NEWS SEKALTIM

Samarinda dan Kukar Tertinggi Kasus Kematian Ibu Selama Mei 2025

Samarinda, Sekaltim.co – Antara melaporkan bahwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur mencatat adanya 26 kasus kematian ibu di seluruh wilayah Kaltim sepanjang Mei 2025.

Data kasus kematian ibu di seluruh wilayah Kaltim sepanjang Mei 2025 ini menunjukkan tantangan serius dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Benua Etam.

Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mencatat angka kematian ibu tertinggi dengan masing-masing enam kasus. Disusul Kota Balikpapan dengan empat kasus, kemudian Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Barat, dan Kabupaten Mahakam Ulu masing-masing mencatat dua kasus kematian ibu.

Sementara itu, Kutai Timur mencatat angka kematian ibu di bawah tiga kasus, dan Kabupaten Berau hanya mencatat satu kasus.

Kabar baik datang dari Kota Bontang dan Kabupaten Penajam Paser Utara yang tidak melaporkan adanya kasus kematian ibu selama periode Mei 2025.

“Setiap kasus kematian ibu adalah kehilangan besar dan menjadi indikator dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,” ujar Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin, seperti dikutip dari Antara.

Untuk menekan angka kematian ibu, Dinkes Kaltim menerapkan berbagai program strategis, termasuk mengoptimalkan pemeriksaan kehamilan rutin, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan, serta memperkuat sistem rujukan terpadu.

Program unggulan yang menjadi fokus adalah Audit Maternal Perinatal Surveilans Respons (AMP-SR). Program ini memastikan setiap kasus kematian maternal dan perinatal tidak hanya dicatat, tetapi juga dianalisis penyebabnya secara komprehensif untuk merumuskan rekomendasi perbaikan.

“AMP-SR merupakan siklus terpadu yang mencakup identifikasi kasus kematian, pelaporan, pengkajian mendalam, hingga respons tindak lanjut,” jelasnya.

Data analisis penyebab kematian ibu di Kaltim menunjukkan komplikasi non-obstetrik mendominasi dengan 42 persen dari total kasus. Hipertensi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas menyumbang 38 persen, sedangkan perdarahan obstetrik mencapai 12 persen.

“Data ini menjadi dasar bagi kami untuk melakukan evaluasi mendalam dan menyusun strategi yang lebih efektif ke depan,” kata Jaya Mualimin.

Dinkes Kaltim berkomitmen terus memperbaiki sistem pelayanan kesehatan maternal untuk menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan kualitas hidup perempuan di Kalimantan Timur. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button