Upaya Restorasi Gambut Melalui Pembasahan Kembali Membawa Dampak Positif untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Jakarta, Sekaltim.co – Lahan gambut di Indonesia telah menjadi salah satu fokus utama dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Sebagai salah satu ekosistem penyimpan karbon terbesar di dunia, lahan gambut memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim global.
Namun, selama beberapa dekade terakhir, lahan gambut tropis di Indonesia mengalami deforestasi dan konversi lahan besar-besaran, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini memicu emisi gas rumah kaca (GRK) yang signifikan, berkontribusi hingga 5% dari seluruh emisi global akibat aktivitas manusia.
Signifikansi Pembasahan Kembali Lahan Gambut
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science of The Total Environment oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama dengan Universitas Tanjungpura, IPB University, Badan Nasional Riset dan Inovasi (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Stanford University, United Nations University, Oregon State University, dan The Nature Conservancy, mengungkapkan bahwa intervensi rewetting melalui pembangunan sekat kanal di perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi emisi karbon dioksida secara signifikan tanpa meningkatkan emisi metana.
Pengukuran Penurunan Emisi di Berbagai Area
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi berbeda di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Para peneliti melakukan pengukuran fluks GRK berupa gas karbondioksida dan metana menggunakan metode dynamic closed chamber, termasuk pengukuran suhu tanah, tinggi muka air tanah, serta parameter iklim lainnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa pembasahan kembali lahan gambut melalui sekat kanal berhasil mengurangi laju dekomposisi gambut sebesar 34% dibandingkan dengan lahan yang tidak dibasahi kembali.
Wahyu Catur Adinugroho, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi-BRIN, menjelaskan bahwa penelitian ini berangkat dari kondisi terbatasnya data terkait penurunan emisi dari intervensi pembasahan kembali.
Selama ini, meskipun sudah banyak dilakukan penelitian tentang dampak rewetting lahan gambut yang terdegradasi, data untuk kuantifikasi penurunan emisi sebagai bagian dari kontribusi nasional (NDC) masih sangat terbatas.
“Penelitian kami menemukan upaya rewetting melalui pembangunan sekat kanal dapat mengurangi laju dekomposisi gambut sebesar 34 persen dibandingkan dengan gambut yang tidak dibasahi,” ujar Wahyu Catur.
Oleh karena itu, laporan Forest Reference Level (FRL) Indonesia yang kedua pada tahun 2022 belum memasukkan potensi mitigasi dari upaya restorasi ini.
Dampak Positif untuk Target Nasional Penurunan Emisi
Dalam konteks mitigasi perubahan iklim, restorasi gambut melalui pembasahan kembali memberikan angin segar bagi Indonesia yang tengah berupaya mencapai target penurunan emisi.
Upaya ini menjadi bagian dari solusi iklim alami yang mencakup perlindungan hutan dan lahan basah, pengelolaan hutan berkelanjutan, serta restorasi ekosistem hutan, gambut, dan mangrove.
Menurut para peneliti, kontribusi penurunan emisi dari upaya ini diperkirakan mencapai 13% dari total potensi mitigasi solusi iklim alami.
Potensi Besar dari Lahan Gambut yang Masih Utuh
Nisa Novita, Senior Manager Karbon Hutan dan Iklim YKAN, menekankan bahwa meskipun lahan gambut yang masih utuh memiliki manfaat iklim yang lebih besar dibandingkan dengan gambut yang telah terdegradasi, upaya pembasahan kembali tetap memberikan manfaat yang signifikan.
“Penelitian kami juga menemukan, intervensi rewetting melalui pembangunan sekat kanal di Perkebunan sawit yang ditanam di lahan gambut ini mengurangi emisi gas karbondioksida secara signifikan dan tidak ada efek untuk emisi metana,” kata peneliti utama yang juga merupakan Senior Manager Karbon Hutan dan Iklim Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Nisa Novita di Jakarta, 11 September 2024.
“Upaya ini sudah terbukti bermanfaat, sehingga diharapkan bisa berkontribusi untuk mencapai target pengurangan emisi nasional,” tambah Nisa.
Upaya restorasi gambut melalui pembasahan kembali telah terbukti memberikan dampak positif bagi mitigasi perubahan iklim. Dengan menurunkan laju dekomposisi dan emisi karbon dioksida, tanpa meningkatkan emisi metana, intervensi ini tidak hanya membantu memenuhi target nasional, tetapi juga berkontribusi pada solusi iklim alami yang lebih luas.
Meski masih terdapat tantangan, langkah-langkah konkret seperti peningkatan kapasitas penelitian, kolaborasi lintas sektor, dan penguatan kebijakan dapat mendukung optimalisasi restorasi gambut di Indonesia. (*)