Balikpapan, SEKALTIM.CO – Pj Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, mengatakan stok beras di wilayah kaltim masih aman hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun 2024. Pasokan beras terjamin karena peran Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam menjaga stabilitas harga komoditas pangan utama tersebut.
“Bulog menjaga stabilitas harga. Harga yang dilepas untuk dijual kembali oleh pedagang sekitar Rp10.500 per kilogram,” ujar Akmal Malik saat melakukan inspeksi mendadak ke Komplek Gudang Bulog Klandasan, Balikpapan, Senin 26 Februari 2024.
Meski demikian, Akmal meminta para pedagang untuk tidak mengambil keuntungan berlebihan. Hal ini penting agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat menjelang lebaran nanti.
Di sisi lain, kebutuhan beras di Kalimantan Timur mencapai 350 ribu ton per tahun. Sayangnya, produksi lokal baru mampu memenuhi sekitar 140 ribu ton atau sekitar 35 persen dari total kebutuhan.
Untuk itu, Pemprov Kalimantan Timur terus mendorong peningkatan produktivitas pertanian khususnya tanaman padi. Upaya ini dilakukan agar ketahanan pangan daerah semakin kuat ke depannya.
“Mau tidak mau kita harus fokus dan konsisten untuk meningkatkan produksi padi lokal. Kita juga harus melakukan diversifikasi pangan, tidak hanya mengandalkan beras,” imbuh Akmal.
Selain itu, Akmal juga mengapresiasi peran Bulog dalam menstabilkan harga dan pasokan beras di Kalimantan Timur selama ini. Ia berharap kerja sama dengan Bulog bisa terus ditingkatkan agar distribusi beras ke seluruh wilayah tetap lancar.
“Saya berterima kasih dengan Bulog yang sudah melaksanakan fungsi stabilisasi harga dengan baik,” pungkasnya.
Sementara itu, saat melakukan inspeksi di Pasar Inpres Klandasan, Akmal juga mengajak warga untuk melakukan diversifikasi konsumsi pangan. Warga diminta tidak hanya mengandalkan beras premium, tapi juga mengonsumsi beras medium produksi Bulog.
“Sekali-kali makan beras medium. Bagus kok beras hasil Bulog,” imbaunya kepada warga.
Dengan beragam potensi pertanian yang dimiliki, diharapkan masyarakat Kalimantan Timur bisa mengonsumsi pangan lokal seperti ubi kayu, jagung, sagu, dan umbi-umbian sehingga tidak bergantung pada nasi semata. (*)