Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya Kukar Raih Penghargaan Kalpataru 2024 Karena Konservasi Pesut Mahakam

Jakarta, SEKALTIM.CO – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bekayuh Baumbai Bebudaya asal Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) baru saja meraih penghargaan bergengsi Kalpataru 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.

Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup ini diberikan langsung oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada 5 Juni 2024 di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya meraih Kalpataru 2024 berkat dedikasi dan kerja kerasnya dalam melestarikan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), hewan endemik langka Kaltim yang hampir punah.

Kelompok anak muda ini terbilang fenomenal karena berhasil menyelamatkan habitat Pesut Mahakam melalui berbagai upaya kreatif dan inovatif sejak dibentuk pada 2017 lalu.

Berawal dari tujuan untuk mengembangkan pariwisata desa dengan daya tarik utama Pesut Mahakam, Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya terus mengampanyekan pentingnya menjaga dan melestarikan habitat satwa langka tersebut.

Mereka gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, terutama para nelayan, agar ikut berpartisipasi dalam upaya konservasi Pesut Mahakam.

“Walaupun fokus terhadap pelestarian Pesut, namun kegiatan yang dilakukan kelompok ini juga berdampak terhadap banyak sektor lainnya, misalnya di sisi wisata dan perekonomian masyarakat sekitar,” ungkap Noor Utami, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kaltim, Kamis 6 Juni 2024.

Menurut Utami, proses pengusulan Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya sebagai calon penerima Kalpataru cukup panjang dan ketat. Mulai dari penggalian informasi, pengumpulan berkas, hingga penilaian dokumen dan verifikasi lapangan yang dilakukan oleh Kementerian LHK.

Berbagai upaya nyata yang dilakukan Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya dalam melestarikan Pesut Mahakam menjadi kunci utama keberhasilan mereka meraih Kalpataru.

Kelompok ini melakukan patroli dan razia, memasang alat Finger Akustik ke alat tangkap nelayan agar Pesut tidak mendekat, sosialisasi ke masyarakat, hingga melakukan penelitian.

Berkat kerja keras mereka, angka kematian Pesut Mahakam berhasil ditekan dengan rata-rata hanya empat ekor per tahun.

Selain itu, kelestarian Sungai Pela yang menjadi habitat Pesut Mahakam juga terjaga, terutama dari sisi kebersihan sungai karena masyarakat semakin sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Dampak positif lainnya, kelompok ini juga mengembangkan sektor pariwisata melalui ekowisata sungai, danau, dan trip Pesut Mahakam.

Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya juga aktif menyelenggarakan kegiatan seperti susur Sungai Reservat Loa Kang, Festival Danau Semayang, serta pengelolaan Museum Nelayan.

Keberhasilan Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya dalam melestarikan Pesut Mahakam memang pantas diapresiasi. Pasalnya, berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), Pesut Mahakam termasuk spesies yang statusnya sangat terancam punah.

Bahkan, The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) memasukkan Pesut Mahakam dalam Apendix I, yang berarti terdapat larangan untuk memperdagangkan seluruh bagian tubuh biota ini.

Penurunan populasi Pesut Mahakam disebabkan oleh berbagai ancaman, seperti penyusutan habitat akibat aktivitas manusia, perubahan kualitas air sungai, serta kematian yang disebabkan oleh jaring nelayan. Pada 2015 lalu, populasi Pesut Mahakam hanya tersisa 60-70 ekor saja.

Namun, berkat kerja nyata Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya, populasi Pesut Mahakam kini mulai terjaga dan meningkat.

Capaian ini menjadi kabar menggembirakan bagi upaya konservasi hewan endemik Kaltim yang dilindungi berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990, PP Nomor 7 Tahun 1999, dan Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/2018.

Menteri LHK Siti Nurbaya menyebut, para penerima Kalpataru 2024, termasuk Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya, adalah pahlawan lingkungan yang telah berdedikasi dan konsisten dalam menjaga, melakukan penyelamatan, serta memulihkan kualitas lingkungan hidup dan kehutanan.

“Para penerima Penghargaan Kalpataru adalah pahlawan lingkungan yang benar-benar telah melakukan sesuatu yang luar biasa dan nyata guna mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan kualitas lingkungan hidup dan kehutanan serta kualitas sosial masyarakat sekitar menjadi lebih baik,” ujar Menteri Siti saat menyerahkan Penghargaan Kalpataru, 5 Juni 2024.

Tak hanya Pokdarwis Bekayuh Baumbai Bebudaya, ada 9 penerima Kalpataru 2024 lainnya yang terbagi dalam empat kategori, yakni Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan, dan Pembina Lingkungan. Mereka dinilai layak menjadi teladan bagi masyarakat luas dalam menjaga kelestarian alam Indonesia.

Keberhasilan Kalimantan Timur menyabet Kalpataru selama tiga tahun berturut-turut, dari 2022 hingga 2024, menunjukkan masih banyaknya masyarakat di Bumi Etam yang memberikan sumbangsih nyata dalam pemeliharaan fungsi lingkungan hidup dan kehutanan.

Pemberian Penghargaan Kalpataru 2024 ini merupakan rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup 2024 dengan tema “Land Restoration, Desertification, and Drought Resilience” yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Penghargaan Kalpataru diberikan kepada 10 orang/kelompok yang dinilai telah berdedikasi dan konsisten dalam menjaga kelestarian lingkungan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

Berikut ini daftar 10 Penerima Penghargaan Kalpataru 2024.

Empat penerima untuk kategori perintis lingkungan

1. Adolof Olof Wonemseba (Papua Barat) dengan kegiatan konservasi Karang Kima
2. Infirmus Abi (NTT) dengan kegiatan Konservasi Sumber Daya Air
3. Sururi (Jateng) yang mendapat julukan Profesor Mangrove

4. Komang Anik Sugiani (Bali) yang fokus pada penanganan sampah.

Kategori Pengabdi Lingkungan
Idi Bantara, yang merupakan Kepala BPDAS Way Seputih Lampung dengan collaborative managementnya telah berhasil menangani koflik sekaligus mengajak warga untuk berkebun alpukat sieger.

Tiga penerima Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan
1. Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Batu Benau Sajau Kalimantan Utara
2. Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) bekayuh baumbai bebudaya, sebagai pelestari pesut mahakam
3. Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi (Yogyakarta) melalui kegiatan konservasi air, burung, dan karst.

Dua penerima Kalpataru ketegori pembina lingkungan
1. Dindin Komarudin, pendaur ulang sampah dari Jakarta
2. Rukmini Paata Toheke, seorang pembina lingkungan dan konservasi berbasis adat di Sulawesi tengah. (*)

Exit mobile version