Samarinda, SEKALTIM.CO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah proaktif dalam menangani permasalahan abrasi di Pulau Derawan, Kabupaten Berau.
Melalui Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR), BPBD Kaltim menyelenggarakan Rapat Studi Pengkajian Kebutuhan Pascabencana yang berlangsung di opsroom Kantor BPBD Prov. Kaltim di Samarinda, Rabu 17 Juli 2024.
Rapat ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Tim Jitupasna, OPD terkait lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, OPD terkait lingkup Pemerintah Kabupaten Berau, serta perwakilan dari kementerian terkait.
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk membahas dan merumuskan strategi dalam menghadapi tantangan abrasi yang mengancam keindahan dan keberlanjutan Pulau Derawan.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Kaltim, Agus Tianur, dalam sambutannya menekankan pentingnya studi kajian bencana ini.
“Wilayah Kalimantan Timur memiliki potensi sumber daya alam dan laut yang luar biasa. Pulau Derawan, dengan gugusan pulaunya yang menakjubkan, menghadapi ancaman serius dari abrasi. Melalui studi kajian bencana ini, kami berharap dapat merumuskan langkah-langkah konkret untuk mengurangi dampak abrasi dan mengantisipasi permasalahan di masa depan,” ujarnya.
Abrasi, atau pengikisan pantai oleh air laut, telah menjadi masalah yang semakin mendesak di Pulau Derawan. Fenomena ini tidak hanya mengancam keindahan alam pulau tersebut, tetapi juga berpotensi mengganggu ekosistem laut dan kehidupan masyarakat setempat.
Oleh karena itu, studi pengkajian kebutuhan pascabencana ini menjadi langkah krusial dalam upaya pelestarian dan perlindungan Pulau Derawan.
Andik Wahyudi, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kaltim, menjelaskan pendekatan yang akan diambil dalam mengatasi masalah ini.
“Kami akan melakukan pengkajian kebutuhan yang dimulai dari analisis kerusakan dimensi abrasi skala kecil. Dengan pemantauan berkelanjutan, kami dapat mengantisipasi perkembangan masalah ini menjadi skala yang lebih besar dalam beberapa tahun ke depan,” jelasnya.
Dalam rapat tersebut, peserta juga membahas berbagai faktor penyebab abrasi di Pulau Derawan.
Di antaranya adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence), kerusakan hutan mangrove, perubahan iklim global, kerusakan akibat ulah manusia, dan dampak hidrodinamika gelombang.
Pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor ini akan membantu dalam merancang solusi yang tepat dan efektif.
Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan Pulau Derawan dapat terus menjadi destinasi wisata unggulan Kalimantan Timur sekaligus menjadi contoh keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan pesisir yang berkelanjutan. (*)