Udin Mulyono Jadi Sorotan di Bontang, Dilaporkan Neni Moerniaeni ke Polisi

Bontang, Sekaltim.co – Sosok Udin Mulyono sedang menjadi sorotan di tengah kontestasi Pilkada Bontang 2024. Bakal calon wali kota Bontang Neni Moerniaeni melaporkan Udin Mulyono kepada polisi atas dugaan kasus pencemaran nama baik, Selasa 3 September 2024, kemarin.

Neni Moerniaeni melaporkan Udin Mulyono didampingi suaminya Andi Sofyan Hasdam ke Polres Bontang. Laporan disampaikan ke bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu pada pukul 14.20 Wita.

Usai menyampaikan laporan, Sofyan Hasdam menegaskan, Pilkada harus berjalan kondusif.

“Masyarakat kita didik untuk pemilu dengan mendengarkan mana program yang baik, bukan saya menjelekkan orang ini saya mau naik rumah, naik tangga tapi kepalanya orang yang saya injak,” kata Sofyan Hasdam.

Sofyan Hasdam menerangkan, pihaknya melaporkan Udin Mulyono ke polisi karena ada dugaan pencemaran nama baik saat agenda di RT 27 Kelurahan Loktuan Bontang.

“Sebagai masyarakat biasa kami mau melaporkan dugaan pencemaran nama baik. Ada video Udin Mulyono yang sedang ada agenda di RT 27 Kelurahan Loktuan dia menyebut nama kami. Kejadian itu hari Minggu (1/9/2024),” kata Sofyan Hasdam ke polisi.

Sofyan Hasdam menganggap apa yang diucapkan Udin Mulyono merupakan informasi sesat. Misal, bukan 5 orang yang disebutkan jadi anggota DPR namun hanya 2 anaknya dan 1 menantu. Termasuk dirinya yang terpilih sebagai Anggota DPD RI.

“Selain dugaan pencemaran nama baik. Juga ada ujaran kebencian dan hoax. Itu tidak benar semua yang dituduhkan,” sambungnya.

Tetapi laporan itu tidak dikaitkan dengan Basri Rase sebagai peserta Pilkada Bontang.

Menanggapi laporan atas dirinya, Dewan Penasehat Tim Pemenangan Basri Rase-Chusnul Dhihin Udin Mulyono mengakui pernyataan yang diutarakan di dalam video itu disampaikan secara sadar dan murni inisiatif pribadinya.

Udin menilai tak akan ditemukan unsur pidana di dalamnya. Ia merasa semua yang disampaikan merupakan fakta dan tidak ada unsur hoax ataupun ujaran kebencian.

“Saya senang kalau dibicarakan. Kalau dilaporkan silahkan saja saya siap hadapi itu,” ucapnya, Selasa 3 September 2024 dikutip dari KlikKaltim, 4 September 2024.

Dalam video yang tersebar, Udin Mulyono sempat menyampaikan bahwa Bontang tidak akan sehat jika dipimpin Neni Moerniaeni. Sebab lima orang keluarga mantan Wali Kota Bontang itu kini menjabat sebagai anggota DPRD, DPRD Provinsi Kaltim, dan DPD RI.

“Semua yang saya sampaikan fakta. Dimana ada pencemaran nama baik? Saya kira untuk unsur pidana tidak ada. Kalau pun ada saya siap,” ucapnya.

Udin Mulyono yang juga merupakan pimpinan Pusat Himpunan Masyarakat (PHM) Bontang ini mengaku sudah banyak makan garam soal politik dan urusan dengan polisi.

Udin justru menilai dinamika dan tensi yang sedikit tinggi di Pilkada merupakan hal yang wajar.

Dia juga blak-blakan pernah bergabung dengan Sofyan Hasdam untuk memenangkan Neni Moerniaeni di masa lalu.

Namun kini ia memilih jalan berbeda dengan mendukung Basri Rase dan Chusnul Dhihin di Pilkada Bontang 2024.

Salah satu alasan karena menganggap demokrasi tidak akan sehat jika Bontang dipimpin ibu dari orang tua Ketua DPRD.

Berikut kalimat Udin Mulyono di dalam video berdurasi 2.47 menit yang direkam.

“Anaknya di Provinsi, anaknya di Samarinda masuk. bayangkan 5 orang jadi DPR semua. Kalau sampai maaf aja nanti bu Neni jadi wali bisa mainkan mata aja sama anaknya yang jadi ketua DPRD.

Bayangkan 5 orang jadi DPRD. Ini yang saya tidak mau. Makanya saya tinggal. Dan mendukung pak Basri. Keserakahan ini yang saya tidak mau.

Ini kasian masyarakat buktinya dulu waktu jadi wali kota. Gaji honorer dikurangi. Ada kong kalikong anggaran. Saat itu Andi Faiz ketua dan dia wali kota.

Saya tidak mau warga bontang nantinya menyesal 5 tahun. Bayangkan pak 5 anggota DPR ini berapa uang habis. Ini harus dikembalikan dulu. Bukan uang sedikit ini.

Sebetulnya kalau membuat jahat saya bisa penjarakan Sofyan Hasdam, Neni, dan Andi Faiz. Karena saya orang dalam beliau.

Keserakahan ini kami minta masyarakat untuk memikirkan dan mempertimbangkan baik-baik. Jangan sampai menyesal. Anak 3 jadi DPR, suami DPD, menantu jadi DPRD.

Seharusnya bu Neni mendampingi suaminya di Jakarta. Ngapain maju di Bontang”. (*)

Exit mobile version