Menteri Pariwisata Minta SOP Destinasi Wisata Diperketat Usai Tragedi Juliana Marins

Sekaltim.co – Tragedi meninggalnya wisatawan Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani menjadi pelajaran berharga bagi dunia pariwisata terkait standar operasional prosedur (SOP) destinasi wisata Indonesia dan menggugah perhatian pemerintah pusat.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri, secara tegas meminta agar seluruh SOP destinasi wisata di Indonesia diperketat, terutama untuk destinasi berisiko tinggi.
Widiyanti menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang menimpa Juliana. Menurutnya, kejadian ini harus menjadi pengingat penting untuk memperkuat sistem keselamatan di lapangan.
“Kami menegaskan bahwa keselamatan wisatawan adalah prioritas utama. Seluruh instansi diperintahkan memperkuat SOP dan pengawasan pemanduan di destinasi ekstrem,” kata Widiyanti, dalam pernyataan resminya, Rabu 25 Juni 2025.
Ia juga menargetkan zero accident atau nihil kecelakaan di seluruh destinasi wisata Indonesia. Harapannya, kejadian tragis seperti yang menimpa Juliana tidak terulang kembali.
Menpar Widiyanti menyampaikan bahwa tragedi seperti di Rinjani tak boleh dianggap sebagai musibah biasa. Menurutnya, banyak aspek keselamatan yang perlu diperbaiki.
“Kami berharap, ini menjadi yang terakhir, kami menargetkan zero accident di seluruh destinasi wisata Indonesia,” tegasnya.
Selain penguatan SOP destinasi wisata, Kementerian Pariwisata juga akan meningkatkan pelatihan dan sertifikasi bagi pemandu wisata. Hal ini terutama penting untuk destinasi wisata alam yang memerlukan pendampingan ketat.
Indonesia memiliki banyak destinasi wisata ekstrem yang memikat wisatawan mancanegara. Namun, tanpa SOP yang ketat, daya tarik itu bisa berujung maut.
Tragedi Juliana Marins di Rinjani
Juliana Marins (27) adalah pendaki asal Brasil yang terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Cemare Nunggal, Gunung Rinjani, Lombok Timur.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025. Saat itu Juliana bersama enam rekannya dan seorang pemandu tengah dalam pendakian menuju puncak.
Karena kelelahan, Juliana diminta beristirahat di satu titik. Namun saat pemandu kembali dari puncak, Juliana sudah tidak ditemukan. Cahaya senter terlihat dari jurang, menandakan ia terjatuh.
Evakuasi berlangsung selama lima hari di bawah kondisi cuaca buruk. Kabut tebal dan medan ekstrem menghambat upaya penyelamatan. Jenazah akhirnya ditemukan dan dievakuasi pada Rabu, 25 Juni 2025.
Video dramatis evakuasi memperlihatkan upaya heroik pemandu lokal Agam dan tim SAR gabungan. Agam, yang menuruni tebing dengan tali, menjadi sorotan netizen Brasil dan mendapat banyak pujian.
Tragedi Zhang Xiaohan di Berau
Sebelumnya, insiden yang mengakibatkan turis asing juga terjadi dan menimpa wisatawan asal Tiongkok, Zhang Xiaohan (30). Ia dilaporkan hilang saat menyelam di perairan Pulau Kakaban, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pada Jumat 2 Mei 2025.
Zhang menyelam kembali ke dasar laut untuk mencari kamera GoPro yang terlepas tanpa memberi tahu pemandunya. Ia turun sendirian ke kedalaman sekitar 30 meter.
Setelah ditunggu beberapa menit, ia tak kunjung muncul ke permukaan. Upaya pencarian segera dilakukan oleh pemandu dan dua rekannya, namun hasilnya nihil.
Jenazah Zhang akhirnya ditemukan sehari kemudian, pada kedalaman 87 meter, dalam kondisi meninggal dunia. Proses evakuasi diakui sangat sulit karena medan ekstrem dan arus laut yang kuat.
Dua tragedi yang menimpa wisatawan asing di Rinjani dan Berau menjadi catatan serius bagi Kemenpar.
Wisata alam Indonesia yang luar biasa perlu dibarengi manajemen risiko sehingga tidak membahayakan wisatawan dengan SOP destinasi wisata. (*)