Samarinda, SEKALTIM.CO – Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (BPS Kaltim) mencatat pada tahun 2023 luas panen padi di Kaltim mengalami penurunan mencolok sebesar 12,14 persen, turun sebanyak 7,89 ribu hektare menjadi 57,08 ribu hektare.
Dasar penghitungan luas panen padi BPS Kaltim untuk luas lahan persawahan di Kaltim adalah Luas lahan baku sawah sesuai SK Kementerian ATR/BPN Tahun 2019 No. 686/SK-PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019 tentang penetapan luas alahan baku sawah Kalimantan Timur memiliki luas 41.406 hektare.
Penurunan luas panen padi di Kaltim tahun 2023 ini signifikan jika dibandingkan dengan luas panen padi pada tahun 2022 yang mencapai 64,97 ribu hektare.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim, Yusniar Juliana, penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketidakpastian cuaca.
Cuaca yang tidak menentu sejak akhir 2022 hingga sepanjang 2023 telah berdampak signifikan terhadap pertanian padi di wilayah Kaltim termasuk terhadap pasokan air.
“Penurunan ini dipengaruhi pasokan air yang cukup sulit di akhir tahun sehingga luas potensi panen yang dihitung mengalami penurunan,” ujar Yusniar Juliana dalam rilis berita resmi statistik Jumat 1 Maret 2024 melalui siaran Youtube, yang juga turut disimak secara daring oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni.
Yusniar Juliana menerangkan, selaras dengan penurunan luas panen padi, produksi padi juga mengalami penurunan sebesar 12,45 ribu ton atau 5,20 persen menjadi 226,97 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG).
BPS Kaltim mencatat kontribusi terbesar produksi gabah kering giling pada 2023 disumbang oleh Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 50,71 %, Penajam Paser Utara 10,87%, Paser 12,60 % dan selebihnya dari kabupaten kota di Kaltim lainnya sebanyak 16,82 %.
Sementara itu, produksi beras juga mengalami penurunan menjadi 132,02 ribu ton, turun sebesar 7,25 ribu ton atau 5,20 persen dari tahun sebelumnya.
Yusniar Juliana juga memberikan gambaran potensi luas panen untuk periode Januari-April 2024. BPS Kaltim mencatat sebesar 21,35 ribu hektare akan mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Begitu pula dengan proyeksi produksi padi dan beras untuk periode yang sama, yang diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 25,42 persen.
Angka perhitungan proyeksi produksi padi untuk periode Januari-April 2024 diperkirakan mengalami penurunan 25,42 persen. Proyeksi turun sebanyak 27,25 ribu ton.
“Angka perhitungan produksi padi berdasarkan angka perhitungan sebanyak 79,83 ribu ton lebih rendah dari periode sebelumnya Januari-April 2023 107,18 ribu ton,” ujar Yusniar Juliana.
Menyikapi kondisi ini, Pemprov Kaltim telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi dan beras.
Sekda Kaltim, Sri Wahyuni, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan langkah-langkah seperti penambahan luas lahan, pemetaan sumber irigasi, intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, serta penyediaan insentif bagi para petani.
Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi tetap besar. Penurunan produksi padi menjadi perhatian serius, namun juga menjadi dorongan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan upaya peningkatan produksi padi.
Termasuk di dalamnya mengatasi sejumlah isu penting seperti alih fungsi lahan dan distribusi pangan dari luar Kaltim yang berpengaruh terhadap produksi pangan, khususnya beras.
Sri Wahyuni tidak menampik bahwa Kaltim belum mampu memenuhi kebutuhan beras untuk masyarakat dan selama ini mendatangkan beras dari wilayah lain.
“Produksi padi memang menjadi atensi kami. Kaltim belum dapat memenuhi pasokan padi untuk Kaltim.” ujar Sekda.
Dengan kondisi penurunan produksi padi di Kaltim pada tahun 2023, Sekda Kaltim menyatakan menjadi dorongan bagi Pemprov Kaltim untuk meningkatkan produksi padi.
“Tapi adanya penurunan produksi padi ini menjadi atensi kami dan tantangan untuk meningkatkan upaya peningkatkan produksi padi meningkat,” ujar Sekda.
Provinsi Kaltim sendiri, menurut Sekda Kaltim telah memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan produksi padi. Antara lain melalui menambah luas lahan, pemetaan sumber irigasi, intensifikasi dan ekstensifikasi, hingga penyediaan insentif dalam bidang pertanian.
“Maret (2024-Red) kita akan melakukan pemetaan sumber irigasi, area persawahan dan insentif apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga agar produktivitas padi bisa dipetakan dan bisa meningkat,” ujar Sri Wahyuni.
Penurunan luas panen padi dan produksi beras di Kalimantan Timur menjadi perhatian serius bagi Pemprov Kaltim. Dengan pemahaman akan faktor penyebabnya serta upaya yang telah dilakukan, diharapkan produksi padi dan beras di Kaltim dapat segera pulih dan bahkan meningkat ke depannya. Dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak akan menjadi kunci untuk mencapai hal tersebut. (*)