Rudy Mas’ud Ajak Warga Desa Pampang Jaga Tradisi Lewat Turnamen Sumpit!
SEKALTIM.CO – Hujan yang mengguyur Desa Pampang tak menyurutkan semangat warga untuk hadir mengikuti Turnamen Sumpit Piala Rudy Mas’ud – Seno Aji, yang terselenggara pada Kamis pagi (14/11/2024).
Turnamen ini tidak hanya menjadi ajang adu ketangkasan, tetapi juga mengusung pesan penting tentang pelestarian budaya lokal dan nilai-nilai sportivitas.
Calon Gubernur (Cagub) Kalimantan Timur (Kaltim) nomor urut 02, Rudy Mas’ud, yang hadir langsung di lokasi, turut menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga tradisi.
Menurutnya, pelestarian budaya merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, yang mengharuskan setiap warga untuk melestarikan seni dan budaya bangsa.
“Setiap budaya ini memiliki filosofi tersendiri dan makna yang sangat mendalam. Makna ini jangan sampai hilang ditelan waktu,” ujarnya.
Turnamen ini juga menampilkan seni tari perang khas Dayak Kenyah, yang memukau seluruh peserta dan penonton. Rudy Mas’ud menekankan pentingnya menyediakan ruang khusus untuk seni dan budaya di Kaltim.
“Kita siapkan festival budaya, seni, tari, dan sarana lain agar budaya kita tetap lestari di bumi Borneo ini,” tuturnya.
Kepala Adat Desa Pampang, Esrom Palan, turut mengapresiasi antusiasme para peserta. Ia mengaku bangga melihat pecinta sumpit yang semangat bertanding, tetap menjaga persatuan, dan menjunjung sportivitas.
“Budaya adalah kekuatan bangsa Indonesia, dan saya bangga dengan adanya turnamen ini. Hari ini siapapun yang nantinya menang harus bergembira, dan yang kalah pun harus tetap semangat,” katanya.
Di akhir acara, Cagub Kaltim Rudy Mas’ud juga mengingatkan seluruh masyarakat yang ada di Bumi Mulawarman untuk menggunakan hak pilih mereka pada 27 November mendatang.
“Hari ini hujan turun, semoga menjadi berkah untuk kita semua. Dan saya ingin berpesan, jangan lupa ke TPS, karena ini kesempatan kita untuk menentukan masa depan Kaltim. Setelah itu, kita bisa kembali melanjutkan aktivitas sehari-hari,” pesannya.
Turnamen sumpit ini bukan hanya sekadar kompetisi saja, melainkan momentum untuk menghidupkan kembali kebanggaan akan tradisi dan budaya Dayak. Semangat warga Desa Pampang menunjukkan bahwa meski mendung menggantung, pelestarian budaya tetap bersinar terang.