kunci Sukses Polri di Era Digital
Asri Delfi menegaskan bahwa kepemimpinan Polri di era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya dihadapkan pada tantangan teknologi dan perubahan karakter kejahatan, tetapi juga diberi peluang besar untuk mentransformasi institusi menjadi lebih modern dan responsif. Pemimpin yang adaptif dan inovatif, serta memiliki visi untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal, akan mampu membawa Polri menuju era baru dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di Indonesia.
“Kepemimpinan Polri di era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya ditantang untuk mengatasi berbagai perubahan teknologi dan karakter kejahatan, tetapi juga diberi peluang besar untuk bertransformasi menuju institusi yang lebih modern, responsif, dan berbasis teknologi. Pemimpin yang adaptif, inovatif, dan memiliki visi untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal akan mampu membawa Polri ke arah yang lebih baik dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di era digital ini,” ungkap Asri dalam penutup analisisnya. (*)