Serangan Udara Israel Tewaskan Puluhan Warga Sipil di Kamp Pengungsi Rafah

SEKALTIM.CO – Sebuah serangan udara Israel yang menghantam sebuah kamp pengungsi di Rafah, Gaza, pada Minggu malam, 26 Mei 2024, telah memicu kengerian dan kecaman global.

Tidak lama setelah serangan udara Israel menghantam sebuah kamp di Rafah, Gaza selatan, pada Minggu malam, merobek tubuh-tubuh puluhan warga Palestina laki-laki, perempuan, dan anak-anak, serta memicu kebakaran dahsyat, video rekaman setelah insiden itu memicu kengerian dan kecaman di seluruh dunia.

Tagar ALL EYES ON RAFAH beredar dan menjadi trending topic di media sosial X Senin 27 Mei 2024. Netizen merespon serangan udara Israel yang menghanguskan camp pengungsian di Rafah.

Insiden tragis ini dilaporkan menewaskan puluhan warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan, anak-anak, dan lansia yang tidak bersalah.

Menurut laporan dari badan penanggulangan bencana sipil Palestina, serangan udara itu terjadi di kawasan Tel al-Sultan, Rafah bagian barat, tempat ribuan orang mengungsi setelah melarikan diri dari wilayah timur kota akibat ofensif darat Israel yang dimulai lebih dari dua minggu lalu.

Diperkirakan sekitar 100.000 orang mengungsi dan tinggal di wilayah tersebut.

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas menyatakan bahwa serangan tersebut “menewaskan 35 syuhada dan puluhan orang terluka”. Sementara badan pertahanan sipil Gaza melaporkan setidaknya 50 orang tewas dan terluka akibat serangan itu.

Saksi-saksi yang berbicara kepada Al-Jazeera menceritakan kembali “pembantaian” di kamp tersebut di kawasan Tal as-Sultan, Rafah, pada akhir pekan lalu oleh pasukan Israel.

Majed al-Attar, seorang pengungsi dari Beit Lahiya di Jalur Gaza utara, mengatakan bahwa dia kehilangan lima anggota keluarganya.

“Kami sedang duduk di tenda, dan tiba-tiba kamp itu dibom. Saya kehilangan lima orang dari keluarga saya, yang semuanya terbakar habis, di antara mereka yang terbunuh adalah ibu-ibu hamil. Setiap kali mereka mengatakan bahwa area ini aman sampai kami dibom,” ungkapnya.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melaporkan bahwa rumah sakit lapangannya di Rafah menerima lonjakan korban, dan rumah sakit lain juga menampung sejumlah besar pasien.

Militer Israel mengklaim telah melakukan serangan tepat sasaran pada sebuah markas Hamas di Rafah, tetapi sedang meninjau kembali insiden tersebut setelah laporan bahwa serangannya menyebabkan korban sipil.

Insiden ini telah memicu kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia. Pelapor Khusus PBB untuk Hak Perumahan, Balakrishnan Rajagopal, menyerukan tindakan terhadap Israel setelah serangan terbarunya pada warga Palestina yang mengungsi di Rafah.

“Menyerang perempuan dan anak-anak saat mereka bersembunyi di tempat penampungan mereka di Rafah adalah kekejaman yang mengerikan. Kami membutuhkan tindakan global yang terkoordinasi untuk menghentikan tindakan Israel sekarang,” tulisnya di X (Twitter).

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keprihatinannya dan mendesak penghentian operasi militer serta gencatan senjata segera. “Saya sangat terguncang oleh serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” tulisnya di X.

Kelompok advokasi Yahudi di Amerika Serikat, Jewish Voice for Peace, juga mengutuk keras pembantaian di Rafah dan menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah Amerika Serikat atas pendanaan militer Israel.

Perhatian harus ditujukan pada “pembantaian” semalam yang dilakukan militer Israel di Rafah, kata kelompok advokasi Yahudi di Amerika Serikat, Jewish Voice for Peace.

“Kami tidak akan pernah melupakan gambar-gambar yang muncul dari Rafah malam ini. Manusia, termasuk bayi, dibakar hidup-hidup dan tercabik-cabik. Genosida ini harus diakhiri, harus diakhiri sekarang,” tulis Jewish Voice for Peace dalam sebuah pernyataan di X.

“Kami meminta pertanggungjawaban pemerintah AS, selain pemerintah Israel, atas pembantaian lebih dari 36.000 warga Palestina, pengepungan dan kelaparan warga Palestina di Gaza, serta penghancuran massal infrastruktur dan lahan. Kami menuntut agar semua pendanaan AS untuk militer Israel dihentikan sekarang. Orang-orang yang memiliki nurani di seluruh dunia menyerukan untuk mengakhiri genosida.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan udara pada Minggu di Rafah yang menewaskan 45 warga Palestina tidak dimaksudkan untuk menyebabkan korban sipil dan akan diselidiki.

Netanyahu mengatakan “sesuatu yang sayangnya tragis salah” dalam sebuah pidato di parlemen.

“Kami sedang menginvestigasi insiden ini dan akan menarik kesimpulan karena ini adalah kebijakan kami,” ucapnya pada Senin, 27 Mei 2024.

Pernyataan ini langsung menuai kecaman dari pihak Palestina dan organisasi-organisasi hak asasi manusia. Amnesty International menyatakan bahwa dalih Israel tentang serangan terhadap target militan Hamas tidak dapat dibenarkan mengingat jumlah korban sipil yang sangat besar.

“Tidak ada pembenaran untuk mengorbankan warga sipil, terutama perempuan, anak-anak, dan lansia yang tidak berdaya dalam sebuah serangan militer. Ini adalah kejahatan perang yang harus diusut secara saksama,” tegas juru bicara Amnesty International.

Dengan adanya korban jiwa yang besar, terutama warga sipil, insiden ini telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak di seluruh dunia. PBB, tokoh-tokoh politik, dan organisasi hak asasi manusia mengecam tindakan Israel dan menuntut penyelidikan menyeluruh atas kejadian berdarah ini. (*)

Exit mobile version