Kukar, Sekaltim.co – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berlangsung hari ini menjadi sorotan publik karena Sultan Kutai Kartanegara absen dari acara tersebut.
Sorotan tidak hanya karena digelar untuk pertama kalinya di ibu kota baru. Absennya salah satu tokoh penting dari Kalimantan Timur, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, tersebut menuai perhatian publik Bumi Mulawarman.
Sultan Aji Muhammad Arifin memilih untuk mengikuti upacara peringatan kemerdekaan di halaman Kantor Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Tenggarong, bersama Bupati Kukar Edi Damansyah.
Keterangan Sultan Kutai Kartanegara
Ketika dikonfirmasi mengenai ketidakhadirannya di IKN, Sultan memberikan alasannya.
“Tergantung dengan faktor alam, cuaca, dan undangan, kita tidak ada (undangan),” ujar Sultan Aji Muhammad Arifin kepada wartawan seusai upacara di Tenggarong.
Meskipun demikian, Sultan menegaskan bahwa ia tidak kecewa atau mempermasalahkan ketiadaan undangan tersebut. Dengan bijaksana, ia menyatakan, “Tidak ada perasaan, itu terserah orang mau undang atau tidak. Tergantung panitianya.”
Pakaian Adat Presiden Saat Upacara HUT RI di IKN
Meski Sultan tidak hadir, Presiden Joko Widodo justru mengenakan pakaian adat yang terinspirasi dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dalam upacara di IKN.
Pakaian yang dikenal sebagai Baju Takwo Kustim ini didominasi warna hitam dengan ornamen emas khas Kalimantan Timur, terbuat dari kain beludru atau linen dengan ukiran emas pada bagian kerah dan lengan.
Belum ada konfirmasi mengenai ketidakhadiran Sultan dari Sekretariat Presiden.
Reaksi Netizen
Ketidakhadiran tokoh penting seperti Sultan Kutai Kartanegara di acara nasional di IKN menimbulkan berbagai interpretasi publik.
Akun Instagram malafucktaka mengungkapkan dalam komentar pada unggahan Info Kukar, “Bangga Pakaian Adat Etam di pakai, Tapiii Sangat Sangatt Kecewa Sultan Etam ndik da (tidak ada) di sana.”
Nada serupa juga menjadi sorotan akun Instagam lainnya, rfkyakmlll, yang menuliskan, “Pakai baju adat Kutai tapi Sultannya gak diundang min.”
Kebijaksaan Sultan
Kesultanan Kutai Kartanegara memiliki peran historis yang sangat penting di Kalimantan Timur.
Pelibatan tokoh-tokoh adat seperti Sultan dalam acara kenegaraan di IKN bisa menjadi simbol penting integrasi nilai-nilai lokal dalam pembangunan ibu kota baru.
Terlepas dari ketidakhadirannya, Sultan Aji Muhammad Arifin tetap menyuarakan harapannya untuk kemajuan Indonesia, khususnya Kutai Kartanegara, melalui pembangunan IKN.
“Saya harap ke depan lebih baik, supaya kita rukun, damai, dan tenteram dengan suku-suku yang ada di Indonesia. Saya ingin IKN membawa kemajuan,” ungkapnya.
Semangat persatuan dan kemajuan yang disuarakan oleh Sultan Aji Muhammad Arifin menjadi pengingat bahwa terlepas dari perbedaan dan kendala komunikasi, tujuan bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik tetap menjadi prioritas utama bagi semua pihak. (*)