Samarinda

Aksi Simbolik Peringati Hari Air Sedunia di Samarinda, Sungai Mahakam Jadi Sorotan

Samarinda, Sekaltim.co – Kelompok XR Bunga Terung menggelar aksi simbolik dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia di Pangkalan Pungut GMSS-SKM, Jalan Abdul Muthalib, Kelurahan Karang Mumus, Kecamatan Samarinda Kota, Samarinda, Sabtu 22 Maret 2025.

Aksi yang diikuti oleh sekitar 20 orang ini mendapat pengawalan dari personil Polsek Samarinda Kota yang dipimpin oleh Ipda Haryadi dengan dukungan dari Sat Samapta Polresta Samarinda.

Dalam aksi tersebut, para peserta membentangkan spanduk berwarna kuning di permukaan Sungai Mahakam dengan tulisan “No Water On A Dead Planet #TambangMeracuniSungai”.

Selain itu, mereka juga membentangkan tiga poster dan enam spanduk di Jembatan Guru Udin, Jalan Biawan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir, hingga ke Jembatan Sungai Karang Mumus di Jalan Gurami.

Kapolsek Samarinda Kota AKP Kadiyo, SH melalui Ipda Haryadi menyampaikan bahwa setelah menemui koordinator lapangan aksi, diketahui tujuan dari aksi tersebut adalah menyoroti permasalahan akses air bersih yang seharusnya menjadi hak dasar setiap warga.

Kondisi air di wilayah tersebut dinilai memprihatinkan akibat pencemaran sungai-sungai oleh limbah tambang dan kelapa sawit, serta kerusakan ekosistem sungai akibat lalu lintas kapal tongkang batu bara.

XR Bunga Terung dalam narasinya menyebutkan bahwa “Bumi Etam, Kalimantan Timur seolah dibunuh lewat operasi tebang, sedot, dan keruk telah membuat air Mahakam menjadi sekarat.”

Mereka menjelaskan bahwa operasi tebang merujuk pada masa 1970-an ketika Mahakam dibanjiri kayu gelondongan dari hutan hujan tropis yang dikenal dengan nama Banjir Kap.

Operasi sedot mengacu pada eksplorasi minyak mentah yang telah berlangsung sejak zaman Belanda hingga saat ini.

Sedangkan operasi keruk terjadi ketika kejayaan kayu berlalu dan Sungai Mahakam ramai menjadi alur lalu lalang ponton pengangkut batubara.

Dalam aksinya, XR Bunga Terung menilai bahwa prestasi ekonomi dari ekstraksi kekayaan alam Kalimantan Timur justru meninggalkan luka yang dalam bagi masyarakat Mahakam dengan kualitas air kehidupan yang buruk.

Padahal, air bersih merupakan modal pertama untuk membangun peradaban dan sumber daya manusia.

“Walaupun masyarakat Mahakam semua diberi beasiswa, gratis poll sampai lulus menjadi doktor, namun jika airnya buruk niscaya kehidupannya juga akan buruk,” ungkap XR Bunga Terung.

Kelompok ini menyerukan empat tuntutan utama, yaitu pengembalian Sungai Mahakam sebagai ruang hidup bersama bagi masyarakat serta komunitas binatang dan tumbuhan; pelaksanaan konservasi dan pemulihan ekosistem sungai dan DAS Mahakam dengan menghentikan deforestasi dan alih fungsi lahan; penghentian privatisasi Sungai Mahakam untuk kepentingan korporat, kelompok, atau individu tertentu; serta pengembalian Sungai Mahakam sebagai anugerah kehidupan yang agung bagi masyarakat Kalimantan Timur.

Peserta aksi tersebut terdiri dari berbagai kelompok, antara lain XR Bunga Terung Kota Samarinda, Aksi Kamisan Kaltim, dan KBAM Samarinda. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button