SEKALTIM.CO – Tenggelamnya KM Samarinda menjadi insiden tragis yang mengguncang perairan Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, pada Jumat sore 26 Juli 2024, kemarin.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Sabti 27 Juli 2024, tampak puluhan orang terapung di lautan pasca kejadian.
Sebuah kapal mendekat dan para penumpangnya memberikan pertolongan kepada korban yang terapung itu, seperti dinggah akun Facebook Aguera Sarna, 27 Juli 2024.
KM Samarinda, yang mengangkut 40 penumpang beserta awak kapal, tenggelam di perairan Tarempa akibat hantaman gelombang tinggi. Insiden ini mengakibatkan tiga korban jiwa dan satu orang dalam kondisi kritis.
Menurut keterangn Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Direktorat Kenavigasian Kementerian Perhubungan, Sabtu 27 Juli 2024, KM Samarinda merupakan sebuah kapal kayu jenis pompong.
Kapal ini biasa digunakan sebagai transportasi alternatif warga Anambas untuk penyeberangan antar pulau, berangkat dari Pelabuhan Sri Siantan, Tarempa, menuju Pelabuhan Desa Matak pada pukul 16.30 WIB.
Namun, baru setengah jam berlayar, tepatnya sekitar pukul 17.00 WIB, kapal mengalami masalah yang menyebabkan hilangnya keseimbangan.
“Namun, sekitar pukul 17.00 WIB, kapal mengalami masalah yang menyebabkan hilangnya keseimbangan dan akhirnya tenggelam di perairan Tarempa dengan koordinat 3°17.283’N, 106°13.714’E,” demikian keterangan tertulis Ditjen Hubla, dikutip Sekaltim.co, Sabtu.
Sementar itu, Iptu Rachmad S, Kasi Humas Polres Kepulauan Anambas, menjelaskan kronologi kejadian tengelamnya KM Samarinda di perairan Kepulauan Anambas.
“Kapal Motor tersebut belum sampai ke tujuan sudah tenggelam di laut Butun, Desa Tarempa Timur, Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, pada koordinat 3°17.283’N, 106°13.714’E, sekitar 0,3 mil laut arah 274 derajat dari Desa Tarempa Timur,” ujarnya dikutip dari laman Humas Polri, Sabtu.
Begitu informasi tenggelamnya KM Samarinda tersebar, tim evakuasi gabungan yang terdiri dari SAR, TNI, dan Polri segera dikerahkan ke lokasi kejadian.
Mereka tiba di tempat kejadian perkara (TKP) pada pukul 17.15 WIB, hanya 15 menit setelah insiden terjadi. Kecepatan respons ini memungkinkan tim penyelamat untuk mengevakuasi sebagian besar penumpang.
“Dari 40 penumpang yang berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan, 22 orang sedang dirawat, dengan rincian 15 orang di rumah sakit Palmatak dan 7 orang di rumah sakit Tarempa. Sayangnya, 3 orang meninggal dunia, sementara 15 orang lainnya sudah kembali ke rumah,” tambah Iptu Rachmad S.
Iptu Rachmad S menegaskan bahwa pihaknya telah menerjunkan personel ke TKP untuk melakukan penyelidikan.
Nahkoda kapal, Musnawi (yang juga dikenal sebagai Mus), beserta pihak-pihak terkait masih dalam proses pemeriksaan intensif.
“Kita belum dapat memastikan penyebab pastinya, namun investigasi sedang berlangsung untuk mengungkap detail kejadian ini,” ujarnya. (*)