Mahakam Ulu, SEKALTIM.CO – Kabar duka menyelimuti Mahakam Ulu dengan meninggalnya Kepala Adat Besar Dayak Kenyah Mahakam Ulu, Balan Tingai, pada usia 69 tahun. Balan Tingai menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa, 26 Maret 2024, sekitar pukul 01:00 dini hari, di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS), Samarinda. J
Jenazah Balan Tingai kemudian dibawa ke rumah duka di Kampung Batu Majang, Mahakam Ulu, pada 27 Maret 2024, dengan suasana kesedihan menyelimuti keluarga, kerabat, dan masyarakat adat setempat.
Wakil Bupati (Wabup) Mahakam Ulu, Drs. Yohanes Avun, M.Si, bersama Sekretaris Daerah, Dr. Stephanus Madang, S.Sos, MM, dan beberapa kepala OPD Mahakam Ulu melayat ke rumah duka almarhum Balan Tingai di Kampung Batu Majang pada Rabu, 27 Maret 2024.
Wabup Yohanes Avun menyampaikan belasungkawa atas nama pribadi, Pemerintah Daerah, dan sebagai pengurus Dewan Adat Dayak Mahulu.
Dalam kesempatan tersebut, Wabup juga menyampaikan salam dari Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh, SH, ME, yang belum sempat hadir melayat dan meminta maaf kepada keluarga.
“Beliau adalah salah satu tokoh yang berperan dalam memperjuangkan pemekaran Kabupaten Mahulu. Semasa hidupnya, beliau juga tidak pernah berhenti berkiprah terutama dalam mengembangkan adat dan budaya di Mahulu,” jelas Wabup.
Jejak Perjuangan dan Kiprah Balan Tingai
Balan Tingai lahir di Sei Barang, Malinau. Semasa hidupnya, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Adat Besar Dayak Kenyah Mahakam Ulu (3 periode), Ketua Umum Dayak Kenyah Lepoq Tukung Kaltim-Kaltara (3 periode), Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Mahakam Ulu (1 periode), dan Kepala Desa Batu Majang (1 periode).
Balan Tingai merupakan seorang tokoh Kenyah di Mahakam Ulu yang berpengaruh, salah seorang “pengasuh” adat budaya yang memiliki kecakapan luas. Berbicara secara lugas dan memiliki pemikiran baik untuk daerah dan budayanya. Balan Tingai juga dikenal sebagai salah satu pendiri Kabupaten Mahakam Ulu pada saat pemekaran.
Kepergian Balan Tingai meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat adat Dayak Kenyah Mahakam Ulu, yang telah kehilangan sosok pemimpin adat dan pelestari budaya yang disegani dan dihormati. (*)