ANEKADUNIA

Festival Songkran Thailand 2025, Tradisi Penyiraman Air Berpadu dengan Tewasnya Ratusan Orang

Bangkok, – Festival Songkran Thailand 2025, perayaan Tahun Baru Thailand, berlangsung meriah dari 11 hingga 15 April di seluruh negeri, menarik lebih dari 800.000 wisatawan dan menghasilkan pendapatan pariwisata sebesar 26,5 miliar baht. Namun, di balik kemeriahan tradisi penyiraman air dan parade budaya, mirip dengan belimbur di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), festival ini juga memicu tantangan keselamatan, dengan ratusan korban kecelakaan lalu lintas, menurut laporan Otoritas Pariwisata Thailand (TAT).

Festival Songkran adalah festival di Thailand yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2023, menandai peralihan matahari ke rasi Aries, melambangkan pembaruan dan pembersihan. Perayaan ini identik dengan penyiraman air untuk menghapus nasib buruk, kunjungan ke kuil untuk memberi penghormatan, dan pembangunan pagoda pasir. Di Bangkok, acara utama Maha Songkran World Water Festival di Sanam Luang menampilkan parade delapan kendaraan hias, pertunjukan musik EDM, dan pasar kuliner Thailand. Wilayah lain seperti Chiang Mai, Phuket, dan Ayutthaya juga menggelar perayaan serupa, dengan Chiang Mai menonjol melalui parade tradisional di sekitar parit kota dan Ayutthaya melibatkan gajah dalam penyiraman air.

Meski meriah, acara Songkran Thailand 2025 mencatat dampak signifikan akibat kecelakaan lalu lintas, yang dijuluki “Tujuh Hari Mematikan”. Menurut data kepolisian Thailand, hingga 17 April, 171 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka dalam kecelakaan, terutama melibatkan sepeda motor, di wilayah seperti Bangkok, Chiang Mai, dan Khon Kaen. Tidak ada laporan pengungsi akibat festival ini, namun kemacetan parah di kota-kota besar seperti Bangkok, khususnya di Silom Road dan Khao San Road, mengganggu mobilitas warga. TAT mencatat 523.456 warga Thailand dan 34.559 turis asing menghadiri acara di Sanam Luang selama tiga hari pertama, menunjukkan tingginya antusiasme.

Pemerintah Thailand, melalui Kementerian Pariwisata dan Olahraga, merespons dengan langkah proaktif. Menteri Sorawong Thienthong menyatakan festival ini sukses meningkatkan citra Thailand sebagai destinasi budaya global. Untuk mengatasi kecelakaan, pemerintah memperketat pengawasan lalu lintas, melarang penggunaan senjata air bertekanan tinggi, dan mengimbau wisatawan menggunakan transportasi umum seperti MRT dan BTS di Bangkok. TAT juga mempromosikan perayaan aman dengan kampanye “Songkran Aman, Hormati Tradisi”. Langkah ini diharapkan meminimalkan risiko di masa depan sambil mempertahankan pesona Festival Songkran Thailand sebagai perayaan budaya yang tak terlupakan.

Data dari Pusat Keselamatan Jalan Thailand mencatat 1.377 kecelakaan lalu lintas selama periode festival, dengan Bangkok mencatat kematian tertinggi (15 orang) dan Phatthalung memiliki insiden terbanyak (44 kasus). Penyebab utama adalah mengemudi dalam keadaan mabuk (25%) dan ngebut (44%), dengan 83% kecelakaan melibatkan sepeda motor. Wilayah seperti Chiang Rai dan Phuket juga melaporkan angka kecelakaan tinggi. Meski jumlah kecelakaan menurun dari 1.811 kasus pada 2024, korban jiwa tetap menjadi perhatian serius.

Pemerintah Thailand bertindak cepat untuk mengatasi dampak Festival Songkran Thailand. TAT melaporkan peningkatan penggunaan transportasi umum, dengan Kementerian Perhubungan menambah bus, kereta, dan penerbangan. Polisi dan relawan dikerahkan untuk mengurai kemacetan, dan layanan perahu di Kanal Saen Saeb dihentikan sementara untuk keselamatan. “Kami telah memperketat pengawasan lalu lintas dan meluncurkan kampanye keselamatan untuk memastikan perjalanan aman selama Songkran,” kata Wakil Menteri Dalam Negeri Thailand, Kachorn Srichavanothai, seperti dilansir ANTARA, Sabtu 19 April 2025. Langkah ini diharapkan menekan angka kecelakaan di masa depan sambil mempertahankan pesona budaya Festival Songkran Thailand. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button