SEKALTIM.CO – Kudeta militer Bolivia ternyata baru saja terjadi. Negara ini mengalami drama politik yang tak kalah seru dari tontonan film laga bersenjata.
Kudeta militer Bolivia terjdi Pada 26 Juni 2024, saat Jenderal Juan José Zúñiga, yang tadinya jadi komandan Angkatan Darat Bolivia, malah jadi aktor utama dalam sebuah aksi kudeta yang akhirnya berujung gagal total.
Skenarionya? Kirim pasukan buat ngerebut Plaza Murillo di La Paz, ibu kota administratif Bolivia, dan menyerbu Casa Grande del Pueblo alias istana kepresidenan.
Tapi, spoiler alert: rencana ini berakhir dengan Zúñiga dan dua jenderal lainnya malah jadi penghuni penjara!
Semua penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?
Kudeta Militer Bolivia, atas perintah Zúñiga, sekelompok kendaraan lapis baja tiba-tiba muncul dan memblokir Lapangan Murillo. Mereka bahkan nekat mencoba masuk ke istana pemerintah!
Tapi Presiden Luis Arce nggak tinggal diam. Presiden langsung menyerukan rakyat untuk turun ke jalan.
Hasilnya? Warga berduyun-duyun memenuhi jalanan, meskipun sempat dihadang dengan gas air mata dan semprotan air bertekanan tinggi.
“Kita tidak bisa membiarkan upaya kudeta seperti ini terjadi lagi. Hidup demokrasi, hancurkan kudeta!” seru Arce dengan penuh semangat dalam pidatonya di istana pemerintah.
Rencana Kudeta Militer Bolivia
Tapi tunggu dulu, plot twist-nya belum selesai! Zúñiga, yang udah ditangkep, malah bikin pengakuan mengejutkan. Dia ngaku kalau sebenernya Presiden Arce sendiri yang nyuruh dia buat ngelakuin kudeta!
Katanya sih, seperti dilaporkan Kantor Berita AP, Arce bilang, “Situasinya sangat buruk, sangat kritis. Saya perlu mempersiapkan sesuatu untuk meningkatkan popularitas saya. Haruskah kita menempatkan kendaraan lapis baja di jalanan?”
Tapi tentu aja, pemerintah nggak mau kalah. Menteri Kehakiman Ivan Lima langsung membantah keras tuduhan ini.
Dia bilang kalo Zúñiga bisa aja dipenjara 15 sampai 20 tahun karena udah “menyerang demokrasi dan Konstitusi”. Wah, hukumannya nggak main-main nih!
Nah, yang bikin kasus ini makin rumit, ternyata ada drama politik di balik layar. Mantan Presiden Evo Morales, yang dulu memimpin Bolivia dari 2006 sampai 2019, udah ngumumin mau nyalon lagi di pemilu 2025.
Ini bikin partai yang berkuasa, Gerakan Menuju Sosialisme (MAS), jadi terpecah. Ada yang dukung Morales, ada juga yang tetep setia sama Arce.
Belum lagi, Bolivia lagi ngadepin krisis mata uang dan kesulitan ekonomi. Wah, pantesan suasananya jadi panas banget!
Yang bikin kita makin kagum, banyak negara dan organisasi internasional yang langsung bereaksi.
Amerika Serikat, Komunitas Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC), Meksiko, Venezuela, Brasil, Uni Eropa, bahkan Iran, semuanya kompak mengutuk upaya kudeta ini.
Tapi yang paling bikin kita tercengang, ternyata kasus ini nggak berhenti sampai di situ!
Pihak berwenang Bolivia udah nangkep 17 orang yang diduga terlibat dalam upaya kudeta militer Bolivia ini. Mulai dari tentara aktif, pensiunan, sampai warga sipil, semuanya kena ciduk!
Pelajaran dari Kudeta Militer Bolivia
Jadi, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari drama politik kudeta militer Bolivia ini?
Pertama, kudeta itu bukan jalan keluar yang tepat buat nyelesein masalah politik.
Kedua, kekuatan rakyat itu nggak bisa diremehkan.
Yang paling penting, demokrasi itu harus terus dijaga dan diperjuangkan.
Nah, buat kita-kita yang nonton dari jauh, yuk kita jadiin ini sebagai pelajaran berharga.
Demokrasi itu nggak gampang, tapi tetep harus diperjuangin. Dan ingat, kekerasan bukan solusi buat masalah politik.
Semoga Bolivia bisa cepet pulih dan makin kuat setelah ujian demokrasi ini ya! (*)