Andi Satya Sebut Generasi Z dan Milenial Penentu Pembangunan Nasional 2045

Samarinda, Sekaltim.co – Dalam perspektif pembangunan nasional, generasi muda memegang peranan strategis yang tak terbantahkan. Demikian diungkapkan Dr. H. Andi Satya Adi Saputra, anggota DPRD Kalimantan Timur dari Fraksi Golkar, dalam sebuah wawancara yang membahas peran generasi muda dalam menghadapi bonus demografi Indonesia pada tahun 2045.

Sosok politisi muda ini menegaskan bahwa pemuda, yang dikategorikan dalam rentang usia 10-24 tahun, merupakan penggerak utama pembangunan. Fokus utamanya adalah generasi Z dan milenial yang kini menjadi tulang punggung transformasi sosial dan ekonomi Indonesia.

Proyeksi demografis menunjukkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan mengalami fase bonus demografi yang sangat menggembirakan.

Sekitar 70% penduduk akan berada pada usia produktif, yakni rentang 15-64 tahun. Namun, peluang emas ini tidak datang dengan sendirinya.

Menurutnya, bonus demografi bisa menjadi berkah atau bencana, bergantung kepada persiapan masyarakat. Ia mengingatkan bahwa tanpa persiapan matang, potensi bonus demografi justru dapat memunculkan risiko tinggi bagi bangsa hingga merugikan kehidupan masyarakat.

“Dalam 2045, kita diprediksi mempunyai bonus demografi itu sekitar 70% angka usia produktif, 15-64 tahun. Jangan sampai kita tidak persiapkan ini secara matang. Memang masih 21 tahun bonus demografi itu diprediksi. Tapi kalau kita tidak tersiapkan dari sekarang maka sia-sia,” ungkap Andi.

Partisipasi pemuda dalam berbagai aspek kehidupan, terutama pada hajat demokrasi seperti Pemilu, menjadi indikator penting. Andi Satya berharap partisipasi generasi muda akan sangat tinggi, mengingat mereka adalah generasi penentu masa depan bangsa.

“Kita berharap juga pemilu ini partisipasi pemuda sangat tinggi. Mudah-mudahan karena mereka adalah generasi penentu,” ungkapnya.

Tantangan utama, menurut Andi Satya, adalah mengubah bonus demografi menjadi “generasi emas” dan bukan “generasi cemas” atau “generasi lemas”. Hal ini membutuhkan kolaborasi menyeluruh antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat.

“Makanya semoga nanti jadi generasi emas, bukan jadi generasi cemas apalagi generasi yang lemas,” ujar Andi Satya.

Karena itu, persiapan menghadapi bonus demografi bukan sekadar retorika, melainkan kebutuhan mendesak. Investasi dalam pendidikan, pelatihan keterampilan, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekosistem inovasi menjadi kunci keberhasilan. (Adv/DPRDKaltim)

Exit mobile version