Balikpapan, Sekaltim.co – Pantai Tanjung Bayur di Teritip, Balikpapan Timur, Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi saksi bisu dari sebuah drama penyelamatan seekor paus raksasa yang mengharukan.
Raksasa laut itu, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) sepanjang 17 meter dengan berat diperkirakan mencapai 4 ton, telah memilih tempat yang tidak biasa untuk singgah—terdampar di perairan dangkal yang jauh dari habitatnya.
Dari Harapan Hingga Kesedihan
Kisah ini bermula pada Senin, 22 September 2024, ketika nelayan setempat pertama kali melaporkan kehadiran sang paus kepada petugas Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Heri Seputro, salah satu petugas yang menerima laporan tersebut, bersama tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Balikpapan, bergegas menuju lokasi.
Namun, setibanya di sana, paus tersebut telah menghilang, memberi harapan bahwa ia telah menemukan jalan kembali ke laut lepas.
Harapan itu sayangnya hanya bertahan sebentar. Pada Rabu, 24 September, paus yang sama kembali terlihat terdampar di lokasi yang sama.
Kali ini, tim penyelamat berhasil menemukan mamalia laut raksasa tersebut dalam keadaan hidup, terapung-apung di perairan dangkal dengan kepala menghadap ke darat.
“Kami senang pausnya masih hidup,” ungkap Heri saat itu kepada wartawan, menggambarkan perasaan lega yang dirasakan tim saat itu.
Upaya dan Tantangan yang Dihadapi
Selama beberapa hari berikutnya, terjadi pertarungan melawan waktu dan alam.
Tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan aparat terkait, termasuk nelayan dari KUB Mutiara Indah dan KUB Harapan Bersama, tim BKSDA Balikpapan, BPSPL Pontianak, Polisi Perairan, dan banyak lagi, bahu-membahu dalam upaya penyelamatan paus.
Tantangan utama yang dihadapi tim adalah ukuran paus yang luar biasa besar dan kondisi geografis pantai Teritip yang memiliki daerah pasang surut yang landai dan panjang.
“Jadi kasihan, dia memang terjebak,” kata Heri, menjelaskan situasi sulit yang dihadapi sang paus.
Tim penyelamat mencoba berbagai metode, mulai dari mengarahkan paus kembali ke laut hingga merencanakan penarikan menggunakan kapal nelayan bermesin besar.
Mereka bahkan memasang strap, tali pipih nylon yang biasa dipakai di bengkel alat berat, untuk membantu proses evakuasi.
Harapan yang Pupus dan Pelajaran Berharga
Sayangnya, meski berbagai upaya telah dilakukan, takdir berkata lain.
Pada Jumat, 27 September 2024, paus raksasa tersebut akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Informasi ini menyebar cepat, membawa kesedihan bagi seluruh tim yang telah berjuang keras dan masyarakat yang telah mengikuti perkembangan kisah ini.
Pada Sabtu, 28 September 2024, warga Balikpapan berkumpul di pantai, menantikan kedatangan paus mati yang berupaya dievakuasi petugas gabungan.
Namun, evakuasi terhenti dan akan berlanjut pada Minggu 29 September 2024. Petugas telah mendatangkan excavator untuk membuat lubng pemakaman bagi paus raksasa itu.
“Sementara ini belum bisa dievakuasi, dan Insya Allah akan dilanjutkan pada hari Ahad 29 September 2024,” kata Ishak Nurdin, warga setempat.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, melalui perwakilannya Hetty P Effendi, mengonfirmasi kematian paus tersebut.
“Jadi paus ini sudah dalam keadaan mati. Kami amati setengah jam memang tidak ada pergerakan dan hembusan nafas dari paus,” ucapnya kepada wartawan, Jumat 27 September 2024.
Misteri di Balik Kejadian dan Rencana ke Depan
Penyebab pasti kematian paus ini masih menjadi misteri. Tim ahli berencana melakukan nekropsi atau autopsi untuk mengetahui lebih lanjut apa yang menyebabkan mamalia laut ini terdampar dan akhirnya mati.
Ada spekulasi bahwa paus tersebut mungkin mengalami gangguan pada sistem ekolokasinya, yang sangat penting bagi navigasi mereka di lautan luas.
Bambang Hari Trimarsito, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kaltim, sebelumnya menyatakan harapannya, “Semoga paus ini tidak sedang mengalami kerusakan di sonarnya, sehingga bisa kembali ke jalurnya.” Sayangnya, harapan itu tidak terwujud.
Fenomena Langka di Perairan Balikpapan
Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di perairan Balikpapan, meskipun tergolong langka.
Dalam catatan 15 tahun terakhir, sudah empat kali paus terdampar di pesisir kota ini.
Yang pertama pada 2009, seekor paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens) ditemukan di pantai Lamaru.
Berikutnya paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata) pada Juni 2019 di pantai Manggar, dilanjutkan dengan paus bergigi sikat (baleen whale) pada Desember 2019 di pantai Sepinggan Raya.
Yang keempat, paus sperma yang terdampar dan mati kali ini.
Fenomena ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Berbagai faktor, mulai dari perubahan iklim, polusi suara di bawah laut, hingga aktivitas manusia yang mengganggu habitat alami mereka, bisa menjadi penyebab terjadinya kejadian tragis seperti ini.
Pelajaran dan Harapan untuk Masa Depan
Meski berakhir dengan kesedihan, kisah paus sperma di Balikpapan ini memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan kebersamaan dan kepedulian terhadap makhluk hidup lain.
Masyarakat Balikpapan telah menunjukkan solidaritas yang luar biasa, bersatu dalam upaya penyelamatan paus meskipun akhirnya tidak berhasil. (*)